Jihan pun telah mengunci pintu kamarnya serapat mungkin didalam kamar dengan meratapi segala keadaan dirinya saat ini , tubuhnya tertelungkup dengan posisi kedua tangan melingkar sempurna di kaki serta tatap mata yang kosong.
"Kenapa Jihan, kenapa kau begitu terluka bukankah dia pantas melakukan itu dengan wanita lain. Karena kau tidak pernah mencintainya!" Makinya dalam keheningan.
"Tidak, tapi dia tidak berhak memberikan segala kesakitan ini dengan semua kesadarannya padaku. Aku istri sahnya bukan, dan terlebih lagi kedua orang tuanya telah memintaku dihadapan ayahku!" Tolaknya kembali dengan semua penjelasan dirinya.
Entah berapa lama ia bergulat batin seorang diri diam dikamar dengan menitihkan air mata penyesalan, tapi sesal pun tiada guna baginya saat ini untuk melawan Andrew.
*
*
*
Hal berbeda justru terlihat diruangan kamar satunya, yah ruangan kamar milik Tere dan Andrew. Keduanya asyik bercumbu mesra tanpa memikirkan perasaan hati Jihan yang remuk berkeping-keping dibuatnya.
"Sayang, kau tidak akan pernah serius bukan dalam menikahinya?" Tanya Tere dibalik ciu-man panas keduanya.
"Apa kau gila, aku hanya mencintaimu saja!" jawab Andrew yang masih menatap wanitanya dengan posisi tubuh di atas.
"Yah, tentu aku tidak mau jika hatimu harus terbagi juga. Cukup status ini saja yang jadi pembanding!" protes Tere .
Jalan ini di pilih oleh keduanya karena memang terpaksa. Sikap keras Santoso selama ini benar-benar menentang jalinan tali asmara keduanya terlebih lagi kontrak kerja Teresia yang tak bisa di ganggu gugat dalam 5 tahun kedepan. Kontrak itu mewajibkan dirinya untuk berstatus single jika tidak dirinya akan dikenakan denda dalam jumlah yang cukup fantastis.
"Baik semua akan berjalan sesuai kehendakmu sayang!" Sambung Andrew dengan manis, karena cinta butanya lah yang membuat ia lupa daratan bagaimana bersikap semestinya.
Karena perdebatan mereka telah usai, kini keduanya berlanjut untuk memutuskan membersihkan diri masing-masing dikamar mandi, layaknya pasangan suami istri tentu Tere telah terbiasa memandang tubuh polos Andrew yang hanya terlilit handuk saja sebagian tubuh ketika tengah bersama.
"Setelah ini kita akan makan siang dibawah bersama." imbuhnya penuh antusias dengan wajah gembira sembari membuka koper miliknya yang tadi dibawa oleh istrinya Jihan.
"Sial...!" Serunya dengan mengerang.
"Bagaimana mungkin wanita ceroboh itu bisa memasukan koper yang salah ke dalam sini." Makinya dengan cepat.
Tanpa meminta pertolongan Andrew membawa keluar koper miliknya untuk ditukar dengan milik Jihan dikamar sebelah.
"Kau mau kemana sayang?" teriak Tere yang masih betah berlama-lama diatas ranjang dengan memaimkan ponselnya.
"Satu menit, aku akan kembali." serunya pada Tere, namun wanita itu tahu jika Andrew sudah berkata seperti itu pasti akan berlangsung lama.
"Biarlah, paling tidak ia akan bersama dengaku sejak liburan disini nantinya." Batin Tere.
Andrew terlihat menekan bel pintu kamar milik Jihan dengan kesal karena gadis itu tak segera membukanya dengan cepat.
"Ayo lah, apakah dia tuli didalam. Tidak mungkin juga aku berdiri lama disini dengan keadaan seperti ini." umpat Andrew.
Tak berselang lama Jihan pun bangkit menuruni ranjang dan segera membukakan pintu untuk Andrew.
"Yah..." Sahutnya malas dari balik pintu dengan wajah sembab.
Kedua mata Jihan mulai merespon dengan cepat saat yang berdiri didepan pintu tersebut adalah suaminya, entah mengapa hatinya begitu senang saat melihat Andrew kembali membawa serta koper miliknya. Tapi tidak dengan wajah Jihan yang terkesan datar menyambut kedatangan Andrew.
"Apa telepon dikamarmu rusak, sehingga harus berjalan kemari dan mengganggu diriku! sembur Jihan dengan meniru gaya bicara Andrew beberapa saat yang lalu.
Tentu hal itu semakin membuat kesal Andrew dan memancing emosinya. Pria itu telah mengangkat satu tanganya untuk segera menghardik Jihan, namun urung ketika suara mamanya jelas terdengar dibalik punggung Andrew.
"Kau dari mana seperti ini sayang?" tunjuk Rita dengan bingung ke arah Andrew yang masih terlihat polos.
Wajahnya begitu pucat ketika harus bertemu dengan kedua orang tuanya dalam kondisi seperti ini.
"Ma-ma papa!" teriak Andrew lirih namun histeris.
"Yah, kami ." Sambung Rita santai.
Keduanya memutuskan untuk segera menyusul ke bali atas saran Santoso, ia tidak ingin jika Andrew akan bersikap kelewat batas pada Jihan.
"Ma, pa." lanjut Jihan dengan meraih kedua tangan mertuanya.
"Katakan sedang apa dirimu tengah berjalan dikoridor kamar seperti ini sayang?" Kejar Rita yang ingin memperoleh jawaban .
Santoso tentu tahu jika putranya tengah berbuat apa dengan Jihan, karena ia tak selugu sang istri yang begitu mudahnya dapat ditipu oleh Andrew.
"Mas Andrew tengah berenang tadi ma." Jawab Jihan gugup dalam membantu Andrew dari situasi kepepetnya.
"Renang dan koper , apa hubungannya sayang?" imbuh Rita yang masih tak percaya dengan dalih sang menantu.
"Begini ma, tadi Andrew minta pada Jihan mengambilkan handuk dan baju ganti ke kolam renang. Tapi yang dibawa malah satu koper!" Tegas Andrew yang juga mendukung aksi kebohongan sang istri.
Namun demikian keduanya dapat mengelabui Rita dengan begitu mudahnya.
"Mama, nggak nginep kan?" tanya Andrew dengan gugup.
"Tentu kami menginap, tepat disebelah kamar kalian !" tunjuk Rita pada kamar satunya.
Andrew terlihat susah payah untuk menelan salivahnya yang terasa begitu berat saat itu.
"Kami juga ingin dong, bulan madu yang kesekian kali." Ejek Rita dengan alasanya .
"Yaudah cepat masuk dan ganti baju mu!" Pinta Rita dengan mendorong tubuh sang anak masuk begitu cepat kedalam kamar, dan tentunya tak sengaja menabrak tubuh Jihan hingga keduanya saling bersentuhan dan tertindih.
Brukk
"Akh sakit mas!" Protesnya kala tubuh Andrew yang begitu besar menindih tubuhnya yang kecil.
Mendengar keluhan Jihan, Andrew segera bangkit dari sana dan bersikap tegas kembali pada istrinya.
"Kali ini kau beruntung karena mama dan juga papa turut ikut kesini."
"Jadi?" Sambung Jihan dengan bingung.
"Jadi aku akan tidur disini bersama denganmu, terpaksa!" tuturnya dengan kesal namun juga menambahi satu kata pedas di akhir kalimat.
"Jika itu terasa berat mas, kau bisa tidur denganya kembali disana. Aku tidak akan memaksa dirimu bukan?" Tolak Jihan dengan memutar kedua bola matanya.
"Kau gila!"
"Apa kau mau mama akan mengetahui segalanya dengan mudah!" semburnya dengan makian.
Jihan mengangkat kedua pundaknya dengan bersamaan ketika Andrew mengungkapkan hal itu pada dirinya, bagaimana mungkin kisah cintanya bersama dengan Teresia tersimpan begitu apik dari hadapan sang mama mertua Rita.
"Baiklah jika memang itu mau mu, tapi tolong kau yang harus tidur di kursi itu. Aku tidak ingin badanku terasa remuk tidur di kursi minimalis tersebut." Ujarnya dengan sebuah penekanan.
Kali ini tentunya Jihan ingin memberikan pelajaran bagi Andrew setelah apa yang ia perbuat di malam pertama keduanya.
Bersambung 🎀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments