"Tunggu gue kita sama jalan ke gerbang jangan pergi duluan gue takut sendirian katanya sekolah ini angker."
Ucap Justin sambil menarik tangan Maya yang berjalan duluan supaya bersama berjalan dengan Justin.
"Haha, dasar penakut tadinya sok coll mau duduk di kelas sendirian."
"Diam loh! ngak usah sok jadi pemberani di hadapan gue."
Di gerbang sekolah seorang pria tampan sedang berdiri sambil memegang buket bunga mawar yang berwarna merah.
"Hay," ucap Maya sambil melemparkan senyuman manis kepada cowok tersebut.
"Gue udah lama nunggu loh tadi disini sampai gue ngantuk." Ucapnya sambil tersenyum penuh arti di hadapan Maya.
"Ini bunga buat loh gue tadi sengaja mampir bentar ke toko bunga dan gue beliin. Semoga suka dan jangan menolak pemberian gue. Please! ucapnya sambil menunduk berharap Maya menolaknya lagi."
"Haha, kali ini gue terima bunganya dan gue bilang makasih banyak ya atas buketnya."
"Norak," ucap Justin ketus dihadapan Maya dan cowok tersebut.
"Gue cabut duluan yah," ucap Justin sambil membunyikan mobilnya dan melaju kencang meninggalkan sekolahnya.
"Hm, dia siapa?" tanya cowok yang memberinya dengan rasa penasaran.
"Owhk, dia ketua OSIS dan kebetulan satu kelas dengan gue. Ada apa emang?" tanya Maya lagi dengan rasa penasaran.
"Owhk, gitu gue kirain siapa?"
"Hm, ayo kita pulang ke rumah gue sudah lapar".
"Ok kita jalan sekarang dan gue harap loh ngak cari masalah lagi ke gue." Ucap Maya dengan suara yang kecil sambil memalingkan wajahnya.
"Pah, Mah! Justin pulang."
"Mah, Pah! mereka dimana sih?"
"Bi? Mama dan Papa mana ngak kelihatan dari tadi." Tanya Justin sambil mencari-cari dengan sorot mata yang melirik-lirik.
"Maaf, Tuan nyonya ngak ada di rumah sejak tuan pergi ke sekolah. Dan Tuan besar sudah pergi ke villa untuk melakukan tugas kantor disana."
"Ohk, gitu yah bi. Gue ke kamar dulu dan segera siapkan makan siang untukku." Ucapnya sambil menaiki anak tangga satu-persatu.
Di kamar yang luas dan indah Justin melemparkan tasnya dan membuka kancing seragam sekolahnya lalu merapikannya.
Ting........
Suara ponsel Justin berbunyi dan dengan sigap mengangkatnya.
"Ya, halo Mah"
"Justin, mama boleh minta tolong ngak?"
"Apa mah?"
"Kamu sekarang datang ke villa kita yah tapi kalau kamu mau sampai disana telpon mama dulu supaya mama bisa langsung menemui kamu."
"Hm, iya Mah. Aku otw yah, tunggu aja disana. Tanpa ada jawaban telepon tersebut langsung mati."
"Ada apa sih? tumben mama nyuruh aku ke villa biasanya hanya ke mall dan tempat arisan doang. Ahk sudahlah aku langsung datang aja."
Sesampainya di villa Justin langsung menelpon mamanya dan menanyakan keberadaannya.
Justin melangkah mengikuti instruksi yang sudah mamanya katakan padanya.
Setelah 10 menit Justin bertemu dengan mamanya di dapur dan dengan cepat mamanya langsung memeluk erat Justin sambil mengeluarkan air matanya.
"Ma,mamah kenapa?" tanya Justin heran dengan perlakuan mamanya.
"Papa kamu selingkuh Justin!. Dia selingkuh dengan perempuan lain di villa ini mama dengar sendiri tadi dan kamu tau ternyata mereka sudah lama menikah."
"Hah, dengan perasaan tidak percaya Justin mendorong pelan mamanya dan kembali bertanya bagaimana mungkin".
"Yah, mama liat sendiri mereka bermesraan dan sudah berbohong kepada mama dengan mengucapkan bahwa ada tender yang harus diselesaikan tetapi ternyata malah selingkuh. Dengan air mata yang kembali mengalir di wajahnya sambil memeluk putra semata wayangnya itu."
"Hm, Papa awas aja akan kubunuh habis-habisan dan tidak kubiarkan sedikitpun selamat."
"Mah, tunggu disini aku akan menghibur Papa sebentar sebelum aku menghabisinya." Ucap Justin yang membuat mamanya heran dan takut mendengar perkataan Justin.
"Wah, wah Papa menang banyak juga yah. Kalau dilihat-lihat Papa lebih jago daripada putra Papa."
"Hm, tante kenalin nama gue Justin putra satu-satunya papa gue."
"Btw tante cantik juga yah, tapi jauh lebih cantik mama gue sih. Cihk beda jauh juga kalau dipikir-pikir."
"Tante punya anak berapa? kalau boleh tau."
Dengan lantang selingkuhan Papanya menjawab pertanyaan Justin.
"Hm, dua satu perempuan dan satu cowok. Saya sekarang sedang berbisnis dengan Papa anda dan saya harap kamu jangan langsung baperan." Ucap selingkuhan Papanya Justin lagi.
"Owhk, Tante ternyata sadar diri juga yah. Lagian ngak mungkin juga Papa gue jatuh cinta dengan tante yang cantiknya dibawah kkm."
"Dan Tante juga jangan terlalu lengket dengan Papa saya soalnya dia hanya seorang pebisnis yang diatur oleh mama saya." Ucap Justin sinis.
"Apa madsudmu? mengapa mengatakan hal seperti itu?"
"Haha, tante tidak tau kalau mama saya adalah pemilik saham perusahaan terbesar di kota ini dan hanya mama yang papa andalkan untuk mengusahakannya." Perjelas Justin lagi sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Artinya Papa hanya menjalankan perintah dari mama bukan pemilik bisnis perusahaan ini."
"Jadi, jika tante ingin harta Papa saya pikirkan dulu baik-baik soalnya Papa saya ini kere." Justin meledek papanya Justin dan merendahkan harga dirinya.
"Justin jaga mulutmu!" tanpa sengaja Papanya memukul pipinya dengan sekali tamparan.
"Dasar anak sialan berani-beraninya kau mengucapkan hal seperti itu harga diriku kau injak-injak di hadapan sekretarisku."
"Owhk, gitu yah! dasar orang tua tidak tau diri berani-beraninya selingkuh tanpa punya uang sepeserpun."
"Jika kau selalu mengungkit hal yang tidak penting tutup mulutmu dan pulang ke rumah." Perintah Papanya Justin.
"Gue ngak mau pulang! kenapa emangnya heran kalau gue sudah berani melawan?" Tanya Justin penuh amarah.
"Sudah Papa katakan pulang dan jangan banyak bicara."
Perintah Papanya dengan suara yang keras.
"Kalau aku tidak mau Papa mau apa?"
"Memukuliku atau menamparku?" silahkan aku tidak takut.
"Sekarang kau semakin pembangkang kepada Papamu ini?"
"Kau akan tau akibatnya jika sudah berani melawan Papamu ini."
"Pah, aku minta maaf yah aku salah! Ngak akan gue minta maaf, gue muak dengan sifat busuk Papa yang ternyata sudah menikah dengan wanita tua ini."
"Papa pikir aku akan tinggal diam menyaksikan semuanya seperti orang bodoh? ngak mungkin dan tidak akan terjadi."
"Cikh, sesama sampah memang pantas dipungut oleh sampah. Hah? aneh tapi nyata. Ucap Justin lalu meninggalkan Papanya disana seperti orang gila mendengarkan perkataan anaknya yang begitu tajam."
Justin mengajak mamanya pergi dari sana dan tidak menggubris Papanya yang memanggil namanya.
"Kenapa anakmu begitu kejam berbicara? seperti tidak punya hati nurani sedikitpun."
"Mah, aku ngak mau kalau Papa terus selingkuh seperti ini dan aku mau Mama dan Papa cerai secepatnya."
"Ap, apa? kau ingin Mama hancur dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi di hidup Mama."
"Mama, ngak sanggup Justin Mama tidak bisa."
"Apa? Mama sudah tidak waras mengapa Mama tidak bisa ceraikan Papa?"
"Ayolah Mah, aku ngak mau Mama menderita seperti dan Mama juga sudah lama mengetahui hal ini tetapi Mama merahasiakannya dariku."
"Aku tidak mau tahu mama harus cerai dari Papa biarkan dia menikmati dunianya sendiri."
"Mah, ini demi kebaikan Mama dan aku mohon Mah, jangan menolakku ayolah Mah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments