NovelToon NovelToon

Pewaris Pedang Naga

Episode 01 : Bantuan Sang Naga.

Saat terbangun, tiba-tiba Li Tian berada di medan perang.

Li Tian terkejut dan bingung, dia tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba berada di medan perang. Dia melihat sekelilingnya dan melihat pemandangan yang mengerikan. Ada mayat berserakan di mana-mana dan darah yang menetes ke tanah.

Dia merasa pusing dan terus berusaha mengingat kembali semua yang telah terjadi dalam hidupnya.

“Sepertinya saya baru saja menyeberang dan merasuki tubuh seseorang yang memiliki nama serta wajah yang mirip dengan saya.” Dia akhirnya menyadari bahwa itu bukanlah mimpi.

Li Tian menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengontrol pikirannya sehingga ia bisa berkonsentrasi dalam medan perang. Ia kemudian melihat sekelilingnya dan melihat para penduduk desa yang masih bertarung dengan gigih.

Tanpa membuang waktu, Li Tian segera bereaksi dan bergabunglah dengan pasukan. Dia mengambil pedangnya dan bergabunglah ke medan perang.

“Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi? Tapi, saya harus bertarung untuk bisa bertahan hidup,” pikir Li Tian sambil mengamuk dengan pedangnya.

Di medan perang, kekacauan dan kekerasan telah menguasai segalanya. Para prajurit bertempur dengan keganasan, mencoba bertahan hidup di tengah serangan musuh yang datang dari segala arah. Li Tian berusaha bertahan dan melindungi dirinya dari serangan musuh dengan gerakan lincah dan akurat.

Pedangnya berkilauan di bawah sinar matahari, memotong dan menusuk para musuh yang berani mendekatinya. Langkahnya cepat dan gesit, membuatnya sulit dijangkau oleh para musuh yang berusaha melumpuhkannya. Dia bergerak dengan kecepatan dan kekuatan yang memikat menjadi pusat perhatian di medan perang.

Namun, walaupun Li Tian mampu melawan dengan gagah berani, jumlah musuh yang terus bertambah membuatnya semakin kewalahan. Dia harus menghadapi banyak serangan dan melindungi dirinya dengan segala kemampuan yang dia miliki. Setiap gerakan dan langkahnya harus dipikirkan dengan matang karena satu kesalahan kecil saja bisa menjadi akhir hidupnya.

Terkadang, Li Tian merasa lelah dan hampir menyerah. Tetapi ketika dia melihat para penduduk desa dan prajurit lainnya yang masih berjuang dengan gigih, semangatnya kembali membara. Dia tidak ingin mengecewakan mereka dan dia juga tidak ingin menyerah begitu saja. Dia terus berjuang mencoba untuk bertahan hidup dan mengalahkan musuh di medan perang.

Waktu berlalu dengan cepat dan pertempuran semakin sengit. Li Tian merasakan rasa sakit pada tubuhnya, tetapi dia tetap bertahan dengan keberanian dan kekuatan yang tidak tergoyahkan. Dia menolak untuk menyerah dan dia berjanji bahwa dia akan bertarung sampai titik darah penghabisan.

Li Tian menangkis dan membalas setiap serangan musuh dengan ringan dan mantap. Dia melewati mayat dan bertempur untuk mempertahankan dirinya dan teman-temannya dari menghadapi musuhnya. Li Tian mampu beradaptasi karena pikiran serta kemampuan pemilik tubuh sudah bersatu dengannya meski terpaksa oleh keadaan.

Meskipun medan perang berubah menjadi kacau balau, Li Tian dan rekannya mampu mengalahkan musuh satu demi satu. Mereka terus bertempur dan bertahan dengan gigih, meskipun itu sangat sulit. Pasukan musuh bukanlah kelompok bandit biasa, mereka diduga adalah prajurit dari kerajaan lain yang bergabung dengan kelompok pemberontak dan menyamar menjadi bandit.

Li Tian tiba-tiba tersudutkan oleh beberapa prajurit musuh yang tangguh. Dalam keadaan terjepit, Li Tian mencoba mempertahankan diri dari serangan prajurit-prajurit tersebut. Ia menggunakan kecepatan dan keterampilannya dalam bela diri untuk menghindari serangan-serangan mereka. Dalam sekejap, ia berhasil melumpuhkan dua prajurit musuh dengan tendangan yang cepat dan pukulan yang akurat.

Namun, tiga orang lainnya tidak begitu mudah untuk ditaklukkan. Mereka menggunakan senjata-senjata tersembunyi, seperti pedang pendek dan pisau kecil untuk mengejar Li Tian. Saat mereka mendekat, Li Tian melompat ke samping dan menghindari serangan mereka dengan lincah.

Li Tian mencoba mencari peluang untuk menyerang balik, tetapi ketiga prajurit musuh tersebut terus mengepungnya. Mereka melakukan serangan-serangan yang beriringan, mencoba untuk membingungkan dan menjebak Li Tian. Namun, Li Tian tidak tergoyahkan. Dengan refleks yang tajam, ia menghindari setiap serangan dengan gerakan yang halus dan terkoordinasi.

Ketiga prajurit itu semakin frustrasi karena serangan-serangan mereka tidak membuahkan hasil. Li Tian yang menangkap celah, melancarkan serangan balik dengan kecepatan yang mengagumkan. Dalam waktu singkat, ia berhasil melumpuhkan satu bandit dengan serangan pukulan yang kuat.

Meski begitu, dua prajurit musuh lainnya belum menyerah. Mereka memperketat himpitan dan meningkatkan intensitas serangan mereka. Pukulan dan tendangan mereka menjadi semakin cepat dan kuat. Li Tian berjuang mati-matian untuk melawan, tetapi semakin lama semakin terdesak.

Berbekal pengalaman bertarung yang dimilikinya, Li Tian mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Ia melompat ke belakang dan melesat menuju pohon yang dekat. Dengan kecepatannya yang luar biasa, ia berhasil memanjat pohon dengan lincah dan menghilang di antara daun-daun yang lebat.

Dalam keadaan aman di atas pohon, Li Tian mengambil napas dalam-dalam. Ia menyaksikan dari atas pohon saat kedua prajurit itu mencari-cari di sekitar hutan berkabut. Mereka berteriak-teriak dan mengejar bayangan yang tidak ada.

Setelah yakin bahwa tidak ada lagi bahaya, Li Tian turun dari pohon dengan hati-hati. Ia berterima kasih kepada keberuntungan yang mengantarkannya selamat dari pertempuran ini. Namun, ia juga menyadari bahwa tetap berada dalam hutan itu berbahaya. Ia harus mencari jalan keluar dan melaporkan serangan ini kepada pihak kekaisaran Han.

Dengan waspada, Li Tian melanjutkan perjalanannya melalui hutan berkabut. Ia berharap dapat menemukan arah yang benar dan bertemu dengan teman-temannya. Meskipun serangan musuh tadi telah menciptakan tantangan yang besar baginya, Li Tian tidak akan menyerah. Ia bertekad untuk menemukan jalan keluar dan melindungi rekan-rekannya dari bahaya yang ada.

Tiba-tiba, ia menyadari sesosok makhluk besar tengah mengintainya dari balik kabut. Li Tian segera waspada dan menyiapkan pedangnya. Namun, sosok yang keluar dari kabut tersebut benar-benar terlihat sangat berbahaya. Li Tian tidak percaya diri untuk menghadapinya.

Makhluk besar itu ternyata adalah seekor naga raksasa yang berdiri tegap di depan Li Tian. Getaran api biru yang keluar dari mulutnya menghangatkan udara yang dingin. Li Tian merasa takut, karena dia belum pernah melihat naga sebesar ini sebelumnya.

Namun, naga itu tidak terlihat seperti yang dicontohkan dalam cerita rakyat. Ia terlihat sangat tenang dan ramah, meskipun tetap terlihat menyeramkan. Li Tian tidak tahu harus berbuat apa, apakah harus menyerang atau kabur.

Naga itu mencoba berbicara dengannya, "Jangan takut, Li Tian. Saya bukanlah naga jahat."

Mendengar suara naga, Li Tian agak terkejut. Ternyata bahasa manusia dipahami oleh naga itu. Li Tian merasa aneh, terkadang bahasa manusia saja masih sulit dipahami oleh beberapa manusia, tapi naga yang berbahasa manusia sungguh luar biasa.

Naga itu melanjutkan, "Saya datang membantumu. Bukankah kau memerlukan bantuan untuk memenangkan peperangan melawan mereka? Saya bisa menghancurkan mereka dengan mudah."

Awalnya Li Tian ragu, tapi setelah berpikir sejenak, dia menyetujui tindakan naga itu. Naga itu membantunya, tidak seharusnya dia menolak.

Melihat Li Tian setuju, naga itu merangkulnya dan kemudian terbang di atas langit. Ujung sayap naga itu membelah awan dan kecepatannya membuat Li Tian kagum.

Ketika naga itu mendarat, Li Tian merasa lebih siap dan percaya diri. Suara gemuruh dari pasukan lawan menghampiri mereka dan mereka siap untuk memulai pertarungan. Naga itu segera mengeluarkan laju api birunya yang terasa seperti hujan meteor dan melenyapkan pasukan lawan dengan mudah.

Li Tian dan naga itu bergerak dengan lincah menyerang pasukan lawan satu per satu. Serangan mereka begitu cepat dan mematikan sehingga tak seorang pun dari pasukan lawan yang mampu bertahan atau melawan balik.

Dalam sekejap medan tempur berubah menjadi medan mayat. Tumpukan mayat musuh merayap di sekitar mereka, sementara darah mengalir di tanah yang kering. Li Tian dan naga itu terus maju tak kenal lelah dan terus menghancurkan pasukan lawan yang berusaha melawan mereka.

Namun, pasukan lawan terus mengerahkan kekuatan baru. Mereka memanggil para penyihir dan mantra hitam yang memancarkan energi jahat. Li Tian dan naga itu terpaksa menghadapi kekuatan magis yang tak terbayangkan.

Dengan gesit, naga itu berkembang sayapnya yang besar melindungi Li Tian dari serangan magis. Api yang melindungi mereka berpijar lebih kuat, memantulkan serangan balik yang hebat. Sihir-sihir hitam musuh terbakar menjadi abu yang kusut di udara.

Dalam sekejap, pasukan lawan terkejut melihat kekuatan dihadapinya. Mereka tak pernah melihat kombinasi serangan fisik yang mematikan dan kekuatan sihir yang luar biasa seperti ini sebelumnya. Mereka kewalahan dan terlihat panik.

Melihat kepanikan di wajah pasukan musuh, Li Tian memanfaatkan momen tersebut untuk menerjang mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Pedangnya berputar-putar seperti kincir angin, memotong musuh-musuhnya dengan kejam.

Sang Naga juga tidak kalah dahsyat. Dengan moncongnya yang kokoh dan kuat, ia menyerbu ke dalam barisan musuh dan merobek mereka menjadi dua. Naga itu menerbangkan dirinya di udara, mengepakkan sayapnya kuat-kuat, menciptakan angin kencang yang meniup musuh dalam gelombang energi.

Pasukan musuh semakin rapuh seiring dengan bertambahnya korban yang jatuh. Ketakutan dan ketidakpercayaan menggelayuti mereka. Beberapa bahkan sudah mulai melarikan diri dari medan pertempuran.

Tapi Li Tian tidak memberikan ruang bagi mereka untuk melarikan diri. Dengan kecepatan yang luar biasa, ia mengejar mereka satu per satu dan menghentikan langkah mereka dengan kekuatan pedangnya. Keberanian dan kekerasan dalam dirinya menular pada pasukannya yang bertahan dengan gigih.

Saat pertarungan usai, Li Tian dan naga itu bernapas lega. Mereka berdiri di langit yang kini tenang namun penuh dengan kehancuran dan mayat. Kemenangan mereka datang dengan harga yang mahal tapi mereka berhasil melindungi kerajaan mereka.

Li Tian menghampiri naga itu dan berkata dengan rasa hormat "Terima kasih wahai naga. Kekuatanku saat ini tak akan bisa menandingi kekuatanmu yang luar biasa. Engkau adalah pahlawan sejati."

Naga itu melihat Li Tian dengan mata besar penuh kebijaksanaan, kemudian berkata dengan suara yang dalam. "Kekuatanmu juga tak kalah hebat manusia. Kita adalah tim yang tak terpisahkan.”

Setelah pasukan Li Tian sudah berhasil memenangkan pertarungan dan naga itu membantu menghancurkan kekuatan musuh. Sang Naga kemudian terbang kembali menuju arah sarangnya di hutan berkabut.

Sementara itu, pasukan Li Tian tampak merasa lega dan tersenyum bahagia. Mereka merayakan kemenangan mereka sambil merenung tentang keberanian yang telah mereka tunjukkan.

“Akhirnya kita dapat mengalahkan mereka!” ujar mereka senang.

Li Tian sendiri merasa bangga atas hasil kemenangan mereka dan berterima kasih kepada orang-orang yang telah berjuang bersama-sama dengannya. Dia menyadari bahwa dalam situasi seperti ini, keberanian dan tekad adalah kunci untuk mengalahkan musuh dan meraih kemenangan.

Bersambung.

Episode 02 : Desa tak bernama dan bandit palsu.

Setelah pertempuran besar itu selesai, Li Tian beserta pasukannya segera membereskan mayat yang berserakan. Mereka bekerja dengan cepat dan efisien, mengumpulkan mayat-mayat musuh dan mempersiapkan mereka untuk pemakaman. Seiring langkah mereka, aroma darah yang menusuk hidung dan pemandangan kehancuran di sekitar mereka mengingatkan mereka akan betapa kejamnya pertempuran tersebut. Namun, mereka tidak memiliki waktu untuk meratapi atau mengenang karena masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Li Tian memimpin pasukannya dalam mengatur pertempuran, membagi tugas di antara mereka dengan bijaksana. Beberapa prajurit ditugaskan untuk membersihkan medan perang, memindahkan reruntuhan yang berbahaya dan memperbaiki kerusakan yang terjadi selama pertempuran. Yang lain ditugaskan untuk mengurus mayat-mayat dan mempersiapkan pemakaman massal.

Di tengah semua kekacauan itu, Li Tian tidak melupakan pentingnya menghormati sesama prajurit yang telah kehilangan nyawa mereka dalam pertempuran. Dia memerintahkan para prajuritnya untuk menguburkan mereka dengan penuh penghormatan dan mengatur pemakaman dengan layak.

Setelah beberapa waktu, medan perang menjadi lebih teratur. Mayat-mayat musuh yang telah dikumpulkan ditimbun dalam sebuah kuburan besar, sedangkan prajurit Li Tian yang tewas ditempatkan dalam kuburan yang terpisah. Li Tian menyampaikan kata-kata penghormatan yang tulus untuk setiap prajurit yang tergabung dalam pembelaan mereka. Dia berbicara tentang keberanian, pengorbanan, dan dedikasi mereka dalam melindungi wilayah ini.

Setelah pemakaman selesai, Li Tian berdiri di tengah makam yang terhormat. Dia memperhatikan angin yang berhembus lembut dan rasa kesedihan yang masih terasa di udara. Dia berdoa untuk kedamaian dan keberuntungan bagi para prajurit yang telah gugur dan berjanji untuk terus melanjutkan perjuangan mereka untuk mempertahankan keadilan dan kebebasan.

Ingatan Li Tian sebagai penyeberang dari dunia lain masih samar. Namun, ia sudah ingat tentang dirinya di dunia ini. Musuh yang baru saja Li Tian hadapi bersama prajurit dan warga desa, jelas sekali adalah prajurit dari kerajaan lain dan kelompok pemberontak yang bergabung dan menyamar menjadi kelompok bandit. Mereka ingin menguasai desa tak bernama di wilayah perbatasan kekaisaran Han ini.

Beruntung, Li Tian dengan keberanian dan keterampilan bertempurnya yang luar biasa, berhasil memimpin prajurit dan warga desa untuk melawan serangan pasukan musuh. Mereka berhasil mengusir para penyerang dan mengembalikan kedamaian di desa tersebut.

Saat ini, Li Tian berkumpul dengan para warga desa yang telah memberikan bantuan di medan pertempuran. Ia melihat mata mereka penuh rasa terima kasih dan penghargaan. Li Tian merasa bangga dengan pencapaian mereka.

Namun, ia tidak merasa puas.Ia memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang keberadaan mereka dan siapa yang berada di belakang serangan tersebut.

Li Tian mengumpulkan sisa-sisa senjata yang ditinggalkan oleh musuh dan memeriksa tanda-tanda yang ada di dalamnya. Ia mencoba mengidentifikasi apakah ada hubungan dengan kerajaan lain atau ada dalang di balik serangan tersebut.

Dalam perjalanannya, Li Tian bertemu dengan seorang petani tua yang memiliki pengetahuan tentang lingkungan sekitar. Petani itu memberitahu Li Tian bahwa ada sebuah gua yang terletak di hutan terlarang pada perbatasan kekaisaran Han. Gua tersebut dikatakan menjadi tempat persembunyian para bandit.

Dalam perjalanannya, Li Tian bertemu dengan seorang petani tua yang memiliki pengetahuan tentang lingkungan sekitar. Petani itu memberitahu Li Tian bahwa ada sebuah gua yang terletak di hutan terlarang pada perbatasan kekaisaran. Gua tersebut dikatakan menjadi tempat persembunyian para bandit.

Li Tian pun memutuskan untuk pergi menyelidikinya sendiri. Ia ingin memastikan apakah benar kelompok bandit itu adalah prajurit dari kerajaan lain yang menyamar.

Setelah menyusuri jalan menuju hutan terlarang selama berjam-jam, Li Tian akhirnya sampai di depan mulut gua yang dipercaya menjadi tempat persembunyian para bandit. Hati Li Tian berdegup kencang dalam kegugupan, namun tekadnya untuk menemukan kebenaran mendorongnya untuk melangkah maju.

Li Tian berhati-hati memasuki gua dengan pedangnya siap digenggam erat. Cahaya yang masuk melalui celah-celah batu menyinari lorong gua yang gelap. Setiap langkah yang diambilnya membuat suara menggema di dinding-dinding sekitarnya, menambah ketegangan di hatinya.

Masuk ke dalam gua yang semakin dalam, Li Tian melihat sinar terang yang sedikit memancar dari salah satu sudut gua. Ia mendekat dan melihat sekelompok orang yang sedang berkumpul di dalamnya.

Namun yang membuat Li Tian terkejut bukanlah fakta bahwa mereka adalah bandit, melainkan bahwa mereka adalah panglima perang dari kerajaan tetangga yang bersekutu dengan pengkhianat kekaisaran. Mereka tampak membahas rencana mereka untuk menyerang perbatasan kekaisaran.

Li Tian terkejut dan marah. Ia tidak bisa membiarkan rencana jahat ini terjadi. Dalam diam, ia berbalik dan keluar dari gua, untuk melaporkan temuan penting ini kepada Kaisar Han.

Li Tian sudah ingat tentang misinya untuk menyelidiki penghianat kekaisaran. Itulah alasan dirinya dan pasukannya di kirim ke desa tak bernama di wilayah perbatasan ini.

Sekembalinya ke desa, Li Tian dan pasukannya langsung mencari tahu informasi tentang penghianat kekaisaran. Mereka bertanya kepada penduduk setempat, mengintrogasi orang-orang yang mencurigakan dan memeriksa setiap tempat yang diduga menjadi sarang penghianat.

Namun meskipun mereka telah melakukan segala upaya untuk menyelidiki, Li Tian dan pasukannya tidak berhasil menemukan petunjuk yang konkrit mengenai identitas penghianat tersebut. Mereka mulai merasa frustrasi karena waktu semakin berjalan dan mereka belum menemukan jawaban.

Saat itu, seorang penduduk desa yang bernama Mei Ling mendekati Li Tian. Wanita berusia tiga puluh tahunan itu memiliki aura yang tegas namun ramah di wajahnya. Dia memberitahu Li Tian bahwa dia memiliki informasi yang mungkin bermanfaat bagi misinya.

"Dia adalah seorang kepala keluarga yang berpengaruh di desa ini,” ujar Mei Ling sambil menunjuk seorang pria di seberang jalan. "Namanya Wang Hao. Dia terkenal kaya dan memiliki banyak pengikut. Banyak orang di sini yang percaya bahwa dia memiliki hubungan yang buruk dengan kekaisaran."

Li Tian mengamati Wang Hao dengan seksama. Pria tersebut tampak tajam dan bijaksana dan tidak ada yang mencurigakan pada penampilannya. Meskipun begitu dia tidak bisa mengabaikan informasi Mei Ling begitu saja.

"Dapatkah kamu memberikan alasan mengapa banyak orang di sini meragukan Wang Hao?" tanya Li Tian kepada Mei Ling.

Mei Ling menjawab "Beberapa penduduk desa mengatakan bahwa mereka pernah mendengar percakapan Wang Hao dengan seorang pria asing yang mencurigakan. Mereka berbicara tentang hal-hal yang tidak boleh mereka dengar termasuk rencana jahat terhadap kekaisaran."

Li Tian menyadari bahwa inilah petunjuk yang ia butuhkan. Dia berterima kasih kepada Mei Ling atas informasinya yang berharga dan segera mengumpulkan pasukannya untuk memantau Wang Hao.

Berhari-hari mereka mengamati setiap gerak-gerik Wang Hao. Mereka memeriksa tempat tinggalnya, mengikuti langkah-langkahnya di luar dan menghubungkan setiap petunjuk yang mereka dapatkan. Akhirnya mereka berhasil mengumpulkan cukup bukti untuk menangkap Wang Hao dan membawanya ke kantor militer.

Dalam interogasi Wang Hao akhirnya mengakui bahwa dia adalah penghianat kekaisaran. Dia telah menjalin hubungan dengan sekelompok pemberontak yang ingin menggulingkan kekaisaran. Wang Hao menjual informasi rahasia kekaisaran kepada pemberontak termasuk rencana strategis dan pergerakan pasukan.

“Lalu, mengapa mereka ingin menguasai desa perbatasan ini?" tanya Li Tian.

Wang Hao mengerutkan keningnya, berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Li Tian.

"Mereka ingin menguasai desa perbatasan ini karena posisinya yang strategis,” jawabnya akhirnya. "Desa ini merupakan pintu gerbang utama menuju wilayah kekaisaran. Jika mereka berhasil menguasainya, mereka dapat dengan mudah memasuki kerajaan dan menyerang dari dalam."

Li Tian mengangguk, menyadari betapa pentingnya desa perbatasan ini bagi keamanan kerajaan. Ia merasa semakin bertanggung jawab untuk melindungi dan membela desa tersebut.

"Kami harus segera melaporkan hal ini kepada para pejabat kami,” kata Li Tian dengan tegas. "Kita tidak boleh membiarkan desa ini jatuh ke tangan pemberontak."

Pasukannya setuju dengan kata-kata Li Tian. Mereka segera meninggalkan ruangan tempat mereka berada dan menuju ke kantor pejabat. Mereka mendapati bahwa para pejabat sudah mengetahui situasinya dan sedang mengambil langkah-langkah untuk menghadapinya.

"Kami akan segera mengirim pasukan tambahan untuk memperkuat pertahanan desa perbatasan,” kata seorang pejabat tinggi kepada Li Tian. "Kau akan memimpin misi ini."

Mendapat misi ini, Li Tian berpikir untuk meminta bantuan para warga desa lagi.

Li Tian memutuskan untuk mengadakan pertemuan dengan para warga desa untuk meminta bantuan mereka dalam memperkuat pertahanan desa perbatasan. Pada hari berikutnya, Li Tian mengumpulkan semua warga desa di aula desa dan memulai pertemuan tersebut.

"Dengan adanya ancaman serangan dari luar kita perlu memperkuat pertahanan desa perbatasan kita,” kata Li Tian dengan tegas. "Saya meminta bantuan kalian semua untuk bergabung dalam misi ini."

Warga desa berbicara satu sama lain dalam keheningan. Mereka saling berpandangan tampak cemas dan ragu-ragu. Salah satu warga desa bernama Zhang Wei berdiri dan memulai pembicaraan.

"Li Tian kita sudah memberikan bantuan kita yang terbaik saat sebelumnya. Kita sudah menyumbangkan tenaga dan sumber daya dalam pertahanan desa sebelumnya. Apakah memang kita harus melibatkan diri lagi di dalam misi ini?" tanya Zhang Wei dengan suara ragu.

Li Tian mengerti kekhawatiran Zhang Wei dan warga desa lainnya. Namun, dia juga sadar bahwa mereka harus bersatu dan melawan ancaman bersama-sama. Dia pun memberikan penjelasan yang jelas dan meyakinkan.

"Saya paham bahwa kita sudah memberikan banyak dalam pertahanan desa sebelumnya. Namun, keberadaan desa ini dan masa depan kita dipertaruhkan di sini,” kata Li Tian dengan penuh semangat. "Jika kita tidak mengambil langkah ini, desa kita bisa menjadi sasaran serangan dan kita akan kehilangan semua yang kita bangun selama ini."

Seiring dengan kata-kata Li Tian, semangat dan tekad untuk melawan ancaman tersebut mulai bangkit di antara warga desa. Mereka menyadari pentingnya memperkuat pertahanan desa perbatasan dan melindungi tempat yang mereka panggil rumah.

Akhirnya setelah mendengarkan penjelasan Li Tian dan berdiskusi antara satu sama lain, para warga desa sepakat untuk bergabung dalam misi tersebut. Mereka bersedia memberikan tenaga dan sumber daya apa pun yang mereka miliki untuk memperkuat pertahanan desa perbatasan.

Li Tian merasa lega melihat semangat dan kerjasama dari warga desa. Dia tahu bahwa dengan bantuan mereka misi ini akan memiliki peluang lebih besar untuk berhasil. Dia berjanji untuk bekerja sama dengan warga desa dan melindungi tempat yang mereka cintai bersama.

Namun sebelum itu, Li Tian merasa dirinya harus bertemu kembali dengan Sang Naga di hutan berkabut. Li Tian masih berharap mendapat bantuan darinya dan ingin memastikan beberapa hal seperti kenapa dirinya bisa menyeberang ke dunia ini.

Bersambung.

Episode 03 : Membimbing Penduduk Desa.

Setelah memastikan segalanya dengan warga desa, Li Tian pergi ke hutan berkabut sendirian. Dia berjalan melewati pepohonan yang rimbun dan kabut yang tebal. Selama perjalanan, ia merenung, mencoba memahami apa yang terjadi padanya.

Gua naga terletak di tengah-tengah hutan yang tebal dan kabut tebal menyelimuti setiap sudutnya. Li Tian menjelajahi hutan dengan hati-hati, mengikuti petunjuk yang diberikan oleh para penduduk lokal.

Setelah berjalan beberapa jam, Li Tian akhirnya menemukan pintu masuk ke gua naga. Guanya tersembunyi di balik pepohonan yang rimbun dan rintik hujan jatuh dari langit seperti embun.

Li Tian melangkah masuk dengan hati-hati, merasa ketegangan dan kegugupan menguar di dalam dirinya. Suara gemuruh dari dalam gua mengingatkannya akan kekuatan besar yang dimiliki oleh naga yang ia cari.

“Kau datang juga, Li Tian?" ujar sang Naga.

Li Tian menelan ludahnya saat melihat naga yang terbaring di dalam gua. Makhluk besar berwarna hijau ini memiliki sisik keemasan yang bersinar di bawah sinar rembulan, yang tembus masuk melalui celah-celah batu gua.

“Ya saya datang untuk menemuimu," jawab Li Tian dengan suara yang sedikit gemetar. “Saya datang untuk meminta bantuanmu lagi.”

Naga itu mengangguk perlahan. "Apa yang bisa saya lakukan untukmu manusia?"

“Apa Anda tahu mengapa saya bisa menyeberang ke dunia ini?" tanya Li Tian.

Naga itu mendengus kecil menyiratkan rasa skeptisnya. "Tidak semua alasan terungkap dengan mudah manusia. Namun, saya percaya bahwa segala sesuatu memiliki waktu yang tepat. Mengapa Anda menanyakan ini?"

Li Tian tersenyum sedikit gugup. "Saya mendengar bahwa Anda memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang luas. Saya berharap Anda bisa memberikan petunjuk atau pemahaman yang lebih dalam tentang mengapa saya menyeberang ke dunia ini."

Naga itu merenung sejenak seolah merenung atas permintaan Li Tian. "Kamu harus belajar tentang kesabaran, manusia. Dunia ini memiliki banyak rahasia yang tidak dapat diungkapkan dengan cepat. Kamu harus belajar menghargai waktu, proses, dan ketekunan. Kemampuan Anda untuk bersabar dan tidak menyerah adalah kunci untuk menemukan jawabannya."

“Kalau begitu, dapatkah Anda membantu saya untuk mempelajari tentang dunia ini atau sekadar melatih saya agar terbiasa dengan tubuh ini?" tanya Li Tian.

“Baiklah,” jawab Sang Naga mengerti.

Selama beberapa hari, Li Tian akhirnya belajar tentang energi dalam tubuhnya dan memperkuatnya melalui meditasi dan gerakan-gerakan khusus. Sang Naga juga mengajarkan teknik bela diri yang kuat kepada Li Tian, termasuk pukulan dan tendangan yang memanfaatkan kekuatan Qi yang terkumpul dalam tubuh.

Li Tian sangat bersemangat dalam proses belajar ini. Setiap hari dia berlatih dengan giat mengulangi gerakan-gerakan yang diajarkan oleh Sang Naga dan mencoba memperbaiki kualitas Qi-nya. Dia merasakan energi dalam tubuhnya semakin kuat dan terkendali dan kekuatan fisiknya meningkat secara signifikan.

Namun selama waktu ini, Sang Naga juga mengajarkan Li Tian tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kekuatan dan kebijaksanaan. Dia mengingatkannya agar tidak menggunakan kekuatannya dengan sembrono atau untuk tujuan yang jahat. "Kekuatan yang besar juga harus disertai dengan pemahaman yang besar,” kata Sang Naga. "Gunakan kekuatanmu dengan bijak dan untuk kebaikan orang lain."

Li Tian merespons dengan serius. Dia merasa bertanggung jawab atas kekuatan yang dia kembangkan dan dia semakin terinspirasi untuk menjadi seseorang yang dapat melindungi orang lain dan menghancurkan kejahatan di dunia ini.

Setelah berlatih selama beberapa hari dengan Sang Naga, Li Tian pun pamit untuk kembali ke desa tak bernama.

“Baiklah, Dewa Naga, sepertinya saya harus segera kembali ke desa karena pihak musuh pasti sudah akan bergerak,” kata Li Tian.

Dewa Naga mengangguk dengan penuh pengertian. "Berangkatlah, Li Tian. Saya berharap keberanian dan kekuatanmu akan membantu penduduk desa menghadapi bahaya yang ada di sana. Ingatlah mereka membutuhkanmu."

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Dewa Naga, Li Tian melanjutkan perjalanan pulang ke desa tak bernama. Ia berlari dengan kecepatan yang tinggi menggunakan kemampuannya untuk mencapai desa secepat mungkin. Setiap langkahnya penuh dengan keberanian dan tekad, mengingat misi penting yang harus ia lakukan.

Saat Li Tian tiba di desa, pemandangan yang sama seperti sebelumnya masih ada di depan matanya. Li Tian pun mulai berbicara dengan para penduduk desa dan meminta bantuan mereka untuk membangun benteng yang kuat.

Para penduduk desa dengan senang hati mendengarkan Li Tian. Mereka memperbaiki pagar desa dan membangun tembok-tembok yang lebih tinggi dan kuat.

“Semua lebih mudah ketika bekerja sama,” ucap kepala desa bernama Li Yun Xin.

Selanjutnya, tidak hanya membangun pertahanan fisik, Li Tian juga mengajarkan para penduduk desa untuk meningkatkan kemampuan bertarung mereka. Ia meminta para petani dan pedagang untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dan melatih keterampilan bertarung mereka.

Bersama-sama, Li Tian dan penduduk desa tak bernama melanjutkan perjuangan mereka. Mereka melatih diri lebih giat lagi, memperbaiki pertahanan desa dan bekerja sama untuk menghadapi serangan-serangan musuh.

Li Tian menjadi sumber inspirasi bagi penduduk desa dengan sikapnya yang tidak pernah menyerah. Ia mengajari mereka tentang ketabahan dan keberanian serta membangkitkan semangat juang mereka. Setiap pagi, Li Tian memimpin sesi latihan fisik dan bela diri untuk memperkuat kesatuan mereka.

Mereka juga memanfaatkan sumber daya desa dengan bijak. Bahan-bahan praktis seperti kayu, batu, dan tanah digunakan untuk memperkuat benteng pertahanan mereka. Mereka mengatur perangkap-perangkap dan penghalang-penghalang dengan cerdik di sekitar desa untuk menghadang musuh. Li Tian menunjukkan keahlian strateginya dan membimbing penduduk desa dalam merencanakan pertahanan yang efektif.

Tidak hanya, itu Li Tian juga mengajarkan penduduk desa tentang taktik bertarung yang lebih canggih. Dia berbagi pengetahuan tentang teknik bela diri yang ia pelajari dari Sang Naga dan mereka dengan tekun mengasah keterampilan mereka dalam bertempur. Li Tian membantu para penduduk desa menemukan kekuatan dan potensi tersembunyi dalam diri mereka sendiri.

“Mereka datang, Li Tian!” kata salah satu prajuritnya.

Pasukan musuh dari kerajaan lain yang bergabung dengan kelompok pemberontak kekaisaran, kembali menyerang desa tak bernama.

“Jangan takut, kita sudah siap untuk menghadapinya!” ujar Li Tian.

Mendengar motivasi dan keberanian yang terpancar dari suara Li Tian, pasukan dan penduduk desa merasa semangat mereka kembali membara. Mereka sadar bahwa mereka tidak sendirian dalam pertempuran ini dan harus bekerja sama untuk melawan pasukan pemberontak.

Dengan semangat yang baru ditemukan, Li Tian dan pasukannya mulai mengatur strategi. Mereka menyusun rencana untuk menyerang pasukan pemberontak dari berbagai sisi dengan harapan dapat memecah belah kekuatan musuh. Li Tian meyakinkan mereka bahwa dengan taktik yang tepat dan kerja sama yang baik, mereka pasti akan berhasil mengusir pasukan pemberontak dari desa mereka.

Pasukan itu melakukan pelatihan intensif dan persiapan sebelum pertempuran yang tak terhindarkan. Li Tian memimpin mereka dengan contoh menunjukkan keterampilan tempur unggul yang dimilikinya. Dia memancing semangat juang dalam diri setiap anggota pasukannya dan menunjukkan bahwa tak ada yang mustahil jika mereka bersatu.

Saat hari pertempuran tiba, suasana di desa itu tegang. Pasukan pemberontak mulai mendekati dengan keinginan untuk merebut desa dan mengendalikan daerah itu. Namun, mereka tidak menyadari bahwa mereka akan menghadapi perlawanan yang tangguh dan berani.

Li Tian dengan kepala tegak memimpin pasukannya maju menuju musuh. Mereka lambat laun berhasil mempersempit jarak dengan musuh, untuk memberikan serangan balasan yang mematikan. Serangan tiada henti dari pasukan Li Tian membuat pasukan pemberontak jadi terkejut dan bingung.

Penduduk desa yang semula terpicu merasa takut, kembali mendapatkan semangat mereka yang hilang. Mereka bergabung dalam pertempuran menggunakan segala kemampuan mereka, untuk melawan pasukan pemberontak. Desa itu dipenuhi dengan sorakan semangat perjuangan yang tak terbendung.

Melihat perlawanan yang tangguh dari pasukan Li Tian dan penduduk desa, pasukan pemberontak mulai kehilangan kendali. Mereka yang semula percaya diri mulai panik dan terlarut dalam kekacauan. Disebabkan kebingungan, mereka pasukan pemberontak mulai mundur dengan cepat.

Pertempuran pertama berakhir dengan kemenangan bagi Li Tian dan pasukannya. Pasukan dan penduduk desa merayakan kemenangan mereka mengucapkan rasa syukur kepada Li Tian yang telah memimpin mereka dengan bijaksana. Namun, semua ini belum berakhir karena musuh pasti akan datang lagi.

Sebelumnya, mereka sempat menunda rencana mereka untuk menyerang desa tak bernama ini berkat ketakutannya kepada Sang Naga. Namun, melihat mereka mulai kembali menyerang, mereka pasti sudah siap dengan segala resikonya dan mempertaruhkan semuanya.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!