2. Kepergian orang tua Rinjani

"Ibu, Ayah!" teriak Rinjani begitu terbangun dari pingsannya. Bahkan dalam alam bawah sadarnya, Rinjani terus memanggil nama kedua orang tuanya. Untuk kedua kalinya, air mata Rinjani pecah membasahi wajah sembabnya karena menangis terlalu lama.

"Kenapa kalian harus pergi? Kenapa Ibu dan Ayah tega meninggalkan Rinjani sendirian seperti ini? Sekarang Rinjani tidak punya siapa-siapa lagi. Rinjani harus apa?" Rinjani terus menangis pilu, mengingat bahwa dirinya tidak memiliki keluarga lain selain kedua orang tuanya yang pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Dadanya terasa sesak karena harus menghadapi kenyataan yang pahit, dan dalam hatinya, Rinjani tidak berhenti berharap bahwa semua ini hanya sebuah mimpi. Dia sangat berharap bahwa saat dia terbangun, semuanya akan kembali seperti pagi hari tadi, di mana dia masih bisa bersama Ayah dan Ibunya tertawa bahagia.

Namun sayang, sekuat apapun Rinjani mencoba menolak kenyataan itu, itu tidak akan bisa merubah takdir yang sudah ditetapkan untuknya. Meskipun dia menangis terus-menerus, itu semua tidak akan bisa menghidupkan kembali kedua orang tuanya.

Ruang rumah sakit menjadi saksi bisu betapa hancurnya hati Rinjani karena kehilangan kedua orang yang sangat dicintainya dalam waktu yang bersamaan. Rinjani bahkan tidak peduli jika suaranya mengganggu kenyamanan orang lain. Suaranya memenuhi ruangan dengan tangisnya yang membiarkan dia melepaskan segala emosi jiwanya.

Kehilangan seseorang yang pergi tanpa berpamitan justru terasa lebih menyakitkan daripada mereka yang pergi dengan salam perpisahan.

Merasa lelah menangisi, kini Rinjani mencoba menenangkan diri sedikit. Dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan berat. Meskipun Rinjani hanya sedikit berharap agar kesedihannya ikut pergi bersama udara yang keluar dari mulutnya.

"Kenapa kalian harus pergi, Bu? Kenapa kalian pergi tanpa mengajak Rinjani? Aku takut, bagaimana Rinjani bisa hidup tanpa kalian?" lirihnya mencoba tegar.

Dia mengusap kasar sisa air mata yang sudah mulai mengering sebelum bergegas bangkit setelah menyadari hanya ada dirinya sendiri yang harus mengurus jenazah kedua orang tuanya.

Dan benar saja, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dari arah luar dengan dua petugas rumah sakit yang menyembul dari balik pintu.

"Maaf sebelumnya, Mbak. Tim rumah sakit sudah menunggu tapi belum ada orang yang datang mengurus jenazah orang tua Mbak Rinjani," beber salah satu petugas dengan seragam putihnya.

"Hanya saya yang keluarga mereka, Sus, jadi saya yang akan mengurus pemakaman mereka," jelas Rinjani yang kini sudah sedikit tegar.

"Baiklah, kalau begitu Mbak ikut kami untuk mengurus surat-surat kepulangan jenazah. Setelah itu, pihak rumah sakit akan mengantarkan Mbak beserta jenazah kedua orang tuanya pulang ke rumah."

"Tunggu sebentar, Sus. Kasih saya waktu untuk menghubungi seseorang terlebih dulu."

Rinjani buru-buru menyalakan ponselnya sebelum jari lentiknya terlihat menari-nari di atas layar terang miliknya.

Setelah beberapa waktu berkomunikasi dengan seseorang, Rinjani kembali menyimpan ponselnya sebelum mengekor suster yang sedang memimpin jalan.

"Makasih banyak, Ndra. Maaf ya, kamu jadi harus capek-capek mengurus pemakaman Ayah dan Ibu."

"Gpp, Sayang. Orang tuamu itu orang tuaku juga. Udah sewajarnya aku ikut berbakti untuk yang terakhir kalinya. Sekarang lebih baik kamu istirahat biar besok pagi badan kamu udah enakan lagi."

"Sudah mau maghrib. Kita pulang sekarang. Kasihan badan kamu udah kecapean begini."

Senyuman terucap di bibir Rinjani setelah kekasihnya, Hendra, menghiburnya. Meskipun dia tahu di dalam hatinya masih ada perasaan tak rela melihat tubuh orang tua tercinta perlahan tenggelam di dalam tanah, Rinjani menghela napas panjang kemudian meraih tangan Hendra yang memulai langkah pulang ke rumah.

"Terima kasih, sudah memperhatikan aku, Ndra…" ucap Rinjani dengan nada melankolis, merasakan kasih sayang dan perhatian tak henti dari kekasihnya. Kehilangan orang tua menjadikan kesepian menghinggapinya. Rinjani yang selama ini biasa dimanjakan dengan kasih sayang orang tuanya, merasakan kehampaan dalam hatinya. Dia merasa seperti ada yang hilang dari dirinya.

"Ck! Tak perlu ucap terima kasih begitu, kamu kan pacarku. Kalau bukan aku yang peduli denganmu, siapa lagi yang bakal melakukannya?"

"Terima kasih sudah jadi pacarku…"

"Sudah, nanti kamu jadi 'mellow' lagi. Sekarang lebih baik kalau kamu tidur. Besok pagi-pagi aku akan datang membawakanmu makanan. Kamu hati-hati di rumah dan jangan lupa mengunci pintu."

Hendra merasa tidak tega meninggalkan Rinjani sendirian di rumah dalam kondisi hatinya yang hancur. Dia tidak ingin meninggalkannya seorang diri, namun mereka belum memiliki hubungan resmi, sehingga Hendra tidak mungkin bermalam bersama Rinjani tanpa kehadiran orang lain.

"Kenapa masih diam? Kamu tidak jadi pulang?" tanya Rinjani bingung, sambil menatap Hendra yang terdiam.

"Tidak apa-apa. Nanti aku akan menunggu kamu tidur dulu sebelum pulang. Sekarang, cepat tidur. Sudah larut malam…" lalu Hendra merapikan selimut yang menggelayuti Rinjani. Satu tangannya mengelus kepala Rinjani lembut.

"Tentang kunci pintu, bagaimana nanti?" tanya Rinjani.

"Jangan khawatir, aku akan mengunci dari luar. Kamu punya kunci cadangan, kan?"

"Baiklah…" kata Rinjani lega.

Tak lama kemudian, Rinjani terlelap dalam kelelahannya dan Hendra terlihat memandangi kekasihnya dengan tatapan yang kian muram. Sepertinya, ada perasaan terpendam dalam sorot matanya.

"Maafkan aku, Rin. Kalau kedepannya kau menangis bukan aku yang menyebabkannya…" gumam Hendra dengan penuh penyesalan.

Terpopuler

Comments

Nona Bucin 18294

Nona Bucin 18294

mari saling mendukung kak,,,

2023-06-08

0

lovelly

lovelly

tetap kuat rin

2023-05-30

1

sitiaisyah

sitiaisyah

hendra kenapa
kmu nggk bermksud buat ninggalin rinjani kan ndra
jgn gitulah, masa iya kmu nggk ksian sama rinjani kasian loh dia bru aja kehilangan org tuanya

2023-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!