Bab 2

Ingin rasanya Via menjerit menumpahkan segala kekacauan yang ada dalam hatinya yang membuat pikirannya rasanya setengah gila.

"Bu ... aku hanya ingin jadi perempuan yang kuat dan sabar seperti Ibu, semoga Allah selalu memberi kesabaran yang tanpa batas dalam mengiringi perjalanan langkah hidupku. Via sekolah dulu Bu, semoga cita-cita dan harapan Via bisa tercapai, semoga Via bisa sukses agar tidak ada orang yang selalu saja merendahkanku ...."

"Semoga Ibu tenang dan bahagia disana ... semoga rasa lelah yang kurasakan ini tidak sampai membuatku ingin menyerah dan segera menyusulmu ... aku sayang Ibu ...."

Via beranjak, setetes butiran air bening meleleh begitu saja di kedua sudut kelopak matanya, Via buru-buru menyekanya. Wajahnya menengadah ke atas menatap langit yang mulai terlihat cerah, ia tak ingin air matanya kembali tumpah.

"Tuhan, kuatkan aku! Aku tidak ingin lemah seperti ini, Tuhan ... maafkan aku yang terkadang merasa lelah melewati semua ini. Aku ingin rasanya pergi jauh dan berlari agar semua beban yang kurasakan ini hilang dan tak lagi kurasakan. Tapi aku harus pergi kemana?" rintihnya pilu dalam hatinya. Via kembali menyeka air matanya.

Via hanyalah seorang anak perempuan yang haus akan rasa kasih sayang dan perhatian sedari kecil. Karena Via hidup dalam keluarga yang berantakan. Luka yang menggunung sedari kecil yang terus berusaha dipendamnya seakan menjadi beban yang menyiksa seumur hidup.

Kepingan luka dari hati yang patah itu tercipta sedari kecil karena aku tumbuh dikeluarga yang sama sekali tidak harmonis dan tidak pernah ada kehangatan keluarga di dalamnya.

Seandainya Via boleh memilih, mungkin Via akan memilih lahir di keluarga yang saling mencintai dan menyayangi antara satu sama lainnya. Harmonis, bahagia saling menguatkan meski hidup dalam kesederhanaan. Tapi Tuhan mentakdirkan lain jika ia harus lahir di keluarga yang menurutnya berbeda dengan keluarga teman-temannya yang lain.

Angan Via pun seakan terbang kembali ke masa lalu masa dimana Ibunya masih hidup di dunia ini, masa-masa pahit yang sebenarnya tak ingin dikenang Via kembali karena hanya menguak kesedihan dan luka lama yang mungkin telah menumpuk, yang terus berusaha Via sembuhkan agar mereda dan menghilang dengan sebuah obat yang tak bisa  dibeli dimanapun, yakni sebuah keikhlasan, ikhlas menerima takdir hidupnya yang cukup malang.

Keseharian yang dirasakan oleh Via, gadis kecil yang tumbuh di keluarga yang memang utuh tanpa perceraian kedua orang tua, namun sang ayah gagal menjalankan peran kewajibannya sebagai kepala rumah tangga hingga Via tak pernah merasakan kasih sayang Ayah yang sangat ingin  dirasakan olehnya seperti halnya teman temannya lainnya yang terlihat mendapatkan limpahan kasih sayang dari ayah kandungnya.

Hidup dalam keluarga yang kesehariannya selalu dihiasi pertengkaran kedua orang tua, yang membuat Via tidak merasa bahagia dan selalu tertekan. Yang membuat jiwanya semakin rapuh dan mudah sekali putus asa. Kepedihan yang dilewati tak membuat Via tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tegar, tapi justru sebaliknya. Via selalu merasakan ketakutan yang luar biasa terutama pada sosok ayahnya dalam menjalani kesehariannya.

Makian, cacian ayahnya yang sering ia dengar terhadap anggota keluarganya, baik itu kepada Ibu ataupun kakak-kakaknya  hingga membuat Via merasa tak betah dan nyaman berada di rumahnya. Ketika rumah yang Via inginkan menjadi tempat untuk berlindung , dimana rumahku adalah surgaku namun berbeda bagi seorang Via,  di mana rumah akan seperti bak neraka jika ayahnya ada di rumah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!