Diusir dari Rumah

"Mamah, suara Papanya Justin membuat seisi ruangan merasa heran dengan suara Papanya yang ribut."

"Apa? kenapa memanggilku?" tanya mamanya Justin heran dengan suaranya yang bising.

Prang......

Piring yang dibawakan pelayan melayang di hadapannya dengan sangat kencang.

"Ciahk, siapa lagi yang mencari keributan disana." Ucap Justin sambil berjalan mendekat.

Justin menuruni tangga satu- persatu dan melihat mamanya yang mematung di hadapan Papanya yang dianggapnya sebagai musuh terbesarnya.

"Pah, kenapa cari masalah dengan mama? lagian ini sudah larut malam kenapa harus pulang dari villa bukannya melayani wanita sialan itu?."

"Diam kau! ini urusanku dengannya jangan coba-coba ikut campur dan kau harus ingat satu hal kalau ini urusanku dengan istriku."

"Hah, Papa yakin? bukannya Papa sudah tidak mencintai mama lagi dan kalau saran gue yah mah mending ceraikan saja Papa."

"Ngak ada gunanya bersama orang yang sok munafik dan kau jangan pernah mencoba mencampuri urusanku dan satu hal yang kau bukan anak kandung kami. Kau hanya anak pungut bukannya bersyukur karena kami telah merawatmu dan apa yang aku terima kau malah menghinaku di depan sekretarisku."

"Kau tidak tahu dimana orang tuamu yang selama ini telah meninggalkanmu dan hanya aku yang menyayangimu karena telah kurawat tetapi kau membalasnya dengan menginjak harga diriku." Ucap Papanya Justin.

"Kau boleh memilih dua pilihan, kau tinggal disini tetapi kau tidak boleh memanggil kami dengan sebutan Papa dan Mama. Dan pilihan yang satu lagi kau angkat kaki dari rumah ini dan jangan berani menunjukkan diri di hadapanku. Mengerti!" sekarang kau pilih yang mana?

Justin terdiam mematung dan perlahan menatap Mamanya tapi lirikan Mamanya tidak menggubris Justin dan pergi meninggalkan Justin.

"Apa? kamu heran? kamu salah paham kau berniat untuk melindungi Mamamu tetapi kau sudah dibohongi olehnya karena apa? karena dia bukanlah istri sahku. Dan sekarang kamu harus tahu musuh itu pandai bermain api dan jika kamu tidak lihai mengetahuinya maka kau akan terbakar kedalam api tersebut."

"Jadi, kau pilih yang mana?" tanya Papanya Justin sambil menaikkan satu alisnya.

"Ak, aku akan pergi dari rumah ini." Jawab Justin dengan rasa percaya diri dan keras kepala.

Justin membalikkan badannya dan langsung menaiki tangga sambil mengambil kopernya dan langsung memasukkan seluruh pakaiannya tanpa ada yang tersisa.

Semua barangnya  disusun kembali dan tidak ada yang tinggal dan tanpa sengaja menabrak seorang wanita.

"Mama mohon sama kamu, kuharap jangan pergi Mama mohon jangan pergi."

"Hm, aku pamit sekarang." Ucap Justin sambil mengulurkan tangannya untuk menyalam mamanya.

Mamanya langsung menghambat langkah Justin yang menuruni tangga.

"Mama mohon jangan pergi please jangan pergi." Titah Mamanya Justin sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Hm, ternyata kamu keras kepala juga dan Papa harap kamu jangan menunjukkan wajah di hadapan kami berdua."

"Kami pasti akan menganggapmu dan jangan lupa kalau Papa dan Mama adalah orang tuamu juga meskipun bukan kandung."

"Ini kunci mobilnya," ucap Justin mengulurkan kunci tersebut sambil berjalan berjauh meninggalkan rumah yang megah sambil menarik kopernya.

Di persimpangan Justin berdiri menunggu angkutan umum supaya mencari kos untuk tinggal sementara.

"Ciahk, sialan kenapa tidak ada angkutan umum?"

"Halo, Rik loh dimana bisa minta tolong ngak?"

"Justin, tumben loh minta tolong ke gue apaan emang?"

"Gue ngak tinggal dirumah lagi bisa ngak satu malam ini aja gue nginap di rumah loh?"

"Haha, bolehlah loh dimana emang supaya gue jemput."

"Gue dipersimpangan jalan tapi gue ngak tau namanya yang penting ada persimpangannya."

"Ohwk, tunggu aja disana gue datang sabar aja."

15 menit kemudian...

"Maaf gue hampir kesasar tadi nyari gue ngak tau dimana persimpangan akhirnya gue cuman mutar-mutar."

"Hm, gue ngak komen hari ini soalnya gue lagi banyak masalah."

"Gue tahu kalau loh sekarang sedang kesusahan, ayo buruan masuk jangan banyak bicara." Ucap Riki sambil membantu Justin membawa barang-barangnya ke dalam mobil.

"Ada masalah apaan sih loh sekarang? sampe bawa barang- barang sebanyak ini?"

"Gue baru tau kalau gue bukan anak kandung Mama dan Papa hanya karena gue belain Mama akhirnya Papa mengungkit semuanya. Dan kamu tau Rik, aku mati-matian belain Mama yang mengatakan padaku bahwa Papa selingkuh jadi aku belain Mama tapi aku malah sial."

"Sudahlah kita ngak perlu membahas masalah itu lagi. Nanti kamu tambah sedih lagi jika selalu di bahas lagi."

"Hm, btw loh udah makan belum?" tanya Riki khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.

"Gue ngak lapar Rik, hanya saja aku ingin istirahat yang banyak."

"Owhk, gimana kalau sampai di rumah kita mabar yah?" ucap Riki mencoba menyemangati Justin yang mencoba tegar dan berusaha untuk melupakan masalahnya.

Sesampainya di rumah Riki, "haha akhirnya sampai juga kita di istana milikku." Ucap Riki bercanda mencoba menghibur Justin.

"Ayo masuk! jangan sungkan anggap rumah sendiri aja jika lapar makan dan sekali lagi ini adalah rumahku jadi kuharap jangan merasa sungkan."

"Iy, iya gue tahu tapi bisa ngak gue istirahat sekarang?" ucap Justin meminta pendapat dari Riki.

"Iyalah boleh ayo jangan malu-malu kamarnya di sebelah sini. Kamu istirahat saja besok kita membereskannya bersama. Dan kuharap kau tidak perlu pergi dari rumah ini aku kesepian jadi kumohon kita tinggal disini yah. Pinta Riki sambil mengatupkan kedua tangannya."

"Kamu yakin Rik? padahal tadi di sekolah aku nonjok kamu sampai merah." Ucapnya sambil menunduk, dan langsung minta maaf atas perbuatannya yang kasar.

"Gue ngak marah kok, udah lupain aja ngak perlu dibahas lagi kau sudah kuanggap sebagai saudaraku." Ucap Riki sambil mencubit kedua pipi Justin.

"Hm, gue lapar mau makan bareng ngak?"

"Boleh tapi gue segan karena gue udah numpang di rumah loh pengen makan gratis lagi. Ngak tau diri amat gue jadi orang."

"Haha, sudah lupain aja gue tau loh lapar yok makan bareng."

"Kita party malam ini mau ngak?" tanya Riki dengan perasaan bahwa Justin mau bermain dengannya.

"Kita pergi party kemana emang?" tanya Justin dengan suara serak.

"Dirumah," jawab Riki dengan santai.

"Apa? yakin party dirumah?" tanya Justin tidak percaya akan perkataan Riki.

"Hm, iyalah" ucap Riki.

"Kita akan merayakan hari ini dengan penuh kebahagiaan dan kesenangan."

"Riki menuangkan segelas wine dan sebungkus rokok yang masih utuh belum terbuka."

"Gue akan mengubah kehidupan loh dan jangan mencoba untuk menolak karena ini akan membawakan kebahagiaan sendiri di dalam hidup loh." Ucap Riki mengajak Justin party bersama.

Justin menghisap rokok tersebut dan menikmatinya sambil meneguk segelas wine.

"Akh, gue pengen mati aja" ucap Justin dengan suara keras yang membuat Riki spontan terdiam.

"Gue pengen loh bersemangat lagi Justin, hm ini winenya gue tambahin lagi." Ucap Riki dan langsung diteguk oleh Justin.

"Nanti kalau loh ngantuk langsung tidur aja di kasur gue ngak papa kok." Ucap Riki merasa iba melihat kondisi Justin.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!