2. Ternyata salah

Jam pelajaran pertama telah selesai dan semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya. Zeline baru saja selesai mencatat materi yang ada di papan tulis.

Kini ia menutup lembaran bukunya dan menyimpan buku tersebut ke dalam laci meja. Di dalam kelas hanya ada beberapa orang saja yang tidak keluar kelas. Rata-rata dari mereka sudah membawa bekal makanan dari rumahnya.

"Ze, ikut kita ke kantin, yuk!" ajak Kirey sembari menoleh ke belakang.

"Yuk!" jawab Zeline sembari beranjak dari kursinya.

Kirey dan Ratu pun ikut bangkit dari tempat duduk. Mereka bertiga segera keluar kelas bersama menuju kantin sembari melewati koridor-koridor sekolah dan diselingi oleh obrolan.

Pandangan semua orang melihat ke arah Zeline, kini Zeline menjadi pusat perhatian. Walaupun hal seperti ini sudah pernah Zeline alami sebelumnya, tetapi tetap saja ia merasa sedikit risih.

"Oh iya, gue mau nanya dong. Kalo boleh tau yang duduk paling pojok siapa? Katanya hari ini dia gak masuk ya?" tanya Zeline penasaran.

"Oh ... dia namanya Gavin. Hari ini dia gak masuk. Karena, ya emang gitu sih dia punya julukan sebagai raja bolos. Ya, kan, Ra?" jawab Kirey sembari bertanya kembali pada Ratu. Ratu hanya memanggut-manggut karena jawaban Kirey benar.

"Awalnya dia anak pintar di kelas. Walaupun dia emang ketua gangster dari dulu, tapi dulu dia gak seberandal sekarang," lanjut Kirey.

Ratu pun melanjutkan penjelasan Kirey agar Zeline mengerti, "Dia berandal semenjak pacarnya pergi entah kemana."

"Gue harap sih, mantannya Gavin itu ditelan bumi aja gak usah balik lagi. Semenjak itu nilai Gavin berubah drastis begitu pun dengan sikapnya," ucap Ratu.

"Mantan Gavin? Calista? Lo masih ingat dia, Ra?" tanya Kirey.

"Ck! Ingat dong yakali gue lupa. Pokoknya gak akan pernah gue maafin cewek sinting gak punya otak itu! Awas aja kalo dia datang lagi, apalagi sampai rebut Gavin yang udah jadi milik gue sekarang," ujar Ratu.

Deg!

Jantung Zeline seketika berhenti sebentar setelah Ratu berkata seperti itu. Bukan soal Ratu yang membicarakan dirinya, tetapi soal Ratu yang berkata Gavin miliknya sekarang.

Sontak tangan Zeline mengepal kuat sebisa dirinya ia menahan emosi yang hampir meluap. Kalo saja ia tidak sedang menyamar mungkin mereka sudah habis ditampar Zeline.

'Jadi, Gavin sekarang milik Ratu? Gue kira Gavin masih berharap gue kembali dan selalu menunggu gue kembali. Ternyata dugaan gue salah.'

'Dan tanpa kalian ketahui, gue punya alasan membunuh Hana.'

"Ra ... Ra, gue gak habis pikir deh, bisa-bisanya lo mau pacaran sama cowok berandalan kayak Gavin. Cari pacar tuh yang baik kek," ucap Kirey sembari menatap Ratu dari samping.

Ratu menghela napasnya, lalu ia menjawab, "Gue gak masalahin nakalnya Gavin, Key. Gue cuma pengen buktiin ke dia kalo perginya Calista bukan berarti dunia beserta kebahagiaan dia berhenti."

"Emangnya cewek sinting itu doang yang bisa bikin Gavin bahagia? Gue juga bisalah," cibir Ratu dengan penuh percaya diri.

"Tapi ya, ada gak enaknya juga sih setelah gue pacaran sama Gavin. Gue jadi lebih sering overthinking. Takut kalo misal Calista kembali, terus Gavin balik lagi ke dia," lanjut Ratu.

"Iya itu pasti bakalan terjadi, Ra. Orang lama yang bakal jadi pemenangnya," sahut Kirey.

Ratu menghentikan langkahnya, lalu ia menoleh ke arah Kirey dengan raut wajah cemberut–kesal. Kirey dan Zeline pun ikut menghentikan langkahnya serentak dengan tatapan menatap ke arah Ratu.

"Bisa gak Key, kasih doa yang baik-baik aja buat hubungan gue sama Gavin. Malah kayak gitu!" ketus Ratu sembari memutar bola matanya.

Kirey pun tersenyum sembari merangkul pundak Ratu dan Zeline secara bersamaan, lalu ia berkata maaf pada sahabat itu. Sedangkan Zeline, ia hanya bisa terdiam mendengar ucapan-ucapan menyakitkan tentangnya.

Yang bisa Zeline lakukan sekarang adalah menahan emosi demi bisa melanjutkan kehidupanya. Tak terasa mereka tiba di kantin Zeline dan Kirey mencari tempat duduk yang nyaman, sedangkang Ratu ia mengantri untuk memesan makanannya.

"Ssttt! Itu anak baru ya? Cantik bener," bisik Zaky pada temannya sembari melihat ke arah Zeline.

"Yoi bro, anak bau," jawab Elvaro.

"Baru tolol!" sahut Zaky sembari menoyor kepala Elvaro.

Laki-laki yang tengah menyantap keripik singkong itu tersenyum miring dengan pandangan yang tak lepas dari Zeline. "Siap-siap aja kalo Gavin ke sekolah jadi santapan Gavin tuh."

"Mana mungkin, Ky. Si Gavin udah jadi sadboy. Ya kali jadi buaya lagi. Udah tobat dia," sahut Elvaro.

"Kita taruhan aja deh, gimana?" tanya Zaky.

"Ayo! Kalo sampai Gavin gak oleng ke Zeline. Saham perusahaan papi lo jadi milik gue," pinta Elvaro.

"Ngotak dikit bagong permintaannya!" ketus Zaky kesal sembari melempar keripik singkong ke arah Elvaro.

"Ya elah ... yauda deh, lo harus beliin apapun yang gue pengen," pinta Elvaro.

"Oke! Kalo Gavin oleng ke Zeline, lo harus turunin berat badan lo sampai 8 kg dalam seminggu! Karena badan lo membahayakan dunia!" sahut Zaky.

"Deal?" tanya Zaky sembari mengulurkan tangannya .

Elvaro pun membalas uluran tangan tersebut sembari berkata, "DEAL!"

Hanya masalah Zeline dan Gavin mereka pun sampai taruhan seperti itu. Bagi Zaky membelikan apapun yang diinginkan oleh Elvaro adalah hal mudah bagi anak sultan satu ini, tapi bagi Elvaro menurunkan berat badan hal paling sulit karena, ia tidak bisa berhenti untuk makan.

Sadar diperhatikan Zeline langsung menunduk, ia takut mereka berdua mengetahui samarannya. Hal itu tidak diperhatikan oleh Kirey, tetapi Ratu yang memperhatikannya saat Ratu menyimpan beberapa makanan yang ada di tangannya ke atas meja.

"Kenapa, Ze?" tanya Ratu sembari menarik kursi untuk duduk.

"E-enggak, gue gak apa-apa. Makasih ya, udah dipesenin makanannya," ujar Zeline sembari menarik mangkuk berisi baso tahu miliknya.

...***...

Sepulang sekolah mereka–The Feared datang ke basecamp tempat di mana Gavin berada. Mereka semua membangunkan Gavin yang sedang tertidur lelap dengan ponsel yang berada di atas dadanya. Semalaman Gavin tidur di basecamp karena baginya basecamp adalah tempat ternyaman untuk menenangkan diri dibanding rumahnya sendiri.

"Gue pengen lo yang dulu Vin, sekarang lo kelihatan banget lemahnya. Gimana kita mau dibilang gangster yang ditakuti kalo ketuanya lesu gak ada tujuan hidup kek gini," ucap Elvaro sembari menatap ke arah Gavin.

Hanya Elvaro yang berani berbicara seperti itu pada Gavin, sebab ia sangat dekat dengannya ditambah Gavin adalah tetangga sebelahnya. Gavin yang sedang merebahkan tubuh di sofa langsung menegak, menatap Elvaro.

"Lo kenapa jadi gini, Vin?" tanya Andrian.

Terdengar helaan napas yang lesu dari diri Gavin, ia pun hanya berkata, "Gue gak apa-apa."

Calandra tertawa hambar, lalu ia berkata, "Gak apa-apa gimana, bro! Raut wajah lo gak bisa bohong. Gue tau nih lo kenapa, lo masih gak bisa lupain Calista, kan? Si cewek gila itu!"

"CALISTA GAK GILA BANGSAT!" bentak Gavin dengan tatapan tajam.

"Dia gila, Vin! Lo bego atau gimana sih, hah?!" tanya Calandra.

"KURANG AJAR LO!" Gavin beranjak dari kursi, dengan sigap Gavin menarik kerah seragam Calandra.

"Gavin, Gavin stop!" ucap Andrian mencoba menahan Gavin dibantu oleh yang lainnya juga.

"TAU APA LO SOAL CALISTA SIALAN?! SAMPAI-SAMPAI LO BILANG DIA GILA!" tanya Gavin.

"Gue punya otak, Vin! Kalo emang dia gak gila, Hana gak mungkin mati di tangan dia!" jelas Calandra dengan tegas.

"SEKALI LAGI LO NGOMONG CALISTA GILA, LO HABIS–"

"CEWEK KESAYANGAN LO ITU GILA GAVIN!"

Bugh!

"STOP WOI, STOP!" teriak Elvaro sembari menarik Gavin agar berhenti memukuli Calandra.

"MINTA MATI HARI INI LO BANGSAT!" bentak Gavin sembari terus berusaha menarik kerah seragam Calandra.

"Gavin, stop Vin, tahan emosi lo, udah!" ucap Andrian yang terus berusaha menjauhkan Calandra dari Gavin.

Entah seberapa besarnya rasa cinta Gavin pada Calista, hingga ia tidak ingin mendengar siapapun yang mengatakan hal buruk soal Calista. Dan Gavin pun tidak akan pernah membiarkan orang yang sudah mengatakan hal buruk soal Calista, tetap baik-baik saja kehidupannya.

Meskipun hatinya telah terisi oleh Ratu, rasa cintanya terhadap Calista mungkin tidak akan bisa berubah.

"Sorry, Vin," ucap Calandra setelah beberapa jam mereka bertengkar.

Gavin hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari ucapan Calandra barusan, "Gue gak suka kalo sikap lo kayak gini, Dra. Di saat dunia gue lagi berantakan, lo bukan support, tapi malah bikin gue emosi," jelas Gavin.

"Ya sorry, Vin. Gue kesal lihat lo jadi kayak gini," ucap Calandra.

"Pemilihan ketua OSIS kapan?" tanya Gavin pada Calandra.

"Tadi, dan gue kepilih sebagai ketua OSIS nya," jawab Calandra.

Gavin menganggukkan kepalanya, lalu berkata, "Congrats atas kepilihnya lo sebagai ketua OSIS. Sebelumnya gue minta maaf bukan karena emosi gue tadi, tapi gue gak mau sekolah kita terpandang buruk oleh orang-orang kalo mereka tau ketua OSIS nya bagian dari anggota gangster."

"Jadi gue minta, lo gak usah kumpul lagi bersama The Feared mulai hari ini. Lo harus fokus sama tugas lo sebagai ketua OSIS," lanjut Gavin.

Dengan berat hati Calandra mengangguk untuk mengiyakan jawaban Gavin. Ia membenarkan maksud dari pembicaraan Gavin barusan. Bahwa tidak mungkin ia menjalankan tugasnya sebagai ketua OSIS, tapi dirinya masih bergabung dengan gangster.

"Oke, sebelum gue pergi dan gak akan kembali ke basecamp ini lagi. Gue mau ucapin makasih buat semuanya, lo semua teman terbaik gue. Thanks, bro!" ucap Calandra sebelum beranjak pergi dari basecamp.

"Yoi! Congrats ketos!" sahut mereka semua serentak.

Setelah Calandra pergi dari basecamp. Zaky menoleh ke arah Gavin yang sedang meneguk segelas soda. "Vin, saran gue mending besok lo ke sekolah deh," ucap Zaky.

"Ada apa emangnya?" tanya Gavin.

"Ada murid baru, cewek, di kelas kita," jawab Zaky.

"Gak akan mempan, Ky. Udah gue bilang Gavin udah tobat," sahut Elvaro.

"Berisik lo ikan buntal!" ketus Zaky.

Gavin terdiam sejenak, lalu ia bertanya, "Murid baru? Cewek? Urusannya sama gue apaan anjir?"

"Gue yakin lo bakalan oleng ke dia dan sebentar lagi dia bakalan mengobati rasa rindu lo ke Calista. Terhempas tuh si Ratu di hati lo, gue yakin," lanjut Zaky sembari tersenyum penuh percaya diri.

"Oh ... murid baru yang namanya Zeline? Tadi di kelas gue pada heboh ngomongin dia. Katanya ya wajahnya mirip Calista. Gue sih belum lihat," jelas Andrian.

"Mirip Calista? Oke, besok gue ke sekolah," ucap Gavin.

...***...

Di pagi hari yang dingin, Zeline sudah berada di kelas dengan tubuhnya yang memakai jaket. Ia menunduk fokus membaca novel yang baru ia beli kemarin hingga terbawa masuk ke dalam cerita tersebut. Sampai-sampai Zeline tak sadar bahwa di kelasnya ia tidak sendirian lagi.

Dari belakang Gavin terus memperhatikan Zeline mulai dari penampilannya. Yang biasanya ia berangkat ke sekolah pukul sembilan kini belum pukul tujuh, ia sudah berada di kelas karena rasa penasarannya.

"Demi apa sih! Belagu banget jadi cowok! Kalo aja ada cowok dingin di kelas ini. Bakalan gue penggal palanya," ketus Zeline membuat Gavin terkejut mendengarnya.

"Ada, gue. Mau apa lo?" tanya Gavin.

Zeline terdiam mendengar suara tersebut yang sudah tak asing di telinganya. Ia berniat untuk menoleh, tetapi ia urungkan niatnya sebab, ia tau siapa yang ada di belakangnya sekarang.

Gavin memasukkan tangannya pada saku celana sembari berjalan menghampiri Zeline secara perlahan. Ia menatap Zeline dengan tatapannya yang mampu melelehkan siapa pun. Sepertinya batu yang keras pun kalo ditatap Gavin akan ikut meleleh.

"Cal, apa kabar?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!