Bab 5

Ata yang sama sekali tak pernah mengenal apa itu cinta, membuat dirinya begitu dingin dalam bersikap kepada Salma begitupun sebaliknya.

"Dasar lelaki aneh!" sembur Salma yang hanya bisa menatap kepergian Ata dari dalam kamarnya.

"Tunggu, lelaki aneh itu kini suami mu Salma. Jadi stop menggerutu seperti ini ." Ucapnya mengkritik dirinya sendiri dengan pedas.

Sebentar lagi waktunya jam makan siang dan diruangan bawah Khadijah sudah berkutat seorang diri menyiapkan segala sesuatunya dengan seperti biasanya.

Hingga semua hidangan telah selesai ia hidangkan dimeja makan, masih dengan mengenakan celemek memasaknya ia terlihat mengangkat piring satu persatu untuk disajikan nasi di atasnya. Namun kali ini tidak dengan piring Ata yang sudah sejak tadi ia angkat di udara.

Khadijah hanya memilih pergi tanpa memperdulikan wajah Ata yang sudah berantusias mendapatkan jatahnya.

"Kemarikan, biar ayah yang akan ambilkan nasi untukmu." tutur Al yang tidak begitu tega melihat wajah sendu Ata, yah sejak pernikahan itu terjadi Khadijah memang telah bersikap tegas pada sang putra.

"Mas ..." Teriak Khadijah dari dalam dapur sambil mencuci sebagian perabot memasaknya.

"Jangan coba-coba mengambilkan nasi untuknya, dia sudah beristri biarkan gadis itu yang akan melayani dirinya."

Dengan serentak, Al dan juga Ata hanya saling menatap sambil meletakkan kembali piring milik sang putra.

"Kemana dia, apa tidak tahu jika ini waktunya jam makan siang!" maki Khadijah yang telah usai melakukan tugasnya didapur dan kini duduk bersama dimeja makan.

Selama berbicara bahkan istri Al tersebut sama sekali tak menatap wajah sang anak. Sementara Ata hanya menatap piring kosong miliknya seraya memberi jawaban " Salma sedang mandi bu."

"Gadis macam apa dia yang tidak bisa membedakan mana jam makan siang dan mana jam bermalas malasan!" Umpatnya kesal.

"Ehem ! " Al berdehem setelah perkataan pedas Khadijah.

Dan tanpa mereka sadari jika Salma telah berdiri tak jauh dari meja makan sambil menatap ketiganya dari kejauhan . Bahkan dirinya mendengar segalanya tentang apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya.

"Nak, mari makan." Ajak Al dengan lembut setelah menyadari kehadiran menantunya.

Khadijah hanya bisa mendengus kesal ketika Al memperlakukan istri sang anak seperti seorang putri raja dirumah itu.

Salma berjalan dan mengikuti apa yang telah diminta sang mertua untuk ikut serta makan bersama disana. Ia terkejut karena menatap piring Ata yang masih kosong, sedangkan ibu dan ayahnya telah lebih dulu makan disana.

"Apa dia sejak tadi menungguku untuk ikut makan siang bersama?, tidak ku sangka jika pria aneh ini romantis juga!" Gumam Salma dengan hati yang begitu berbunga-bunga dengan mengembangkan senyum sesekali.

Namun hal itu justru menarik perhatian Khadijah yang sejak tadi ingin mengetahui bagaimana sikap sang menantu pada suaminya .

"Sedang apa dirimu tersenyum seperti itu?" celetuk Khadijah.

"Em hah?" Sambung Salma dengan terkejut, dan membuyarkan segala lamunan manisnya.

"Layani Ata , kan kalian sudah menikah. Jadi ambilkan nasi untuknya setelah itu baru dirimu! " tuntun Khadijah dengan kesal namun tetap dijalankan oleh Salma.

"Sayang ..." cela Al yang sejak tadi memperhatikan sikap sang istri tidak begitu baik pada menantu perempuannya.

Sekali lagi sikap Al membuat sesak dada Khadijah, ia terlihat begitu marah hingga bangkit dari kursi dan meninggalkan semua orang disana. Tapi, belum jauh langkah kakinya melangkah pergi ia terhenti dengan menatap Salma tajam.

"Nanti malam adalah hari pertamamu untuk menyiapkan makanan dirumah ini, memasaklah dengan baik!" tuturnya dengan pedas.

Tentu saja Salma begitu terkejut saat harus mendengar apa yang telah diminta oleh sang ibu mertua, bagaimana tidak terkejut disana jangankan masuk kedalam dapur selama ia tumbuh menjadi seorang gadis dan telah bersuami saat ini tidak pernah sekalipun ia memegang alat dapur satu kali pun, apalagi jika disuruh memasak bisa-bisa ia mati kutu dibuatnya .

"Apa kau bisa mendengarku Salma!" lanjut Khadijah dengan geramnya karena melihat Salma terdiam tanpa memberikan jawaban.

Ia hanya mengangguk dengan susah payah menelan seluruh makanan didalam mulutnya.

*

*

*

Hari pertamanya sebagai seorang istri tidak dihabiskan dengan pergi bulan madu atau pun hal manis lainnya , ia justru tengah sibuk memandangi layar ponsel miliknya untuk terus mengingat seluruh nama-nama bahan dapur dengan melihat sekilas fotonya.

"Astaga banyak sekali jenisnya, apa aku dapat mengingatnya dengan baik!" batin Salma mengeluh dengan mengusap keningnya sesekali.

Hal yang seharusnya begitu mudah dilakukan untuk kebanyakan wanita lainya, tetapi begitu menyeramkan dan mendebarkan bagi Salma saat ini.

Meski berada didalam kamar dengan Ata, pemuda itu hanya terlihat membalikkan punggungnya dari sang istri dan memilih memejamkan kedua matanya disana.

Sementara Alma sudah memandangi jarum jam yang berdetak sejak tadi dengan bingungnya, ia merasa bahwa hari ini adalah penentu nasibnya dirumah itu. Akankah menjadi menantu yang baik atau malah sebaliknya karena ia sama sekali tak bisa menghidangkan masakan satu pun disana nantinya.

Lima menit lagi waktu telah menunjukkan tepat pukul 5 sore, dan dia masih gelisah didalam kamar seorang diri harus berbuat apa. Sembari terus berputar-putar mengelilingi kamar Ata.

"Ada apa?" Ucap Ata setelah bangun dari tidurnya.

"Tidak." tolaknya dengan menggelengkan kepalanya.

"Apa kau sudah menyiapkanya?" tanyanya penuh dengan kehatian pada Salma.

Lagi-lagi istrinya hanya bisa menggeleng cemas.

"Sekarang sudah pukul lima sore, cepat buatlah sesuatu jika tidak ibu pasti akan marah sekali nanti." terangnya sambil menarik pergelangan tangan Salma.

"Selalu saja ibunya yang ada dalam isi kepalanya, apa dia tidak mencemaskan diriku!" Batin Salma mengumpat kesal.

Setibanya didalam dapur, Ata mengawasi bagaimana Salma bertindak disana. Karena sejak tadi yang ia lihat Salma hanya sibuk berdiri didepan kulkas dengan memandangi semua bahan baku yang ada didalamnya.

"Kau sedang mencari apa, ibu dan ayah akan segera makan setelah ini." tutur Ata.

Tapi Salma tetap sibuk dengan seluruh otaknya yang berkecamuk menjadi satu. Masih dengan sikap diamnya, ia beralih menyalakan api untuk segera memasak sesuatu.

Tanganya kini beralih pada satu butir telur yang sudah ia genggam sejak tadi, bahkan wajahnya berubah panik saat hendak memecahkan cangkang telur tersebut.

Prakk

Salma menghentakkan telur tersebut dengan telapak tanganya begitu keras, alhasil telur tersebut menjadi makanan yang mubazir akibat tindakan cerobohnya. Sedangkan Ata hanya menepuk keningnya saat melihat tingkah Salma.

Masih dengan sikap keras kepalanya, Salma kali ini mencobanya lagi dengan sebutir telur berikutnya. Terlihat ia tengah mengamati betul posisi cangkang dari setiap sudut. Ia percaya jika kali ini tindakannya berbuah hasil.

Deg

Begitu Shock wajahnya saat mengetahui telur tersebut malah jatuh kedalam penggorengan dengan kondisi utuh belum terpecah.

Bersambung ⚜

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!