Via masih teringat dimana kejadian beberapa bulan lalu saat ayahnya ada di rumah, Via menangis kencang tak berhenti henti karena berebut mainan dengan kakaknya.
Ibu Via sudah berusaha mendiamkannya. Tapi Via yang masih merasa sakit hati karena mainannya dirusak dan direbut Kakak laki lakinya itu yang usianya beda tiga tahun dengannya, Via tetap merasa kesal dan lanjut menangis semakin keras.
Tanpa disangka Ayahnya menghampiri dan membentaknya dengan kasar.
"Bisa diem gak lo?!" Via yang biasa takut pada Ayah, saat itu tak memperdulikan bentakan ayahnya karena hati Via masih tetap merasa jengkel pada Kakaknya itu. Via tetap menangis keras.
Dan tanpa disangka, Ayah masuk ke dalam rumah dan tak lama kemudian membawa seember air dan Byurrrrr. Satu ember air itu ayah siramkan ke tubuh Via hingga tubuh serta baju Via jadi basah kuyup seketika. Ayah setelah itu melempar ember itu ke sembarang arah dengan kemarahan yang sedang menguasainya.
"Budek lo ya, disuruh diam gak mau diam!" hardik Ayah kembali penuh amarah. Ibu yang tak terima perlakuan Ayah mencoba membelaku.
"Ayah keterlaluan. Zenny tuh masih anak anak. Tidak sepatutnya bersikap demikian," ucap Ibu sambil meraih tubuhku yang basah kuyup ke dalam pelukannya.
"Urus anakmu tuh yang bener! Jadi anak cengeng sekali!" ucap Ayah kasar kemudian berlalu masuk kedalam rumah dan menutup pintu dengan kasar.
"Ibu bilang juga apa, kamu berhenti nangisnya. Tuh kan, Ayah jadi marah," ucap Ibu Via sambil menyeka wajah Via yang basah. Via terpaku dan terdiam, mungkin kaget dengan perlakuan Ayahnya yang tiba-tiba menyiramnya tiba dengan air seember.
Syok. Mungkin yang sedang Via rasakan saat itu. Via lihat mata ibunya juga berkaca, entah apa yang ia rasakan. Kecewakah kepada Via? Ataukah kecewa kepada Ayah? Entahlah yang pasti Via melihat Ibunya saat itu juga begitu sangat kecewa.
Flash back off.
Dengan mata berkaca, Via mengambil pecahan-pecahan gelas yang berserakan dan mengumpulkannya. Masih Via dengar bentakan-bentakan Ayahnya yang begitu memekakan telinga dan sungguh Via tak ingin mendengarnya.
Pintu tengah kini terbuka, Via sedikit menoleh dengan tetap dipenuhi rasa ketakutan. Via melihat sosok ibu muncul dengan membawa beberapa kantong plastik belanjaan. Via sedikit bernapas lega, kini Ibunya datang. Ada dewi penolong yang akan melindunginya dari amarah Ayahnya kini.
"Kenapa, Via?" tanya Ibu Rumini langsung menghampiri anaknya.
"Anakmu tuh, gitu-gitu aja gak becus! Gelas selalu saja dipecahin terus!" ucap Ayah Via dengan emosi.
"Aku gak sengaja, Bu ...," ucap Via kini terisak. Air matanya kini luruh begitu saja di depan Ibu. Sedari tadi Via coba untuk menahannya karena takut jika melihatnya menangis ayahnya akan murka.
"Udah, sini biar Ibu yang beresin. Awas kena tangan nanti berdarah," ucap Ibu melarang Via memungut kembali pecahan gelas itu.
"Ngambil air-air saja gak becus. Kamu pasti selalu memanjakan dia, makanya punya anak apa-apa selalu gak becus!" tak henti hentinya Ayah Via bicara dengan nada yang masih meninggi. Via semakin ketakutan, Via merapatkan tubuhnya ke tubuh ibunya.
"Sudah, Yah! Cukup! Jangan selalu membentak bentak anakmu! Bagaimana mereka tidak ketakutan terhadapmu!" kali ini Ibu Rumini menyela perkataan suaminya.
"Sudah, jangan nangis ... Ibu belikan baju baru untukmu dari pasar, kamu pasti suka," ucap Ibu Rumini mencoba menghibur Via.
Setelah selesai membereskan pecahan gelas. Ibu Rumini mengajak Via untuk membuka kantong plastik belanjaan yang Ibunya bawa tadi dari pasar dan mengeluarkan gamis berwarna pink bergambar kucing kesukaan Via.
Via menerimanya dengan gembira, sudut mata Via melirik Ayah yang kini berdiri tak jauh dari tempat Via berjongkok dengan Ibunya. Perasaan takut kembali melingkupi jiwa dan perasaan Via saat ini.
"Terus aja manja anak-anakmu!" suara tinggi Ayah Via kini terdengar lagi.
"Ga ada salahnya Via dibelikan baju baru untuk mengaji. Baju Via sudah sobek. Sudah lama juga tidak pernah dibelikan," ucap Ibu Rumini berusaha membela diri.
"Bisanya cuma ngabisin duit, gak tau apa aku susah payah untuk mendapatkan uang itu! Tiap aku datang selalu disedian hutang" Ayah Via kembali menyela tak kalah sengit.
"Aku beli baju Via juga pakai uangku bukan uang dari Ayah! Apa pernah Ayah memikirkan kebutuhan anak-anak selama ini, yang ada dalam pikiranmu hanya kepentingan pribadimu saja, tapi tidak dengan kepentingan kami!" jawab Ibu dengan berani.
"Berani ya kamu melawan pada suami!" maki Ayah Via dengan mata yang melotot.
"Bagaimana tidak aku melawan, jika sikap Ayah selalu seperti itu terhadap kami!" sahut Ibu kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Amegatari
thor nitip tolong tampol bapaknya 😡
2023-07-04
0