"Wahyu!" teriak Fajri dari ruangannya membuat sang sekretaris yang namanya dipanggil segera melangkah masuk, dia bahkan cukup terkejut saat mendengar teriakan itu, bagaimana tidak?
Tidak biasanya CEO muda ini berteriak, biasanya jika membutuhkannya dia akan menghubunginya, apakah ada hal yang sangat penting?
"Ada apa Tuan?" tanya Wahyu setelah berada di hadapan Fajri.
Pria itu tersenyum licik, sejak tadi dia bukan fokus bekerja melainkan fokus mencari cara supaya Saskia selalu berada di dekatnya dan bagaimana cara supaya hubungan mereka berdua putus, memang pikiran Fajri hanya tentang Saskia.
"Aku butuh sekretaris, panggilkan Saskia Hani ke sini!" tekan Fajri membuat Wahyu menganggukan kepalanya, saat tersadar akan sesuatu, dia kembali berdiri di hadapan Fajri.
"Maksudnya tuan? Saskia yang akan menjadi sekretaris?" ulang Wahyu untuk memastikan ucapan Fajri barusan.
Fajri menganggukan kepala, dia bahkan sejak tadi sudah senyum-senyum sendiri, membayangkan Saskia akan selalu bersamanya membuat Fajri tersenyum bahagia, sedangkan Wahyu yang melihat ekspresi CEO hanya mengerutkan kening, untuk apa menambah sekretaris? Bukankah dia saja sudah cukup untuk mengerjakan semuanya? Ditambah Wahyu tidak yakin dengan kemampuan wanita itu.
"Kenapa masih ada di sini? Cepat panggilkan dia!"
Wahyu segera tersadar, dia tidak bisa mengatakan apa-apa karena perintah Fajri wajib harus dilaksanakan jika tidak ingin kehilangan pekerjaan.
"Saskia, kamu dipanggil ke ruangan CEO," ucap ketua kepada Saskia yang tengah fokus dengan berkas-berkas yang ada di atas mejanya.
"Lagi?" keluh Saskia, dia bahkan tidak tahu ada urusan apalagi Fajri dengan dirinya. Jika seperti ini kapan dia bisa bekerja dengan tenang?
"Cepat pergi!" lanjut ketua yang diangguki oleh wanita itu.
Mau tidak mau Saskia melangkahkan kaki menuju ruangan CEO, mentang-mentang pemilik perusahaan, dia bisa berlaku semena-mena dengan karyawannya, tetapi pertanyaannya hanya satu, kenapa selalu dia yang diganggu oleh Fajri? Bukankah yang bekerja di sini itu bukan dirinya saja?
"Tuan memanggil saya?" ucap Saskia dengan lembut saat berada di ruangan Fajri.
Fajri yang melihat Saskia bahkan tersenyum tipis, dia meminta Saskia untuk duduk yang diangguki oleh wanita itu, walau sebenarnya perasaannya mulai was-was, melihat senyum Fajri tadi saja membuat dia menjadi sedikit takut, apa yang sebenarnya ada di pikiran pria ini?
"Mulai hari ini kamu menjadi sekretarisku! Ambil barang-barangmu dan pindahkan ke sini!"
Saskia melongo saat mendengar ucapan Fajri, apa maksudnya? Dia menjadi sekretaris? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Bahkan Saskia rasa menjadi ketua saja dia tidak bisa apalagi menjadi sekretaris. Apakah Fajri tengah bercanda?
"Tidak usah tuan, saya sudah nyaman dengan pekerjaan saya," tolak Saskia dengan sopan, dia rasa, dia tidak pantas dengan posisi itu, lagian bukankah Fajri sudah mempunyai sekretaris?
"Terima atau keluar dari perusahaan saya!" ancam Fajri dengan nada yang tidak main-main, bahkan Wahyu yang sempat mendengar itu cukup terkejut, bukankah wanita ini tidak ada kemampuan apa-apa? Lalu kenapa Fajri sampai melakukan hal seperti itu supaya Saskia menjadi sekretarisnya?
"Baiklah, berapa gajinya?" Saskia menyerah, daripada kehilangan pekerjaan mending terima saja tawaran itu, siapa tau gajinya lumayan besar.
"Dua puluh juta."
"Satu hari?" tanyanya dengan tatapan takjub, dia bahkan menghitung dengan jarinya berapa hari agar dia bisa mendapatkan satu miliar.
"Perbulan!" kesal Fajri.
Wajah Saskia berubah saat mendengar itu, dia kira perhari, walau sebenarnya memang semua pekerjaan digaji setiap bulan.
"Kemasi barang-barangmu dan bawa ke sini!" perintah Fajri lagi, benar-benar tidak sabaran.
Saskia menganggukan kepala, dia juga tidak berniat untuk membantah lagi, saat Saskia sudah keluar, Wahyu melangkah masuk, bahkan gajinya saja hanya tiga puluh juta, kenapa Saskia bisa mendapat sebesar itu padahal dia tidak punya kemampuan apa-apa?
"Tuan yakin ingin menjadikannya sebagai sekretaris? Saya rasa dia tidak mempunyai kemampuan apa-apa."
"Kenapa? Kamu yang akan mengajinya? Ini perusahaanku."
Wahyu segera pamit untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, tentu saja dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi saat Fajri sudah mengatakan hal seperti itu.
Sedangkan Saskia, wanita itu melangkah dengan lesu, dia menatap semua rekan kerjanya dengan tatapan sedih, bahkan beberapa orang yang melihat itu mengira jika Saskia sudah dipecat.
"Aku minta maaf atas semua kesalahanku, terutama kepada ketua, hari ini hari terakhir bekerja di ruangan ini," ujar Saskia dengan sedih membuat Viba yang mendengar itu segera memeluk wanita itu.
"Kamu kenapa bisa dipecat?" tanya Vina membuat Saskia mengerjapkan matanya, sejak kapan dia dipecat?
"Kapan aku bilang aku dipecat?" tanya Saskia dengan tatapan heran, tentu saja Vina yang mendengar itu segera melepaskan pelukan mereka.
"Bukannya tadi ...."
"Aku jadi sekretaris CEO, makanya aku bilang hari terakhir bekerja di ruangan ini karena aku pindah ruangan," ujar Saskia panjang lebar membuat semua menyorakinya, padahal tadi dia mengatakannya dengan ekspresi begitu sedih.
"Kukira dipecat, ternyata naik pangkat," sinis Vina membuat Saskia tertawa pelan.
Dia tetap berpamitan kepada semuanya, bahkan Saskia meminta maaf kepada ketua karena selama ini sudah banyak merepotkannya.
Saat dia tengah asik berpamitan, Wahyu tiba-tiba datang membuat Saskia tertegun, bahkan pria itu memerintahkan Saskia untuk cepat menuju ruangannya karena ada banyak pekerjaan yang harus dia lakukan.
Mendengar itu Saskia menghela napas, dia sudah yakin jika sebentar lagi akan semakin sibuk, entah apa pikiran Fajri memintanya untuk menjadi sekretaris.
"Pelajari ini, sebentar lagi akan ada meeting!" tekan Wahyu sambil memberikan sebuah berkas membuat Saskia melototkan matanya, bahkan dia baru saja menjadi sekretaris tetapi sudah akan meeting? Hidupnya benar-benar tinggal hitungan jari.
"Baik," ucap Saskia seraya melangkah masuk ke ruangan Fajri karena memang dia satu ruangan dengan pria itu.
Baru saja Saskia melangkah masuk, Fajri sudah menyuruhnya menyiapkan kopi membuat Saskia mau tidak mau segera melangkah ke dapur kantor.
"Ini tuan, kopinya," ujar Saskia dengan senyum manisnya.
"Terlalu manis! Buatkan lagi!" Fajri meminumnya sedikit lalu memberikan kepada Saskia membuat wanita itu melototkan matanya.
"Baik tuan," ucap Saskia dengan sabar.
Kembali dia menyiapkan kopi untuk Fajri,, bahkan kopi yang dibuatkan Saskia barusan juga mendapatkan masalah membuat dia harus menyiapkan kopi lagi.
Fajri yang melihat raut kesal Saskia hanya tersenyum bahagia, sudah lama dia tidak melihat Saskia seperti itu.
"Ini yang terakhir, jika masih salah, buat aja sendiri," ketus Saskia seraya meletakkan kopi di atas meja Fajri.
"Memangnya kamu siapa berani menyuruhku?"
Saskia hanya diam, dia sudah lelah berulang kali harus membuatkan kopi, apa Fajri kira tidak capek? Baru saja dia akan duduk berniat mempelajari berkas yang tadi diperintahkan oleh Wahyu, telepon di atas mejanya berbunyi membuat wanita itu seketika menegang karena Wahyu mengajaknya untuk segera meeting.
"Tapi ...."
Saskia segera menutup telepon, dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan, bahkan Fajri yang melihat itu mengerutkan keningnya, mau ke mana dia? Bukankah Fajri tidak menyuruhnya membuat kopi lagi?
"Ini saja kamu tidak becus, bagaimana kamu akan menjadi sekretaris?" maki Wahyu karena Saskia mengatakan belum mempelajari berkas tadi, jadi sejak tadi apa pekerjaan wanita ini?
"Maaf," lirih Saskia pelan.
Fajri yang mendengar suara Wahyu segera melangkahkan kaki keluar, dia melihat Wahyu yang tengah memarahi Saskia, bahkan wanita itu hanya menundukkan kepala dengan tatapan seperti akan menangis, tentu saja Fajri mengepalkan kedua tangannya, tidak ada yang boleh memarahi Saskia selain dirinya!
"Wahyu!" teriak Fajri membuat Wahyu tersentak kaget.
Fajri segera menarik Saskia untuk berdiri di belakang tubuhnya, sedangkan Saskia yang mendapat perlakuan seperti itu hanya tersentak kaget.
"Punya hak apa kamu memarahi dan menyuruh Saskia melakukan pekerjaanmu?" tekan Fajri dengan tatapan tajam.
"Itu ...."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments