"Oh ternyata pemuda ini anakmu, pantas jika dia hanya bisa melukai wanita!"
"Sama seperti ayahnya dulu..." maki Tanoe lirih namun tetap saja bisa didengar oleh semuanya.
Seolah tak terima dengan semua makian sang ayah, Flo berjalan mendekat pada Al dan juga Khadijah disana. Ia ingin menunjukan jika dirinya masih mampu menyambut keduanya dengan baik meskipun luka lama belum seutuhnya kering.
"Masuklah..." pintanya namun masih menatap wajah Al dengan serius.
"Selalu saja sikapnya seperti itu!" Umpat Tanoe dalam hati melihat tingkah sang putri.
*
*
*
Pria setengah baya tersebut rupanya sudah tak tahan lagi memendam amarahnya pada putra Al, apalagi sejak pertemuanya dengan Al luka dihati Tanoe juga kembali muncul ke dasar hatinya.
"Mari kita selesaikan semua ini dengan cepat!"
"Atau jika tidak, kita selesaikan saja dengan jalur hukum." Sambung Tanoe dengan menimbang segalanya.
Bahkan tanganya tengah menekan ponsel miliknya untuk menunjukkan pada Al jika ia tidak akan pernah main-main dalam hal ini.
"Tunggu om Tanoe, kita bisa bicarakan semuanya dengan kepala dingin." pintanya sembari memandang wajah sang istri yang sudah teramat gelisah.
"Kalau begitu nikahlah dengan cucuku !"
"Pa!" tentang Florentina dengan cepat.
"Diamlah, kau tahu peraturan rumah ini bukan. Segala keputusan berada dibawah kendaliku." serunya dengan melipat satu kakinya naik ke atas.
"Nak, apa kau mengenal dia?" Tanya Al dengan seksama, ia tidak ingin jika keputusan sepihak akan membuat berat hati Ata.
"Tidak ayah." Sambung Ata lirih tapi penuh keyakinan.
"Ck, mana mungkin pemuda brengsek ini mengaku siapa cucuku. Setelah apa yang ia lakukan dihotel." sambar Tanoe dengan berdecak.
Mendengar cukup lama perdebatan sang kakek dan juga orang tua Al , Salma mulai mengingat kembali jika kejadian itu terjadi begitu singkat dan cepat tanpa ia duga.
"Tunggu om, jika putraku saja tidak mengenal nama cucu perempuan anda bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi." Sambung Al dengan wajah heran namun juga tersinggung dengan ucapan Tanoe.
"Ma-af om, bukan maksud saya menyela ." Ucap Salma dengan nada terbata .
"Namun saya bertemu denganya di club malam, tapi tanpa saya sadari dia membawa pergi saya ke sebuah hotel. Dan kejadian itu ter-jadi." Jelas Salma dengan gamblang dan menitihkan air mata.
"CUKUP!" Tepis Flo yang sejak tadi hanya memilih bungkam seribu kata.
"Jangan lanjutkan omong kosong itu Salma!" Bentaknya dengan tegas, ia tak ingin jika sang putri hanya mengarang sebuah cerita dalam hal ini. Apalagi mengingat jika pemuda tersebut anak Al, hal yang sangat tidak mungkin akan pernah terjadi pada kenyataanya.
"Kenapa dengan dirimu, apa kau ingin harga diri putrimu di injak-injak sepertimu dulu!" Bentak balik Tanoe dengan geram pada sikap putrinya.
Florentina diam seketika ketika semua luka itu dengan sengaja dibuka kembali oleh sang papa dihadapan Al dan juga Khadijah. Setelah berdebat cukup alot, kedua anak dan ayah tersebut memilih untuk menjernihkan pikirannya masing-masing dengan diam.
"Nak, apa iya kau bersama denganya di hotel?" tanya Khadijah dengan perasaan campur aduk, namun sejauh ini ia begitu percaya dengan putra semata wayangnya tersebut.
Ata menganggukkan kepalanya dengan perlahan tanpa ada pembantahan disana. Ia tak ingin jika perasaan sang ibu semakin terluka dengan apa yang sudah Salma utarakan.
Tapi dengan pengakuannya saja, itu sudah cukup menggores luka batin mendalam bagi sang ibu. Dengan isak tangis Khadijah mencoba menguatkan kembali hatinya dihadapan semua orang.
"Baiklah, saya rasa tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi disini. Esok acara pernikahan akan terjadi disini."
"Permisi." pungkasnya dengan wajah pilu dan beranjak pergi dari kediaman Tanoe.
Al dan sang putra hanya saling menatap satu sama lain, karena keputusan istrinya terkesan begitu mendadak dan sepihak. Kedua lelaki tersebut juga segera bangkit dan berpamitan pada Tanoe dan juga Florentina.
"Baguslah jika mereka masih memiliki otak!" Seru Tanoe dengan kesal namun masih tetap duduk di atas sofa sambil menatap kepergian Al dan Ata.
Sikap yang berbanding terbalik dengan Flo yang sejak tadi tengah menahan malu dan juga amarah karena perbuatan sang putri. Bagaimana mungkin ia bisa berbahagia dengan pernikahan terpaksa satu pihak untuk putrinya.
Sedangkan di rumah Al, tak ada lagi perdebatan yang perlu dibicarakan kembali. Al tengah mengambil keputusan dan langkah yang sama dengan sang istri.
......................
Hari pernikahan.
Dihari yang begitu cerah namun memilukan bagi sebagian keluarga acara pernikahan itupun berlangsung begitu khidmat meski berjalan sederhana. Tak nampak megah karena hanya didatangi oleh beberapa kerabat, bahkan juga terlihat kedua kakek Ata yang sama sekali tak tahu menahu masalah yang tengah merundung sang cucu.
Mengenakan sebuah kemeja putih dengan peci bewarna hitam Ata begitu terlihat tampan pada hari terpentingnya saat itu . Sedangkan berjalan dari lain, Salma juga tak kalah terlihat cantik dan anggunya mengenakan gaun putih bersih dengan riasan adat jawa.
Rambutnya terlihat begitu rapi dengan satu sanggul kecil dan beberapa ornamen bunga menjulang di atas kepalanya serta beberapa sentuhan rias di wajahnya.
Jalannya begitu lirih dengan sesekali senyum mengembang di pipinya kepada para kerabat disana, tapi entah mengapa baru kali ini hati Salma begitu terlihat tenang saat menghadapi pernikahan yang notabene di adakan secara terpaksa dan tak ada cinta.
Ata pun menyambut Salma dengan senyum paling tulus hari itu, ia menganggap bahwa dengan langkahnya hari ini mampu mengubah takdir yang tadinya kelam bagi Salma.
Keduanya terlihat duduk dengan kursi bernuansa putih serta beberapa saksi dan pendamping disana, dan tak terasa pengucapan janji suci tersebut di lantunkan Ata dengan lancar dan hanya cukup satu kali tarikan nafas saja.
Pasangan pengantin baru tersebut begitu bahagia dengan menyematkan cincin dijari masing-masing pasangan.
"Jaga cucuku dengan baik, jika satu kali saja aku melihat dia menangis dirimu akan berurusan denganku!"
Ancaman itu begitu jelas terdengar di telinga Ata dan juga Khadijah, karena kebetulan saat itu tengah di ambilnya sesi foto keluarga setelah acara usai.
Ibu dari Ata tersebut merasa begitu tersinggung dengan ucapan Tanoe, bagaimana mungkin setelah acara yang sudah ia inginkan terjadi masih sempat mengancam putranya dengan berani.
"Jika sudah selesai mari kita pulang sayang." Ajak Khadijah dengan terburu-buru.
"Tunggu, apa maksud anda?"
"Pulang?" tiru Tanoe dengan wajah heran menatapnya.
"Tentu om, pulang. Lantas mau kemana lagi mereka ?" Tanya balik Khadijah dengan menunjuk sang anak dan juga menantunya.
"Tidak, mereka berdua akan tinggal disini." tolak Tanoe dengan mantap.
Khadijah hanya tersenyum saat mendengar pernyataan Tanoe yang terkesan terlalu memaksakan keadaan.
"Jangan lupa jika cucu om Tanoe telah menikah dan menjadi istri putra saya. Bukankah kemanapun suami pergi, istri harus turut mendampinginya?"
"Atau om mau jika keduanya tinggal terpisah?"
Bersambung ⚜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Retno Wijayanti
semangat thooorrrrr
di tunggu kelanjutan kisahnya
2023-05-27
5