2. Dominic Jovano Abraham

"Apalagi ulah grandma kali ini?" tanya seorang pria tampan bertubuh gagah itu. Suara bariton yang terdengar dingin menahan amarah karena tidak suka dengan kelakuan grandma yang sebenarnya sangat di sayangnya itu.

Pria yang satunya, asisten sekaligus kaki tangannya merasa takut untuk menyampaikannya. "Maaf, tuan. Nyonya besar membuat acara ulang tahunnya sekaligus akan mengumumkan pertunangan anda, tuan."

Sang tuan, Dominic Jovano Abraham. Pria yang sudah berusia 35 tahun itu tampak memutar badan menatap Evan. Amarahnya semakin menggebu mendengar akan ada pertunangan di acara tersebut.

Memang benar. Selama ini tidak ada seorangpun wanita yang dapat mendekatinya. Meski banyak wanita dengan suka rela menjatuhkan harga diri demi dapat berhubungan dengannya.

"Kenapa grandma lancang sekali?" Sungguh ia tak tidak suka kehidupannya diatur oleh siapapun kecuali Mom Aisyah.

Evan tidak menjawab apapun pertanyaan tersebut. Menjadi orang kepercayaan Dominic baik di dunia bisnis maupun dunia hitam tentu saja sangat tahu sifat sang tuan.

"Mungkin karena tuan sudah 35 tahun dan tidak pernah dekat dengan wanita manapun kecuali nona Erlin, tuan. Apalagi gosip beredar jika tuan punya skandal dengan saya. Maaf, tuan. Saya masih normal," sering sekali Evan mendengar gosip yang beredar tersebut. Bahkan tak jarang ia menerima tatapan aneh dari wanita yang berpapasan dengannya.

"Tutup mulutmu, Evan. Kau tahu alasanku mengapa tidak menikah hingga sekarang. Sialan!" Dominic hendak menendang kaki Evan. Namun sayang, asistennya itu dapat mengelak lebih dahulu.

"Tapi, tuan. Kejadian itu sudah 8 tahun lalu saat anda menjemput nyonya Aisyah. Mungkin saja dia sudah menikah atau pun meninggoi," Evan berbicara sambil menerawang hal yang dapat terjadi setelah 8 tahun lamanya.

Helaan nafas terasa berat. Dominic memilih duduk sambil memijat pelipisnya.

"Kenapa keluarga Dad tidak berubah juga? Kenapa mereka tidak seperti papi?" Ia menghela nafas panjang.

Semenjak kematian papi Jerolin membuat Dominic harus mengurus klan yang selama ini telah membesarkan nama papi Jerolin. Sementara adiknya, Lucas. Tidak punya berkeinginan untuk terjun ke dunia hitam.

Tanggung jawab yang sudah ia emban sejak masih muda membuatnya enggan untuk berhubungan dengan wanita mana pun kecuali seorang gadis dari masa lalunya.

Erlin bukanlah wanita yang ia suka. Terpaksa menjaga wanita itu karena diminta mendiang sahabatnya bernama Rian karena telah mati di bunuh oleh seorang pria dewasa. Entah apa yang terjadi sebenarnya, yang pasti ia sudah memenjarakan pelaku yang membunuh Rian.

Hari mulai sore, dering ponselnya sedari tadi mengganggu pekerjaannya. Tapi tetap saja ia tidak ingin melihat siapa yang menghubunginya. Sudah pasti yang menghubungi Dominic adalah keluarga Dad Malvyn.

Evan masuk ke dalam ruang kerja Dominic tampak tergesa-gesa. Membungkuk memberi hormat sebelum menyampaikan kabar yang diterimanya.

"Tuan. Acara tidak akan dimulai sebelum tuan tiba disana."

Mendengar itu justru membuat Dominic berdecak. "Kita berangkat sekarang. Jangan sampai terjadi yang tidak diinginkan."

"Apa tuan tidak memberi hadiah?" tanya Evan beberapa saat setelah sudah menjalankan mobilnya. Pria itu tahu bila Dominic lebih memilih pergi ke mansion papi Jerolin dimana mom Aisyah tinggal bersama adik perempuan mereka, Aurora.

"Terserah kau saja." jawab Dominic kemudian segera keluar dari mobil tersebut setelah sampai.

Dominic masuk ke dalam mansion dan Evan pergi mencari hadiah untuk dibawanya saat malam tiba.

Ketika baru saja masuk mansion, Dominic disambut hangat oleh mommy Aisyah. Inilah yang selalu membuatnya betah dan kasih sayang dari sang mommy takkan terganti.

"Mom." ucapnya lirih. Sosok tegas, berwibawa, tatapan elang, dan kejam terhadap musuh seketika berubah menjadi layaknya seorang anak di hadapan ibunya.

Dominic menghempaskan bobot tubuhnya di samping mommy Aisyah kemudian merubahnya menjadi merebahkan kepalanya di atas paha mommy Aisyah.

"Grandma membuat ulah lagi, mom. Dia ingin aku segera tunangan dengan Erlin. Kenapa mereka selalu ingin menguasai kehidupanku, mom?"

Wanita paruh baya yang masih terlihat muda. Apalagi dengan yang dikenakannya tampak bukan barang kaleng-kaleng alias mewah meski tetap tidak menghilangkan kesan sederhana itu tampak menghela nafas panjang.

"Bicaralah kepada Daddy kamu, nak. Mungkin mereka berbuat seperti itu karena ingin yang terbaik untuk penerus keluarga Abraham," mommy Aisyah juga tidak tahu harus berbuat apa karena tidak ingin lagi ikut campur dengan keluarga mantan suaminya.

Bagi yang belum membaca kisah orang tua Dominic, yuk baca novel sebelumnya. 'Penjara Cinta Tuan Malvyn '

Dominic bangkit dan mengangguk saja. "Mommy harus ikut," ucapnya tetapi selalu di tolak oleh mommy Aisyah.

"Kalau mommy tidak ikut maka aku pun tidak akan hadir," Dominic sedikit mengancam dan berhasil, mommy nya akan ikut bersamanya malam ini.

Tibalah waktunya mereka berangkat. Dominic telah tampak rapi begitu juga mommy Aisyah. Evan telah menunggu beberapa saat lalu dengan hadiah yang akan diberikan grandma dan Erlin sebagai formalitas saja.

Di sebuah ballroom hotel mewah. Dominic masuk dengan mommy Aisyah yang merangkul tangannya. Banyak pasang mata bahkan wartawan juga ikut mengabadikan momen langkah seperti ini. Sebab, sangat jarang sekali mommy Aisyah terekspos apalagi turut hadir dalam acara keluarga Abraham.

Acara di mulai. Ulang tahun grandma Ivy sangat meriah dengan dihadiri pebisnis-pebisnis kaya, pebisnis muda yang sudah berada di puncak kejayaan.

"Baiklah. Terimakasih telah hadir di acara ulang tahun saya. Tidak perlu saya kenalkan kembali, cucu kami. Penerus keluarga Abraham, Dominic Jovano Abraham. Kemari sayang." Suara grandma Ivy menggelegar di setiap sudut ruangan

Dominic hanya dapat menghela nafas panjang. Menoleh ke samping menatap sang mommy yang mengangguk kecil memberi dukungan untuknya.

Akhirnya ia memilih berdiri, berjalan penuh wibawa menuju panggung kecil tempat grandma Ivy berada. Tidak ada ekspresi apapun dari wajahnya selain wajah datar.

"Inilah penerus bisnis dan keturunan Abraham. Dan malam ini saya akan mengumumkan calon menantu kami." Tatapan grandma mengarah ke depan, tersenyum kemudian mengangguk.

Setelah itu pula Erlin, wanita cantik dengan tinggi semampai berdiri dan berjalan ke arah mereka di panggung.

Bisik-bisik mulai terdengar hingga membuat rahang Dominic mengeras dengan kepalan tangan yang sangat erat. Wajahnya memerah bersamaan urat lehernya timbul menandakan betapa emosinya kali ini.

"Inilah calon istri cucu kami. Erlin Hillary, dia adalah adik mendiang sahabat Dominic."

Tidak ada reaksi apapun dari Dominic, hanya mereka yang terlihat bahagia. Selang tiga jam kemudian, acara tersebut telah usai.

Mommy Aisyah sudah kembali ke mansion dengan Evan yang mengantar. Sementara Dominic harus menyelesaikan masalah yang baru saja di mulai.

"Grandma. Aku tidak terima perjodohan ini," ucap Dominic tegas ketika grandma dan Daddy Malvyn berkumpul di ruang keluarga.

Grandpa Edzard telah berpulang dua tahun lalu karena serangan jantung.

"Mau sampai kapan kamu melajang, Dom?" Bukan menjawab melainkan berkata kembali.

"Aku tidak suka kehidupan pribadiku di atur orang lain."

"Grandma hanya tidak ingin kamu seperti Daddy mu."

"Aku bukan Daddy."

Belum selesai perdebatan diantara keduanya, Erlin datang memeluk grandma menangis tersedu-sedu.

"Ada apa, sayang?" tanya granda Ivy lembut.

"Dom mengirim bunga mawar hitam kepadaku, grandma. Dia ingin aku mati sehingga pernikahan itu tidak pernah ada diantara kami."

Semua orang tampak terkejut. Begitu juga dengan Dominic karena sejak awal tidak mengetahui hadiah yang dicari Evan adalah bunga mawar hitam.

"Baguslah. Aku tidak mau menikah denganmu, Erlin. Memang aku ditanggung jawabkan untuk menjagamu tapi bukan menikahimu." Dominic memutar badan hendak pergi tapi langkahnya berhenti saat ucapan grandma menggelegar di ruang keluarga tersebut.

"Jika kamu tidak menikah dengan Erlin, maka jangan harap kamu dapat melihat grandma besok."

Dominic menatap grandma Ivy dan Daddy Malvyn bergantian. "Aku tidak perduli."

Dominic keluar dari mansion kemudian menghubungi Evan untuk mengirim alamat toko bunga mawar hitam tersebut.

"Siapa pemilik toko bunga ini?" suara baritonnya membuat dua wanita penampilan berbeda itu terkesiap.

Salah satu wanita yang berpenampilan tertutup, hanya sepasang mata yang melebar dan kedipan akibat terkejut dari suaranya justru terlihat lucu di mata Dominic.

"Ikut saya, kamu harus tanggung jawab."

Setelah mengancam barulah wanita berpenampilan tertutup itu mau masuk ke dalam mobilnya.

"Maaf, tuan. Kita akan kemana?"

"Catatan sipil."

"Ngapain?"

"Nikah."

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

oh good 😡

2023-10-05

0

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

aduh..in q bc anknyaa dku gpp kn thor🤣🤣

2023-07-13

1

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

allohuakbar jo😂😂😂

2023-07-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!