Tempat kerja baru Rinjani

Hari ini, Rinjani sengaja bangun lebih pagi dari hari biasanya. Langit di luar rumah bahkan masih terlihat gelap gulita saat Rinjani sudah mulai sibuk dengan serentetan kegiatan paginya.

Mulai dari membersihkan rumah, mencuci pakaian, serta segala tugas rumah tangga sudah dilakukannya dengan sangat baik. Meskipun awalnya terasa cukup berat dan melelahkan, namun semuanya tetap dilakukannya dengan penuh semangat.

Rinjani yang selama ini ditakdirkan menjadi anak tunggal jelas tidak terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Dirinya sudah terbiasa bangun tidur disaat rumah sudah terlihat bersih dan rapi, serta dirinya yang tidak perlu repot-repot menyiapkan makanan karena setiap harinya, ibunya lah yang sudah menyiapkan semuanya.

Tidak seperti kali ini, perutnya sudah terasa begitu lapar, namun sama sekali tidak ada makanan apapun di meja makan. Semuanya kosong, hanya ada sebungkus roti tawar yang sudah mulai berjamur.

"Ck! nggak ada makanan apapun. Mana perutku udah laper, lagi." keluh Rinjani lemas merasakan perutnya yang sudah tidak bisa di ajak kompromi. Cacing cacing penghuni perutnya seolah sedang demo memintanya agar segera dikasih amunisi.

Merasa tidak ada lagi yang bisa dimintai tolong, Rinjani segera berjalan menuju dapur rumahnya. Langkahnya langsung tertuju ke arah kulkas yang berada di sudut ruangan. Dibukanya pintu kulkas yang sayangnya juga tidak ada makanan apapun di dalamnya.

Bahan-bahan makanan yang biasanya memenuhi hampir semua rak kulkas juga sekarang entah pergi kemana. Semuanya bersih tak tersisa. Melihat hal itu, wajah Rinjani yang terlihat sangat letih kini jadi bertambah masam.

"Nasib, nasib..." rutuk Rinjani sebelum menghembuskan nafas beratnya. Mengetahui tidak ada apapun yang bisa dimakan, Rinjani bergegas menutup pintu kulkas kembali sebelum tangannya buru-buru membukanya lagi.

Bughh!

"Eh, apa itu!" teriak Rinjani begitu matanya seperti melihat sesuatu. Dan benar saja, setelah memutuskan untuk membuka pintu kulkas kembali, senyuman bahagia langsung merekah di wajahnya.

"Telur!" teriaknya dengan senyum yang mengembang. Hanya melihat telur ayam saja sudah kembali mengembalikan moodnya. Rinjani terlihat begitu bahagia mengetahui masih ada bahan makanan yang bisa di masaknya. Meskipun tak lama kemudian senyumnya terlihat kembali memudar, "Yah! cuma satu, lagi. Satu mah mana cukup!"

Tak kurang akal, Rinjani kini beranjak ke depan lemari. Dibukanya semua laci yang ada demi mencari keberadaan sesuatu yang menjadi harapan terakhirnya. Untunglah apa yang sedang dicarinya masih tersedia di dalam lemari. Ya, satu bungkus mie instan yang langsung dipeluknya erat seolah bungkusan plastik kecil itu adalah superhero bagi hidupnya.

"Yeeeyyy! akhirnya, bisa makan juga! Mohon menunggu sebentar lagi, ya." serunya sembari mengelus perut ratanya seolah sedang berbicara dengan penghuni di dalamnya.

***************

"Makan yang banyak, Sayang. Segitu mah nggak bikin perut kamu kenyang. Sini piringnya biar Mamah tambahin lagi nasinya."

"Nggak perlu, Mah. Hendra udah kenyang." tolak Hendra dengan wajah datarnya.

"Kamu masih marah sama Mamah?" selidik Mamah Hendra yang tidak melihat keramahan pada wajah putranya. Dirinya sadar, Hendra masih belum terima dengan keputusan yang sudah diambilnya.

"Mamah pikir aja sendiri!" ketus Hendra.

"Kok gitu?"

"Iya, Mamah pikir sendiri aja. Toh juga nggak usah dijawab Mamah udah tau jawabannya, kan?"

Hendra terus saja menunjukkan keberatannya mengenai keputusan sepihak yang sudah diputuskan ibunya. Menurutnya, keputusan ibunya bukanlah yang terbaik untuk saat ini. Meskipun tidak bisa dipungkirinya jika dirinya juga sudah menantikan hal itu dari lama. Namun sekarang situasinya sudah berbeda, kini semuanya tidak lagi sepenting dulu dimana Hendra selalu berharap agar dirinya bisa mendapatkan apa yang sudah diidamkannya.

"Hendra nggak mau, Mah..."

"Kenapa? Bukannya kamu juga udah nungguin hal ini dari lama bukan?" tanya Mamah Hendra tak tau lagi dengan pemikiran putranya.

"Kalau aku lanjutin semuanya, terus gimana sama Rinjani, Mah?"

"Apanya yang gimana? Kalian masih bisa bersama, kan? Mamah nggak pernah nyuruh kamu buat ninggalin dia, Ndra. Mamah cuma minta sama kamu buat lanjutin apa yang sudah lama menjadi impian kamu. Itu aja kok, nggak ada yang lain."

"Hekh! Hendra nggak setega itu, Mah. Hendra akan merasa sangat egois kalau Hendra tetap lanjutin semuanya. Hendra sangat sayang sama Rinjani. Hendra nggak mau ninggalin Rinjani demi kepentingan Hendra sendiri."

Sontak jawaban Hendra semakin menambah kerutan pada dahi ibunya. Ibu Hendra tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepala anaknya. Bukankah semuanya akan tetap baik-baik saja, tapi kenapa Hendra masih saja bersikeras untuk membatalkan rencananya.

"Mamah nggak tau lagi sama jalan pikiran kamu, Ndra." tukas Mamah Hendra sebelum memilih pergi meninggalkan Hendra yang hanya bisa merenungi keadaan.

Hendra sendiri sedang dalam dilema besar. Antara iya dan tidak semuanya sama-sama berat untuknya. Satu sisi, dirinya sudah susah payah agar bisa mendapatkan apa yang sudah menjadi harapannya. Namun di sisi yang lain, dirinya sangat berat meninggalkan Rinjani yang jelas sedang membutuhkan support darinya.

***************

Langit sudah terlihat terang benderang. Rasa panas terasa begitu menyengat menembus kulit putih Rinjani. Peluh sudah membasahi wajah letihnya. Entahlah, Rinjani seolah merasakan matahari yang berada tepat di atas kepalanya.

Sudah berjam-jam lamanya Rinjani berjalan menyusuri panjangnya jalanan ibukota. Sudah ada banyak toko dan restoran yang didatanginya. Namun belum ada satupun tempat yang membutuhkan pegawai baru.

Di tangannya ada satu map coklat berisi CV dan surat lamaran kerja yang mulai lusuh akibat sudah dijadikannya sebagai kipas darurat. Andai saja mobil ayahnya tidak hancur saat kecelakaan kemarin, mungkin dirinya tidak perlu berpanas-panasan seperti saat ini.

Rinjani berulang kali menyeka peluh yang memenuhi wajah lelahnya. Kakinya terasa pegal, wajahnya sudah terasa lengket, bahkan riasan yang menghias wajahnya sudah luntur saking seringnya menyeka keringat.

Merasa sudah terlalu lelah berjalan, Rinjani memilih beristirahat barang sejenak. Tidak melihat adanya tempat yang cocok untuknya istirahat, pada akhirnya duduk di bawah pohon menjadi pilihan terakhirnya.

"Hufttt! Panas banget." keluhnya sembari menggerakkan bagian depan bajunya. Kedua kakinya sengaja diluruskan ke depan dengan tubuh yang sengaja disandarkan ke batang pohon, "Haus, mana minumnya udah mau abis lagi!"

Rinjani kembali mengeluh melihat botol minum miliknya yang tinggal sedikit isinya. Dibukanya botol minum sebelum langsung ditenggak hingga habis tak bersisa.

Tiba-tiba saja, Rinjani yang sedang asik berteduh di bawah pohon seperti merasakan getaran pada saku celananya. Dan benar saja, saru notifikasi pesan masuk sudah menyembul pada layar terangnya.

Ting!

[Gimana Rin, udah dapat kerjaan belum? Gue ada kerjaan, nih.] isi pesan masuk dari kontak bernama Siska.

Mengetahui hal itu, wajah Rinjani yang sebelumnya muram kini berubah sumringah setelah membaca pesan dari salah satu kenalannya.

[Serius, Sis?] balasnya dengan senyuman yang belum menghilang dari wajah leganya.

Ting!

[Beneran, lah. Kalau lo mau, lo bisa langsung kerja hari ini juga. Mau nggak, lo?]

[Mau, Sis. Mau banget gue.]

Ting!

[Oke, gitu share lock tempatnya. Elo langsung dateng ke situ aja. Ntar tinggal bilang sama satpamnya aja kalau gue yang udah ngasih tau elo tentang info pekerjaan itu.]

Dengan suasana hati yang berbunga bunga, Rinjani dengan penuh semangat bangkit berdiri sebelum kembali memastikan penampilannya masih cukup rapih untuk pergi ke tempat kerja.

Tidak berniat membuang waktu yang ada, Rinjani langsung pergi mengikuti arahan dari temannya. Memilih pergi menggunakan layanan ojek online membuat Rinjani tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke tempat tujuannya.

Namun, setibanya di depan gedung yang digadang-gadang akan menjadi tempatnya bekerja, Rinjani justru terlihat diam mematung di tempatnya berdiri.

Pandangannya tidak terlepas dari sesuatu yang membuatnya ragu untuk melanjutkan langkahnya.

"Club malam..."

Terpopuler

Comments

lovelly

lovelly

jgn mau kerja diclub malam rin, bahaya!

2023-05-30

1

sitiaisyah

sitiaisyah

indomie emg sring jdi penolong saat dompet kosong😂 jdi penasaran sbnarnya rinjani anak org kaya bukan sih masa iya nggk punya tabungan sdkitpun

2023-05-30

1

Ainunmata

Ainunmata

halo kaka author aku pembaca baru disini tpi aku suka sama cara kaka cerita penulisannya rapih sama mudah dipahami
semangat terus buat kaka author

2023-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!