Begitupun dengan Dimas, setelah makanannya habis, ia langsung pamit untuk pergi ke rumah Rain.
Dimas pun masuk kedalam mobil, dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan mansion.
Tak lama, mobil Dimas pun sampai di depan gerbang rumah kekasihnya itu, pak Soleh selaku satpam di rumah Rain pun membuka gerbang, kemudian mobil Dimas pun masuk.
Setelah memakirkan mobilnya di halaman rumah Rain, Dimas pun turun dari mobilnya, dan segera mengetuk pintu rumah Rain.
"Assalamu'alaikum," ucapnya, setelah pintu itu terbuka.
"Wa'alaikum salam," jawab bi Minah, selaku art di rumah Rain.
"Rain nya ada, bi?" tanya Dimas.
"Ada di dalam, silahkan masuk den," jawab sang bibi, bi Minah memang sudah mengenali Dimas.
Dimas pun masuk, dan ia menunggu di ruang tamu, sementara bi Minah pergi untuk pergi ke Rain.
"Maaf. Nyonya, tuan, dan nona. Di depan ada den Dimas yang ingin bertemu dengan non Rain," ujar bi Minah.
Kini Rain dan kedua orang tuanya tengah menikmati sarapan bersama.
"Oh ya. Bi tolong persilahkan Dimas untuk sarapan bersama dengan kami," ucap sang ayah.
"Baik tuan." Bi Minah pun pergi dari ruang makan, dan menuju ruang tamu untuk memberitahukan kepada Dimas, bahwa ia diminta untuk sarapan bersama dengan kedua orang tua Rain dulu.
"Bagaimana bi?" tanya Dimas, ia pun beranjak dari duduknya.
"Maaf den. Aden diminta untuk sarapan bersama bersama nyonya, tuan, dan nona Rain," jawab bi Minah.
"Benarkah?!"
"Iya den."
Dimas pun mengikuti bi Minah yang mengantarnya ke ruang makan, yang dimana di sana sudah ada kedua orang tua Rain dan juga Rain sendiri.
"Assalamu'alaikum. Pagi om, Tante," ucapnya, ketika sudah berada di meja makan.
"Wa'alaikum salam, pagi juga," ucap kedua orang tua Rain.
"Dimas silahkan duduk, mari sarapan bersama," ucap Bunda Rain.
"Terima kasih Tante, tapi Dimas sudah sarapan tadi," tolaknya dengan halus.
"Baiklah. Tapi duduk dulu Dim, liat Rain nya saja masih sarapan, daripada kamu berdiri terus," ucap Bunda Riri.
"Baik Tante." Dimas pun duduk di kursi makan yang berada di samping kekasihnya itu.
"Pagi," ucap Rain pada Dimas yang duduk si sebelahnya, seraya mengembangkan senyumnya yang manis.
"Pagi juga." Dimas pun membalas sapaan kekasihnya itu, ia pun sama memberikan senyuman yang manis.
"Ekhm." Pak Ardi pun berdeham, dan hal itu berhasil membuat dua orang yang jatuh cinta itu menundukkan kepalanya.
"Maksud kedatangan saya, saya ingin meminta ijin untuk membawa Rain pergi Om," ucap Dimas, kini kedua pria beda generasi itu sudah duduk di ruang tamu, sementara ibunya Rain, membersihkan meja makan, dan untuk Rain sendiri kini ia tengah bersiap-siap untuk pergi dengan kekasihnya itu.
"Memangnya mau pergi kemana?" tanya sang ayah.
"Mm ... Mau pergi ke Bandung Om, Om mengijinkan, bukan?!" tanyanya harap-harap cemas.
"Bandung?"
"Iya Om."
"Apa kalian akan menginap?" tanya pak Ardi lagi.
"Saya usahakan tidak menginap Om," jawab Dimas.
"Yasudah kalau begitu, sebaiknya kalian cepat pergi, mumpung masih pagi, agar nanti sampainya tidak terlalu malam," ucap pak Ardi ayah Rain.
"Baik om, tapi Rain ... "
"Sebentar," sela ayah Rain.
"Bun!" panggil pak Ardi pada sang istri.
"Iya yah?" tanya sang bunda.
"Rain mana?" tanya sang ayah balik.
"Rain ada di kamarnya, mungkin sedang siap-siap," jawabnya.
"Yasudah kalau begitu, kamu panggil dia, agar cepat bersiap. Jika dia tidak turun dalam waktu dua menit, ayah tidak mengijinkan dia pergi," ucapnya.
"Ya Allah yah. Yasudah bunda panggil dulu." Bunda Rain pun pergi ke kamar sang anak.
Saat sudah sampai di depan pintu kamar putrinya, di sana ia dapat melihat bahwa putrinya itu sudah siap dengan pakaian yang ia pakai, sekaligus tas selempang yang akan ia bawa.
"Sudah siap?" tanyanya.
"Sudah Bun," jawabnya.
"Baguslah, ayo cepat turun. Nanti ayahmu marah, tadi aja suruh bunda buat panggil kamu, dan bilang kalau kamu dalam dua menit tidak turun, maka ayahmu tidak akan mengijinkan kamu pergi katanya," adu nya pada sang anak.
"Astagfirullah, ayah."
"Yasudah makanya ayo."
"Iya Bun."
Ibu dan anak itu pun turun ke bawah.
"Dim," panggil Rain pada kekasihnya itu.
"Udah?" tanyanya, dan diangguki oleh Rain.
Mereka berempat pun pergi ke depan rumah.
"Yasudah, mm ... Ayah, Bun, kalau gitu Dimas sama Rain pamit ya, assalamu'alaikum," ucap Dimas, seraya menyalim punggung tangan kedua orang tua Rain, begitu pula dengan Rain yang menyalim punggung tangan kedua orang tuanya.
"Iya, hati-hati ya. Nak Dimas, bawa mobilnya jangan kencang-kencang," ucap bunda Rain.
"Iya Bun. Assalamu'alaikum," ucap Dimas.
"Wa'alaikum salam," jawab kedua orang tua Rain.
Rain dan Dimas pun masuk kedalam mobil Dimas.
Dimas pun mulai melajukkan mobilnya.
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya mobil yang dikendarai oleh Dimas sampai di tempat wisata pine forest camp. Lokasi itu terletak di Lembang Bandung.
Mereka sampai pada pukul 19:00 WIB. Dikarenakan diperjalanan tadi sungguh macet, sehingga mereka sampai pada malam hari. Keduanya pun turun dari mobil.
"Bagaimana kamu suka?" tanya Dimas pada kekasihnya itu.
"Suka, tempat ini sangat indah," jawabnya dengan senyum indah yang menghiasi bibirnya.
"Mm ... Sayang," panggil Dimas.
"Iya."
"Kamu mau nyewa tenda tidak?" tanyanya.
"Gak ah, bukannya kita gak boleh lama ya sama ayah. Sayang aja kalau kita nyewa tenda, sementara kita hanya sebentar di sini," jawabnya.
"Bener juga. Yasudah, ikut aku yuk," ajaknya.
"Kemana?"
"Ke sana."
Dimas pun menarik tangan kekasihnya itu, untuk di ajak ketempat yang cukup sepi namun masih terlihat beberapa orang yang juga ada di sana yang tengah menikmati malam sama seperti yang dilakukan oleh dirinya dan Rain.
Rain dan Dimas pun duduk di rerumputan hijau, dengan pemandangan langit yang indah dengan ditaburi ribuan bintang, serta cahaya dari rembulan.
"Dingin ya, meski sudah pakai jaket," ucap Rain, seraya memeluk tubuhnya sendiri.
"He'em, namanya juga di pegunungan."
"Hehehe kamu bener juga."
"Masih dingin?" tanya Dimas, seraya menggosok telapak tangan kekasihnya itu dan sesekali meniup telapak tangan kekasihnya itu, guna mengurangi dingin yang dialami.
"Lumayan, udah aku bisa sendiri," jawabnya seraya melepaskan tangannya dari tangan sang kekasih.
Dimas pun kembali melihat ke depan, dengan posisi tangannya yang ia berada di belakang guna menopang tubuhnya.
Meraka pun diam larut dalam keheningan.
"Sayang," panggil Rain setelah lama mereka dalam keheningan.
"Hem," ucapnya seraya menoleh ke arah Rain.
Tanpa mereka sadari kedua wajah mereka terlalu dekat.
Dan tanpa sadar, Dimas memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan wajah sang kekasih.
Sementara Rain ia hanya diam, ia pun memejamkan matanya setelah merasakan deru napas Dimas yang hangat menyapu wajahnya.
Perlahan bibir Dimas pun mendekat ke arah bibi Rain, pada saat bibir keduanya hampir menempel, tiba-tiba ponsel Rain pun berdering, menandakan bahwa ada panggilan telepon.
"M- maaf," ucap Dimas, setelah menyadari apa yang barusan ia lakukan, seharusnya ia tak melakukan hal itu, namun karena terbawa oleh suasana ia pun tanpa sadar, beruntung ponsel Rain berdering, jika tidak maka ia akan mengkhianati prinsip yang ia buat sendiri, bahwa ia tidak akan menyentuk bahkan mencium Rain ketiak mereka belum memiliki ikatan pernikahan, kecuali kening.
"Ti- tidak pa-pa, kalau begitu aku angkat telepon nya," ujar Rain dengan gugup, bahkan wajahnya pun memerah karena menahan malu.
"Iya."
Rain pun mengangkat teleponnya, yang ternyata ayahnya lah yang menghubunginya.
•••
Jangan lupa like, komen, vote dan gift 🙏💚
Terima kasih ...
Selamat membaca 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments