Hal yang selalu terlintas dihati Via saat Ayahnya berada di rumah, yang mungkin bisa disebut sebuah pengharapan dan juga doa, semoga hari ini Ayahnya tidak memarahinya. Semoga Via tidak melihat Ayah bertengkar lagi dengan Ibunya.
Semoga hari ini Via bisa melewati harinya dengan rasa aman dan tenteram. Setidaknya Via bisa tersenyum bahagia, walaupun keberadaan ayah di rumahnya membuat suasana rumah begitu sangat mencekam dan menakutkan untuk Via.
Sesampainya di rumah, Via perlahan membuka pintu rumah. Rumah yang cukup besar. Terdapat empat ruang kamar di dalamnya, serta beberapa ruangan lainnya yang cukup besar, ruangan tamu dan keluarga serta dapur. Rumah yang terbilang lumayan besar untuk ukuran rumah di kampung, dimana banyak tetangga lain yang rumahnya masih panggung dan berdinding bambu.
Orang menganggap Via keluarga yang cukup berada, karena Ayahnya yang bekerja di luar kota, sementara kebanyakan penduduk lainnya hanya petani dan pekebun biasa yang mengandalkan hidup mereka dari hasil kebun yang tak menentu penghasilannya. Keluarganya masih dipandang cukup oleh orang yang tidak mengetahui isi di dalamnya.
Ditambah almarhum Kakek Via terkenal memiliki cukup banyak tanah dan juga perkebunan yang cukup luas dan meninggalkan warisan tanah itu untuk anak-anak para keturunannya.
Orang menganggap hidup keluarganya cukup berada, padahal jika mereka tau isi dalam rumahnya, mungkin mereka lebih tak memilih untuk hidup dikeluarga yang didalamnya tak ada sebuah keharmonisan keluarga, yang jauh berbeda dari yang via lihat pada keluarga teman-teman nya yang lainnya yang selalu terlihat harmonis dan bahagia.
Terdapat sebuah Televisi berwarna di ruang tengah, benda yang terbilang mewah di kampungku saat ini, televisi berwarna itu masih jarang orang yang memilikinya karena tetangga lain masih setia dengan Televisi hitam putih mereka.
Bahkan banyak anak tetangga yang sengaja main ke rumah Via hanya sekedar untuk menonton siaran kartun, karena hal itu masih sesuatu yang baru di kampung Via.
Tentu saja Via hanya berani membawa teman temannya saat Ayah sedang tidak berada di rumah. Karena bila Ayah ada di rumah, maka gerak gerik-ku dirumah akan jadi terasa sangat terbatas. Karena sekali Via buat kesalahan, Ayah Via akan memarahinya habis habisan.
Rumahku terlihat begitu sepi. Aku mengedarkan pandangan mencari sosok Ibu, yang biasa Via cari pertama kali setibanya Via di rumah.
Via mencarinya di semua sudut ruangan di rumahnya itu namun ibunya tetap tak nampak terlihat. Mata Via tertuju pada sosok Ayahnya yang tidur meringkuk di kursi ruang belakang di sebelah dapur. Via pun jadi terkejut dan rasa takut mulai menjalar dalam hatinya. Via berjalan pelan dan sangat berhati-hati karena takut Ayahnya mendengar gerak langkahnya dan akan terbangun. Via tidak mau mendengar suara ayahnya yang pasti akan memarahinya.
Rasa haus yang sedari tadi Via rasa sedikit membuat Via harus mengesampingkan rasa takutnya kepada Ayahnya. Via kembali ke dapur setelah menyimpan tas mengajinya di kamar depan.
Begitu sangat hati-hati Via mengambil gelas dari dalam rak piring. Entah mungkin karena Via diliputi perasaan cemas dan takut, serta karena dirinya yang ceroboh dan juga sedikit terburu buru, hingga tanpa sengaja Via menyenggol gelas kosong yang berada di atas meja. Dan 'Prank' gelas itupun jatuh kebawah menimbulkan suara pecahan gelas yang menggema.
"Gitu gitu aja gak becus! Bodoh memang kamu tuh!" Teriakan Ayah Via yang berupa bentakan terdengar jelas dari belakang tubuh Via yang berdiri dengan gemetar. Suara ayahnya tepat dimana Ayahnya sedang terbaring tadi.
Mata Via langsung terpejam. Jantungnya langsung berdetak sangat cepat dan tak menentu seperti sedang dikejar kejar setan. Via tak menoleh, tak ingin melihat wajah Ayahnya yang mungkin sekarang terlihat seperti monster menakutkan dengan sorot mata amarah yang seperti biasa dilihatnya.
"Sudah besar masih saja tidak becus!" lagi lagi teriakan Ayah Via kembali menggema begitu memekakan telinga. Mata Via mulai berkaca. Via tanpa membalikan badan untuk menatap ayahnya, langsung berjongkok dan memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai.
Ketakutan semakin menyelimuti jiwa dan raga Via. Via takut Ayahnya bertindak kasar seperti waktu itu yang membuat Via trauma dan semakin merasa ketakutan pada Ayahnya sampai sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments