4. Maafkan aku

Duduk diam tidak tahu harus berbuat apa adalah tindakan yang benar bagi Arsy karena Dominic terlihat sangat sibuk dengan ponselnya.

Dari pembicaraan yang di dengar, Dominic sedang marah-marah. Memerintahkan seseorang untuk memberikan pelajaran bagi seseorang. Terakhir, pertama kali membuat Arsy tersenyum melihat Dominic sedang bicara dengan ibunya yang dipanggil 'mommy'.

Arsy hanya diam mendengar pembicaraan Dominic dengan mommy-nya.

"Malam ini Dom tidak pulang. Jangan tunggu Dom, Mom." Dominic bicara dengan Mommy Aisyah di seberang telepon. Ia berdiri membelakangi Arsy sehingga tidak mengetahui jika sedang diperhatikan oleh wanita bercadar itu.

"Baiklah."

"Mom. Aku akan pergi ke Indonesia untuk beberapa hari." Tidak ada yang ditutupi oleh Dominic jika bersama mommy Aisyah.

"Ngapain kamu kesana, nak? Apa mengenai pekerjaan?"

"Bukan. Aku akan menikah tapi bukan dengan wanita pilihan grandma. Setelah pulang dari Indonesia, aku akan membawa pulang ke Mansion."

Arsy mendengar percakapan anak dan ibu itu menelan saliva dengan kasar. Saat Dominic menoleh kebelakang menatapnya, gegas Arsy menunduk karena benar-benar tidak sanggup di tatap oleh mata elang tersebut.

Terdengar langkah kaki Dominic mendekat justru membuat degup jantung Arsy menjadi berdetak tidak karuan. Berdua dalam satu ruangan tentu saja membuat Arsy sangat takut sekali.

"Kita akan berangkat dua jam lagi. Kita harus tetap berada disini sampai jemputan datang." Dominic bicara tanpa menatap Arsy karena sedang sibuk dengan ponselnya.

Arsy hanya mengangguk saja sebab tidak tahu harus bicara apalagi. Di tengah kebisuan Arsy merutuki dirinya karena lupa membawa tas dan ponselnya. Jika begini, ia harus apa selama dua jam mendatang.

"Kamu boleh ngapain saja disini selama menunggu Evan. Cobalah biasakan diri karena kita akan sering kesini nantinya," kata Dominic lagi tanpa melihat ke arah Arsy.

Bukannya bangkit justru Arsy menatap Dominic sangat intens. "Bolehkah aku bertanya, tuan?"

Mendengar pertanyaan Arsy barulah Dominic mengangkat wajahnya. Ia tidak menjawab tapi tatapannya seolah mengizinkan.

Namun, bagi Arsy yang tidak mengerti hanya diam saja menunggu Dominic menjawabnya.

"Bukankah kamu ingin bertanya? Kamu membuang waktu saja," gerutunya kembali menunduk fokus pada ponselnya.

Arsy menganga mendengar itu. "Hei. Kamu tadi belum menjawab pertanyaanku, kenapa kamu marah padaku?" sungut Arsy tidak terima Dominic mengatakan hal tersebut. "Aku juga bukan cenayang dan bukan pula ahli ilmu telepati yang bisa mengerti diamnya seseorang."

"Ck. Cerewet!"

Lagi-lagi Arsy menganga mendengar ucapan Dominic yang begitu menjengkelkan. Aneh, sungguh aneh pria yang akan menikahinya.

Arsy mengurungkan niat untuk bertanya mengenai pernikahan dadakan ini. Mungkin saja akan berakhir setelah grandma sembuh, pikirnya. Atau mungkin kesepakatan akan terjadi setelah pernikahan.

Bosan menunggu dua jam tanpa melakukan apapun akhirnya Arsy bangkit dari duduk kemudian menuju dapur yang ia yakini berada di belakang. Apartemen mewah ini terdiri dari dua lantai. Di lantai dasar ada sebuah kamar.

Awalnya ragu untuk membuka lemari es tanpa izin kepada Dominic, tapi mengingat ucapan pria itu untuk membiasakan diri maka ia pun membukanya.

Saat ini perutnya yang memang sedang lapar, jadi ia mengambil kemasan mie spaghetti dan sausnya.

Beberapa saat kemudian spaghetti telah matang kemudian ia duduk di mini bar menikmati spaghetti buatannya tanpa menawarkan makanan itu kepada Dominic. Tapi, tak berselang lama justru Dominic datang ke dapur. Mengambil sendok garpu dan ikut menikmati spaghetti di piring yang sama dengan Arsy.

Arsy hanya memerhatikan Dominic yang sedang makan spaghetti tersebut.

Tanpa terasa dua jam telah berlalu dan mereka di jemput oleh sebuah helikopter di atap gedung. Arsy semakin yakin jika Dominic bukanlah pria sembarangan.

****

Di tempat lain keesokan harinya, tampak pria paruh baya berdiri di samping mobilnya. Menatap sendu bangunan megah yang tak lain adalah mansion keluarga Jerolin Marley.

Helaan nafas berulang kali dilakukan agar keadaan dirinya baik-baik saja.

Malvyn.

Ya, pria paruh baya tersebut adalah Malvyn yang akan menemui Aisyah karena dalam keadaan genting. Ia beranikan diri untuk meminta izin penjaga agar diberi masuk.

Para penjaga tahu jika Malvyn adalah ayah kandung Dominic maka diberi izin sesuai pesan dari Aisyah. Setelah berada di dalam area mansion, Malvyn melihat Aisyah sedang menanam bunga di taman bersama dua orang pelayan.

Tanpa diminta, bibir pria paruh baya itu ketarik hingga terbentuk senyuman. Tapi hanya sebentar dan sekarang berubah menjadi gugup saat Aisyah melihatnya.

Aisyah merasa terkejut atas kehadiran Malvyn, gegas ia mencuci tangan. "Kalian lanjutkan saja. Saya sedang ada tamu."

"Baik nyonya."

Aisyah mendekat. "Dominic sedang tidak ada di rumah," kata Aisyah karena biasanya Malvyn datang untuk menemui sang anak.

Tapi, diamnya Malvyn membuat Aisyah mengerti hingga mempersilahkan pria itu untuk masuk ke dalam mansion dan mempersilahkan duduk. Tak lupa pula meminta pelayan untuk menjamu Malvyn.

"Ada apa?" tanya Aisyah.

"Mommy Ivy masuk rumah sakit," jawab Malvyn belum menjelaskan. Ia sangat berusaha agar tetap baik-baik saja.

Aisyah mengangguk mengerti. "Dominic sudah kasih kabar itu. Maaf belum bisa jenguk, mungkin besok atau dua hari lagi." Meski bukan lagi menjadi menantu, Aisyah tetap berhubungan baik dengan mommy Ivy. Disamping ia merasa kurang setuju atas aturan mommy Ivy yang ingin mendominasi kehidupan Dominic.

"Bukan itu, mommy ingin sebelum sembuh Dominic dan Erlin sudah menikah." Sebenarnya posisi Malvyn serba salah. Satu sisi tidak ingin terjadi sesuatu kepada mommy Ivy, di sisi lain tidak ingin kehidupan sang anak di atur oleh orang lain. Bahkan dirinya saja tidak pernah seperti itu kepada Dominic.

Aisyah berdiri seraya menatap tajam Malvyn yang duduk di seberangnya. "Sudah pernah aku peringatkan padamu, Vyn. Jangan pernah mengatur kehidupan Dominic. Dia sudah cukup menderita dengan perpisahan kita bahkan dia juga sangat menderita saat teman-teman sekolahnya selalu menghinaku yang mempunyai dua pria dalam hidupku." sungut Aisyah sambil mengusap pipinya kasar yang telah basah oleh air mata. Akhirnya dapat diungkapkan meski sekian lama ia sembunyikan tapi masih sakit juga saat diungkapkan.

Aisyah duduk kembali, membungkuk dengan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Punggungnya bergetar karena ia kembali menangis.

"Kenapa kamu tidak mengatakan itu padaku, Ais?" tanya Malvyn lirih mendekati Aisyah kemudian duduk di sebelah wanita yang masih dicintainya itu.

"Maafkan aku," imbuh Malvyn lagi tanpa menyentuh Aisyah. Sungguh, ingin sekali memeluk wanita itu.

Aisyah menegakkan tubuhnya kembali. Menoleh ke arah Malvyn. "Kalau kamu mau aku maafkan, ikut aku sore nanti ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Dominic." Memang ia sudah membuat jadwal penerbangan sore nanti menghadiri pernikahan Dominic. Meski belum mengetahui wanita mana yang akan dinikahi sang anak, tapi ia yakin kalau Dominic sudah memutuskan sesuatu maka sudah dipikirkan secara matang-matang.

"Me-menikah?"

❤️

Aku spill tipis-tipis kisah Aisyah dan Malvyn ya 🤭

Terpopuler

Comments

Asngadah Baruharjo

Asngadah Baruharjo

KEREENNNNN thoorrr 🤣🤣🤣

2024-06-21

0

Neulis Saja

Neulis Saja

semoga tdk ada kendala yg merintangi tujuan yg tulus

2023-10-05

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

semoga nasib pernikahan Arsy dgn Dom gak seperti pernikahan oertamanya krn Arsy berhak bahagia...

2023-06-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!