"Ni-nikah?" Arsy mendadak pening mendengarnya.
Tunggu sebentar. Sepertinya Arsy mengenal sosok pria yang membawanya. Matanya memicing memerhatikan, bahkan saking tidak ingin salah orang, ia mendekatkan wajahnya ke hadapan pria tersebut.
Matanya terbelalak dengan kedua tangannya menutup mulutnya yang terbuka. "Tuan Jo? Iya, kan? Kamu Jojo yang tiga tahun lalu sering bertemu denganku, kan?"
Mobil mendadak berhenti setelah Arsy mengatakan hal barusan. Beruntung jalanan yang mereka lewati tampak sepi. Apalagi sehabis hujan.
Dominic menoleh menatap Arsy begitu intens. Mengenali wanita itu hanya dengan tatapan sepasang mata tersebut.
Cantik, gumam Dominic dalam hati.
Untuk pertama kalinya Dominic memuji kecantikan wanita selain wanita dari masa lalunya.
"Kamu wanita cengeng itu? Yang suaminya nikah lagi? Terus kamu hamil waktu itu, bukan?"
Lagi-lagi Dominic tidak menyadari bicaranya kali ini sangat diluar kebiasaan. Apalagi tentang orang lain, astaga. Dominic mengumpat akan hal ini dalam hatinya.
Mendengar cercaan dari Dominic membuat Arsy membuang muka. Tidak ingin menjawab semua pertanyaan yang beruntun dan memojokkan dirinya, apalagi itu masa lalunya. Jika saja dulu Haris tidak menikah lagi, pasti ia tidak memilih berpisah. Tanpa orang lain tahu, Haris adalah pria tulus yang menerima keadaan dirinya yang sebenarnya.
"Dan kamu harus ingat, panggil aku Dominic. Jangan Jo ataupun ataupun Jojo. Astaga, kenapa namaku sebagus itu malah menjadi Jojo?" Dominic melanjutkan kalimatnya dan kembali menggerutu. Ia ingat, wanita di sebelahnya ini memang sering membuatnya kesal. Dahulu, 3 tahun lalu kalau tidak salah ingat.
Arsy diam saja. Mengingat nama 'Dominic' seperti tidak asing. "Kalau memang nama tuan Dominic, kenapa dulu nyamar nama Jo?"
"Jovano, itu nama tengah aku. Bukan Jojo. Jadi, kamu panggil aku Dominic."
Arsy mengangguk saja. Tidak tahu harus menjawab apalagi.
Mobil kembali dilajukan oleh Dominic menuju kantor catatan sipil. Dan itu membuat Arsy panik.
"Maaf, tuan. Kita ngapain disini?" Tentu saja panik. "Tuan bercanda, kan?"
"Tidak. Saya tidak pernah bercanda sama sekali," jawab Dominic tegas kemudian mematikan mesin mobil.
"Tu-tunggu dulu. Tidak bisa begitu," Arsy yang sedang panik seakan sulit untuk mengungkapkan ketidak terimaan atas keputusan sepihak dari Dominic.
Apalagi mereka tidak sedekat itu, tidak ada sekalipun kisah yang penting diantara mereka.
Dominic melepas sabuk pengaman itu lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Arsy yang semakin membuat panik. Mata yang membesar dengan sesekali berkedip lucu. Tapi, gegas Dominic menegakkan tubuhnya kembali saat ia menyadari sesuatu yang sulit diungkapkan.
"Kamu pilih menikah denganku atau aku laporkan kamu telah mencelakai grandma sampai masuk rumah sakit. Kamu tahu, aku bisa membuat kamu di blacklist sampai tidak bisa pulang ke Indonesia selamanya?" Dominic tersenyum miring merasa senang melihat mata indah milik Arsy melebar setiap kali ia mengejutkannya.
"Hei. Mana bisa begitu, kamu siapa? Sok berkuasa," cebik Arsy meski hatinya merasa takut diancam seperti tadi oleh Dominic.
"Aku Dominic Jovano Abraham. Cari saja di google siapa aku sebenarnya," benar-benar bukan seperti Dominic yang banyak bicara. Apalagi menunjukkan dirinya seakan memamerkan kekuasaan yang dimilikinya di negara Australia ini.
"Pamer. Aku tidak baca ponsel," kata Arsy. Entah karena keasyikan mengobrol dan berdebat, Dominic dan Arsy masih betah di dalam mobil tersebut padahal keadaan sudah sangat sepi sekali.
Tanpa mengatakan apapun, Dominic menyerahkan ponselnya kepada Arsy tanpa ragu. Padahal, tidak ada seorangpun yang pernah menyentuh barang pribadi tersebut. Entah apa yang merasuki Dominic saat ini. Semua kebiasaan seakan berubah saat bersama dengan Arsy.
"Password nya, apa?" tanya Arsy saat hendak mengaktifkan ponsel Dominic.
"Kau milikku sayang," jawab Dominic.
Arsy terdiam cukup lama setelah mendengar tiga kata tersebut. Jarinya terlihat gemetar saat hendak menekan huruf yang bertulis tiga kata tersebut.
Tarik nafas perlahan berulang kali secara perlahan agar tenang kembali.
"Kamu kenapa?" tanya Dominic memastikan karena dari tadi Arsy diam saja menunduk tanpa mengatakan apapun bahkan ponselnya hanya menyala tanpa bekerja apapun.
Arsy menggeleng kemudian mencari ikon google dan mencari tahu siapa itu Dominic Jovano Abraham. Matanya terbelalak membaca deretan prestasi yang telah dicapai, bahkan pria disampingnya itu salah satu pengusaha yang disegani.
Kepalanya menoleh ke samping dengan rasa terkejutnya dan ponsel yang di pegangnya masih dipeluk depan dada. "Tuan," cicitnya tak mampu berkata-kata lagi.
"Kau sudah tahu, kan?" Dominic keluar dari mobil kemudian berputar dan membuka pintu bagian Arsy.
"Keluar. Kita harus menikah sekarang."
"Ta-pi, tuan." Arsy tetap berusaha menolak tapi lidahnya seakan kelu karena sikap Dominic sangat mendominasi.
"Tidak ada penolakan nona Arsy," tekan Dominic kemudian membuka sabuk pengaman Arsy. Ia akui meski penampilan Arsy yang sangat tertutup tapi aroma wangi parfum masih terasa, sangat lembut dan menenangkan.
"Eehh.. Tunggu, dulu." Arsy berusaha terlepas dari cengkraman tangan Dominic.
Dor
Dengan sigap Dominic melindungi Arsy, memeluknya. Apalagi suara itu berasal tidak jauh dari mereka.
"Sial!" Dominic membawa Arsy kembali masuk ke dalam mobil begitu juga dirinya.
Dominic melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Terlihat dari kaca spion, satu mobil hitam melaju kencang mengikuti mereka.
Arsy sendiri menggenggam erat sabuk pengaman itu sambil merapatkan doa. "Aahh," pekik ya saat suara tembakan itu kembali terdengar. Menutup kedua telinga dan memejamkan mata, berharap keduanya selamat dan terbebas dari mara bahaya.
Mobil Dominic mengarah ke sudah apartemen mewah dengan penjagaan yang sangat ketat. Tidak seorang pun dapat masuk kecuali atas izin sang pemilik unit tersebut.
Setelah sampai di basement, Dominic membukakan pintu mobil bagi Arsy yang masih seperti tadi. "Tenanglah. Kita aman disini," ia tak menyangka mendapat serangan dadakan saat bersama dengan seorang wanita.
Maka, keputusannya untuk menikahi Arsy bukan hanya iseng saja melainkan sebuah tanggung jawab. Pasti klan musuh sudah mencari tahu wanita mana yang selama ini menjadi pujaan hatinya. Bisa jadi klan musuhnya sudah mendengar pertunangannya.
"A-aku takut, tuan." Arsy membuka mata menatap Dominic. Matanya sudah nampak basah karena menangis dalam diam.
"Ikut, aku." Ucapan Dominic bagai mantra yang dapat membuat Arsy menurut. "Maaf," izin Dominic lagi saat ia akan menyentuh pundak Arsy.
Lantai 20, lantai yang berada paling atas gedung apartemen tersebut. Nomor 201, itulah apartemen milik Dominic. Pria itu mempersilahkan Arsy untuk masuk dan duduk.
Arsy sendiri hanya menurut saja. Ketakutan atas kejadian tadi membuatnya tidak berdaya. "Terimakasih," ucapnya tulus menerima segelas air mineral.
"Aku akan tanggung jawab atas kejadian tadi. Katakan saja cara kita menikah," ucap Dominic setelah duduk berseberangan dengan Arsy.
"Tapi, tuan."
"Tidak ada penolakan."
"Saya masih ada ayah yang menikahkan."
Dominic mengangguk kemudian mendial nomor ponsel Evan untuk keberangkatan malam itu juga ke Indonesia dan menyiapkan keperluan yang ada.
Benarkah aku akan menikah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
bahagialah Arsy,doaku menyertaimu 😀😀😀
2024-06-21
1
Neulis Saja
oh Dominic seorang Mavia
2023-10-05
0
Sandisalbiah
mainpaksa aja bang Jojo....
2023-06-28
1