Bab 4

Sejak pertemuan kedua belah pihak itu terjadi, Khadijah memang tak banyak bersuara namun siapa sangka jika hari ini dirinya lah yang akan bersuara lebih lantang untuk sang putra.

Mendengar penjelasan Khadijah panjang lebar tak serta merta membuat Tanoe menyetujui segalanya dengan cepat, bahkan pria itu terlihat mengeratkan rahangnya berulang kali dengan berpikir keras.

"Bagaimana?"

"Apa memang jangan-jangan anda berniat untuk menjadikan cucu anda sebagai janda dengan segala ke egoisan anda!" Lanjut Khadijah dengan sebuah pernyataan yang tak kalah mengejutkan dan mencengangkan disana.

"What!" Batin Salma dengan susah payah menelan salivahnya.

"Please, aku tidak ingin menjadi janda tercepat didunia ini." Rintihnya dalam batin namun wajahnya begitu memelas.

Bukan hanya Salma saja yang terkejut dengan ucapan Khadijah disana, bahkan Al beserta yang lainnya tak kalah terkejut dengan keputusan sepihak Khadijah.

Tapi tentu sikap seorang ibu pastinya hanya ingin melindungi buah hatinya sebaik mungkin, apalagi dalam menjalin hubungan dan kehidupan barunya. Tentu Khadijah juga ingin turut memastikan segalanya dengan baik.

"Baiklah aku setuju!" jawab Tanoe dengan menyembunyikan segala emosi jiwanya yang jika dapat dilihat mungkin dapat menandingi panasnya lumpur lapindo.

"Kau boleh bersembunyi dibalik tameng kedua orang tua mu saat ini, tapi saat nanti tiba waktunya aku takkan pernah mungkin melepaskan mu dengan mudah!" Umpat Tanoe dengan sumpah serapah.

......................

Kisah baru.

"Ayo, masuk." titah Khadijah pada sang menantu.

Sedangkan Salma masih setia berdiam diri disamping pintu rumah mertuanya. Ia tak menyangka jika Ata adalah pemuda dari keluarga terpandang sama seperti dengan dirinya.

"Masuklah, ibu sudah memanggilmu." Sambung Ata sembari membawakan masuk seluruh koper milik Salma.

Tak dapat dipungkiri jika jiwa Salma begitu tertekan jika sekali saja ia dapat menatap kedua mata ibu mertuanya. Karena ia akan merasakan pilu dengan sebuah tatap mata yang bisa merundung hidupnya.

"Terkejut?"

"Oh tentu, karena kamu tak pernah mengenal siapa putra saya bukan?" Cecar Khadijah saat mata Salma tertuju pada sebuah foto yang berisikan Al dan sang anak tengah memakai baju dokter keduanya.

Salma hanya bisa menatap ibu mertuanya dengan salah tingkah dan tak dapat berucap apapun.

"Satu peraturan rumah ini yang sejak dulu saya jaga ketika memutuskan untuk menikah dengan ayah Ata. Seorang istri tak lagi berada dibawah naungan tanggung jawab keluarganya, karena baktinya seorang istri untuk pertama kali setelah menikah adalah suami selanjutnya kau bisa pikirkan sendiri. Jadi tolong bersikaplah dengan baik agar Ata tak bersusah payah lagi menjagamu , kau bukan anak kecil bukan?" Imbuh Khadijah dengan memberikan basic ilmu berumah tangga.

"Ba-ik ma..." Sambung Salma dengan terbata dan selirih mungkin.

Entah sejak kapan seorang Salma yang biasanya begitu lantang bersuara tapi kini bernyali kecil ketika berhadapan dengan ibu Ata.

Sebaliknya pun begitu, Khadijah yang dikenal lemah lembut dan begitu penyayang kini tengah berubah tegas dihadapan siapapun yang mengenalnya saat ini.

"Sayang ..." panggil Al yang sudah sejak lama memperhatikan keduanya dari balik ruangan kerjanya.

Ia sengaja memanggil sang istri agar ketegangan diwajah Salma memudar dan dapat beradaptasi dengan baik dirumah itu, tidak mungkin jika ia terkesan acuh saat melihat menantunya tersebut mendapatkan ospek secara maraton dari ibu mertuanya.

Fyuh

"Akhirnya aku lepas juga, bisa mati rasa jika harus berhadapan dengan mama terus menerus!" ungkapnya dengan mengecek kembali degup jantung miliknya yang kian berangsur lirih.

*

*

*

"Apa dirimu sengaja memanggilku kesini mas?" semburnya dengan sinis dan melipat kedua tanganya didada.

"Ayo lah sayang , mau sampai kapan dirimu akan menjadi sosok lain untuk kami..." bujuk Al lembut sembari menepuk halus pundak Khadijah.

"Lain?" Khadijah terlihat memicingkan kedua matanya.

"Apa disini dirimu lebih membelanya karena telah tahu jika ia adalah putri dari mantan kekasihmu dulu mas!" cecar Khadijah yang mengungkit cerita lama.

Siapa yang tak tahu jika mau sekeras apapun melawan wanita pasti akan berujung panjang dengan segala sisi dan arah manapun.

"Bukan begitu, lihat Ata sejak kemarin aku perhatikan sedikit menjauh dari mu . Mungkin ia merasa begitu bersalah padamu sayang. Bukalah sisi lembut mu lagi untuknya." pinta Al dengan mencoba memperbaiki segalanya.

"Kalian tidak pernah tahu bagaimana rasanya jika berada diposisiku mas, jadi jangan ajari aku untuk menjadi yang kalian mau!"

"Anggap saja singa yang dulunya begitu jinak kini saatnya ia terbangun untuk melindungi orang terkasihnya!" tuturnya dengan berlalu begitu saja, dirinya kini lebih sensitif jika itu berkaitan dengan sang menantu.

Di ruangan lain, kini Salma dan Ata tengah bersama dalam kamar. Jalanya begitu gugup seiring dengan detak jantung yang tak kembali seimbang perlahan naik begitu saja, ketika Salma baru saja melihat tubuh Ata dari balik belakang punggungnya.

Aroma wangi serta tubuh yang begitu segar Ata dapat dilihat Salma dengan jelas saat itu, dan untuk pertama kalinya ia melihat tubuh sang suami setelah pengakuannya tentang sikap Ata dikamar hotel saat itu.

Ata berbalik dengan kondisi rambut setengah basah tanpa mengenakan baju, pemandangan selanjutnya semakin membuat hati Salma begitu berdecak kagum dan tentunya juga tersipu malu.

"Eh, sejak kapan disana?" sapa Ata dengan santainya sambil mengenakan kaos tipis bewarna putih.

"A-ku, maafkan aku karena lancang." sambung Salma dengan gugup sembari menggerakan tangan serta tubuhnya berlainan.

"Ada apa denganmu, segugup itukah dirimu sekarang denganku. Padahal malam itu kau terlihat begitu menggebu untuk menghakimiku." Jelas Ata dengan segala kebenaranya.

Deg

Namun Salma hanya bisa diam kembali saat ibu dan anak tersebut begitu kompak secara tidak langsung menghakimi dirinya disana.

"Ada dengamu Salma segugup itukah dirimu, hingga tidak dapat bersuara disini..." Batinya dengan memalingkan pandangannya pada Ata.

"Haha aku hanya bercanda, mari perkenalkan nama kita masing-masing sekarang. Karena malam itu belum sempat aku mengetahui namamu." pinta Ata dengan mengulurkan tanganya sebagai awal pembuka di lembar kehidupannya bersama dengan Salma.

"Salma Tanoe," jawabnya dengan kesal.

"Apa-apaan dia, bukankah soal nama sudah tahu sejak pertemuan keluarga malam itu." gerutunya dalam hati.

"Atalarik Ghifary." Sambung Ata dengan senyum manis mengembang di pipinya.

"Yah aku tahu!" lanjut Salma dengan jawaban pedasnya.

"Wanita memang terkadang seperti itu, jika sedikit saja semua tak berjalan dengan kehendaknya hatinya akan berdemo untuk menolaknya mentah-mentah. " godanya dengan sebuah candaan receh.

"Jika bukan karena posisiku yang terpaksa , aku tidak akan mungkin minta dirimu menikahiku. Tapi tentu saja harus kan, karena kau telah berulah!" Semburnya lagi dengan segala dalihnya.

"Yah, anggap saja begitu." jawab Ata santai dengan menaikkan ke dua bahunya.

Bersambung⚜

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

nah loh kena mental !!!🤭🤭🤭

2023-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!