Pembalasan

"Wanita ini ...!" Umpat Andrew dengan erangan yang tertahan, namun tersirat jelas pada wajahnya yang mulai merah disana.

Ia pun memutuskan untuk mengganti pakaiannya didalam kamar dan hendak ingin beranjak pergi keluar .

"Mau kemana kamu mas?" tanya Jihan dengan menatap jeli sekujur tubuh sang suami.

"Apa urusannya denganmu!" Kelit Andrew menatap sinis.

Namun wanita itu dengan cepat menanggapi amarah Andrew yang mungkin sebentar lagi akan mengumpatnya kembali.

"Sayang, mama tunggu kalian untuk makan malam bersama ditepi pantai dengan kami malam ini."

Sebuah pesan singkat yang dikirimkan oleh Rita pada menantunya lima menit yang lalu.

"Sial, bagaimana bisa ini terjadi !" Seru Andrew dengan cemas.

Tentu dirinya begitu kesal dan gelisah, ketika mengetahui jika rencana yang tadinya disusun begitu rapi dengan sang kekasih harus hancur berantakan.

"Lalu tunggu apalagi dirimu disana, cepat bersiap dan kita akan turun temui papa dan mama!" Bentak Andrew dengan kesal.

Meski hati Jihan begitu berdenyut melihat sikap Andrew, tapi tak dapat dipungkiri jika ia sedikit merasakan bahagia karena bisa lebih unggul dari kekasih suaminya.

"Sayang maafkan aku, makan malam hari ini kita jadwalkan ulang ya!"

Satu pesan singkat Andrew yang telah ia kirimkan pada Teresia.

"Apa-apaan dia!" maki Tere dengan melempar ponsel miliknya ke tepi ranjang lainnya dengan geram.

Padahal ia sejak tadi telah berdandan sexy mati-matian untuk tampil dihadapan Andrew malam ini.

Braakk

Tere membanting pintu kamarnya dengan keras sambil menggerutu sepanjang waktu. Tapi tanpa ia sadari jika hal konyol itu harus disaksikan oleh beberapa mata yang ada dibelakang pundaknya.

Secara mengejutkan, ia kini telah berhadapan dengan Rita dan juga Santoso disana. Begitupun Andrew dan jihan yang sudah terlihat bersiap untuk makan malam bersama dengan kedua orang tuanya.

Tentu ini bukanlah hal yang mudah bagi Tere, mengingat pertemuan dirinya kali ini bersama dengan Santoso adalah kali kedua setelah penolakan dirinya dimalam pesta pernikahannya dengan sang istri. Apalagi kini ia tengah mengenakan pakaian super minimalis dengan bagian dada yang hampir terbuka.

Andrew terlihat semakin gelisah dengan di iringi keringat dingin yang mulai bercucuran disana, sedangkan Jihan hanya tertunduk dengan menggaruk sebagian keningnya.

Merasa asing diantara mereka, Teresia memilih untuk segera berbalik arah dan meredam kembali emosi yang tadinya hendak meledak brutal pada Andrew.

*

*

*

"Ada apa dengan kalian, mari kita segera turun dan pergi dari sini. Tentu pemandangan malam akan terasa begitu indah bukan?" Ujar Rita yang mengajak ketiganya setelah tegang berjumpa dengan Tere.

Maklum, jika hanya Rita yang mampu bersikap wajar disana mengingat ia sama sekali tak tahu menahu siapa sebenarnya Teresia.

Setelah ke empatnya pergi menuju masuk kedalam lift, kini gantian Tere yang menyusul ke empatnya dari arah belakang dengan mengendap-endap. Ia tentu tahu jika keluarga sang suami akan bersiap makan malam disana , mengingat jam telah menunjukkan pukul 5 sore.

Sesuai dugaan, Tere telah berhasil mengikuti mereka hingga lebih dekat dengan dirinya disana. Bahkan ia sengaja untuk memilih meja yang tak begitu jauh dari meja milik keluarga Santoso malam itu, maka dengan itu ia bisa leluasa mengamati setiap gerak gerik Andrew bersama dengan Jihan .

Tanpa dirinya sadari jika penyamaranya telah dicurigai oleh Rita yang sejak tadi menatapnya dengan jeli di seberang meja.

"Aneh sekali wanita itu, membaca majalah dengan terbalik. Atau memang covernya saja yang terbalik tapi tidak dengan isinya?" Ujar Rita dengan mengusap dagunya berulah kali karena tengah berpikir keras.

Melihat wajah mama yang begitu antusias, Andrew dan Jihan dengan kompak mengikuti kemana arah mata Rita memandang.

Dan begitu terkejut keduanya saat mendapati wanita dibalik majalah terbalik itu adalah Teresia, baik Andrew dan juga Jihan dapat dengan mudahnya mengenali wanita berkulit putih tersebut. Terdengar deru nafas yang begitu berat dari Jihan saat mengetahui sikap Tere yang sudah bertindak kelewat batas seperti itu.

"Tunggu disini, aku akan segera kembali." Lanjut Rita dengan rasa penasaranya disana dan berjalan menuju meja Tere.

"Ma ..." Panggil Andrew yang sudah telat persekian detik, karena Rita telah dekat dengan meja Tere.

"Selamat malam?" sapa Rita dengan lembut.

"Permisi, sebenarnya majalah anda tengah terbalik dari posisinya nyon-ya." sambung Rita dengan membenarkan posisi majalah tersebut namun juga begitu terkejut ketika dibalik buku tersebut adalah wanita yang sama ia temui di koridor hotel tadi.

"Kamu?" Imbuhnya dengan wajah menatap tegas.

"Sedang menunggu seseorang disini atau ..." Lanjut Rita dengan mengedarkan pandangannya pada sekitar tempat makan disana , tapi ia tak dapat menemukan siapapun juga.

Tak ingin merasa dicurigai lebih jauh oleh mama Andrew, Tere dengan cepat memutar otaknya untuk mencari sebuah alasan yang tepat.

"Hai mom, eh hai ...saya tengah menunggu suami saya datang." Ucapnya salah tingkah.

"Iyah!" Lanjut Tere dengan begitu tegas dihadapan Rita , namun juga terasa menegangkan.

"Oh baiklah, jika kamu masih sendiri disini. Boleh kok bergabung dengan kita disana." Jelas Rita dengan hangat sambil menunjuk ke arah meja miliknya.

"Tidak tante, terimakasih banyak. Lebih baik saya menunggu disini saja." sambung Tere dengan ekspresi wajah gelisahnya.

Bagaimana tidak ia menolaknya mentah-mentah, karena di ujung meja tersebut telah duduk seorang Santoso dengan gagahnya sambil menatap ke arah keduanya . Untuk membayangkan duduk bersama mereka saja bisa terasa mengerikan, apalagi jika mendapati Santoso harus mengolok olok lagi dirinya tepat seperti malam itu.

"Baiklah, saya permisi dulu." pungkas Rita yang kemudian beralih dari meja Teresia.

Merasa wanita tersebut masih memandang ke arah meja milik sang mertua , dengan cepat Jihañ menarik lengan Andrew disana untuk tempatnya menyandarkan kepalanya sejenak.

Tentu kali ini pria tersebut tak dapat mengelaknya dari Jihan dihadapan sang papa.

"Apaan si..." Protes Andrew sambil menggerakkan satu punggunya lirih disana, tapi dengan satu tangan yang membelai rambut Jihan . Tak ada pilihan lain baginya karena mata sang papa tengah tertuju pada keduanya.

"Diamlah, ini kan hanya sandiwara." bujuk Jihan dengan tegas tapi tetap menyunggingkan senyuman palsunya.

Di sudut lain, Teresia tengah terbakar cemburu begitu dahsyat hingga ia menggebrak meja miliknya dan segera bangkit berlalu pergi dari sana. Karena telah tak tahan menatap sikap romantis kedua pasangan tersebut.

"Ada apa lagi dia disana, tadi begitu manis sikapnya dan kini begitu kasar. Selabil itukah wanita jaman sekarang?" tutur Rita dengan cemas.

"Sudahlah, apa perdulinya kita denganya. Kerabat saja bukan!" Tegas Santoso yang tengah mengunyah steak miliknya.

"Hm, itu benar." sambung Rita dengan memasukkan beberapa salad kedalam mulutnya.

Bersambung🎀

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!