Aku Harus Semangat

Tanpa terasa hari pun berganti menjadi minggu, dan semua berjalan baik-baik saja putriku seolah sudah mampu memahami keadaan.

"Mama... Shasy boleh maem ayam goreng ini?" Teriak Shasy ketika duduk di meja makan untuk sarapan pagi.

"Boleh sayang, di habisin juga boleh nanti nenek masak lagi buat Shasy, yah!"

"Nenek disini baik banget, beda sama nenek Shasy nggak pernah kasih ayam goreng, selalu mencubit Shasy kalau ketauan makan ayam goreng katanya mahal," dengan lugunya putriku bercerita tanpa beban, dan tentu saja Ayahku dengan Ibuku menatap tajam kearah ku, mencari jawaban kebenaran yang terjadi.

Aku hanya mampu menundukkan kepala sambil berusaha tegar, menghadapi kenyataan yang sudah terjadi pada diriku dan kehidupan putriku..

"makan dulu sayang, berceritanya nanti yah! kasihan nasinya nanti nangis," bujuk ku sambil menatap lurus ke ayahku berharap tidak terjadi pertanyaan yang berat di meja makan, pagi ini.

"makanlah ndhuk!" Suara ayahku memberikan kedamaian tersendiri dengan intonasi yang melunak tanpa tekanan.

Ku tatap mesin jahit yang dulu menjadi keinginan dan cita-cita ku untuk menjadi seorang penjahit atau seorang pencipta karya berbusana, namun harus kandas dengan pernikahan yang nyatanya menyakitkan hati.

"Masih fungsi itu Lintang, ibu sering menerima permak baju seragam, buat kesibukan daripada menganggur, selain jaga kantin," ibu seolah tau apa yang sedang dalam pikiranku, mesin jahit itu sudah sekian tidak berfungsi, namun nyatanya sangat aktif.

"Bu, Lintang mau buka jahitan saja! Saya ada sedikit tabungan untuk membeli satu mesin jahit lagi, saya juga ingin membuka les modiste di kota kita yang mungkin jarang," ijinku pada ibu. Sebab bagaimanapun juga aku harus bangkit dan semangat, menyesali hari yang sudah berlalu hanya membuat sesak di dada saja.

Sementara Shasy bersama ayah sudah keliling ke sawah melihat orang bekerja, sebagai selingan hari-hari ayah yang sudah selesai jabatannya sebagai lurah, selama 3 periode.

"Lakukan apa yang bisa membuatmu untuk lebih maju Lintang, jangan menyesali yang telah terjadi! Waktu tidak akan pernah kembali lagi, ingat! Shasy membutuhkan dirimu untuk sebagai single mother yang tidak mudah bagimu, namun jangan khawatir kami akan tetap mendukungmu," senyum tulus seorang ibu selalu terpancar dari wajah ayu ibuku, ku peluk dan cium pipi lalu tangan yang mulai keriput itu.

"Sudah jangan berlarut-larut dalam kesedihan! Kamu harus bangkit! Kesuksesan bukan di tunggu tapi di kejar."

Di samping rumah ada tempat lumayan luas dan kosong, bekas tempat pertemuan penduduk di saat ayah masih menjadi lurah waktu itu. Ku tata dengan rapi dengan bantuan ibu dan Mak sri.

Saat matahari agak tinggi kulihat Ayahku pulang dengan Shasy yang menenteng tas plastik dari Al*a mart, "Mama....lihat ha ha ha cokelat ma, enak! Shasy suka,"

Tentu saja kegirangan itu menghiasi putriku yang seumur dia belum pernah sekalipun lulus dari segala permintaan keinginannya untuk sekedar menikmati makanan kesukaannya.

Ku peluk putriku yang berlarian mendekatiku sambil memperlihatkan bungkusan tas plastik itu.

"Tadi sudah bilang terima kasih sama kakek? Lain kali beli jajannya cukup satu saja ya sayang, ingat! Nanti giginya omm...."

"Pong...he..he .he.." potong putriku dengan tawanya yang riang dan memamerkan lesung Pipit di kedua pipinya.

"Besok mungkin Ratih akan pulang, dia tentu akan bahagia bila mengetahui kamu sudah kembali lagi, Lintang," ucap ibu ku sambil duduk di sofa butut yang berada di sudut ruangan itu, lalu di susul ayah dan Shasy sudah berlari di rumah induk dengan cucu Mak Sri sambil menonton TV.

"Lintang, apa benar semua kata-kata Shasy tentang kehidupan kalian saat di tempat mertua mu?" Tanpa basa-basi lagi ayahku seolah-olah mengadili diriku.

Sebab selama beberapa hari tinggal di rumah, aku selalu berusaha serapat mungkin menyimpan seluruh luka, dan hinaan dari keluarga mas Iwan.

Aku belum siap bercerita! aku bertahan menanggung duka ku semampu mungkin.

"Dengarkan baik-baik! Kamu adalah anakku, dan Shasy adalah cucuku, tidak aku ijinkan sedikitpun kalian kembali kerumah itu tanpa adanya permintaan maaf mereka yang telah melakukan kehidupan yang tidak wajar pada cucu dan anakku!" Emosi ayahku memuncak setelah sekian lama terpendam.

"Ayah ini kenapa to? datang-datang kok marah marah nggak jelas! Duduk dulu minum dulu, baru cerita yang jelas biar kita menerimanya juga jelas, Yah...!" Ibuku menengahi karena tentu saja bingung dengan situasi yang tiba-tiba.

"maaa...kakek marah ya?" wajah ketakutan Shasy kembali tergambar pada gurat wajah polosnya.

"Shasy lihat TV dulu ya sayang! kakek tidak marah kok, tapi ini pembicaraan orang dewasa, yuk," aku selalu berikan penjelasan seringan mungkin untuk putriku, agar rasa trauma itu tidak kembali ia alami.

Ayah menerima air putih dalam gelas yang aku sodorkan lalu kami duduk bertiga, "maafkan Lintang ayah, ini semua kesalahan yang sangat fatal, dan Shasy telah menjadi korban cinta buta kami,"

"Ayah tidak mengijinkan kamu maupun Shasy kembali kepada keluarga suamimu, kalau hanya untuk di telantarkan, ini keputusan ayah!"

"Bu! Tubuh Shasy penuh cubitan biru biru, tubuhnya kurus kering, anak pada masa pertumbuhannya kok malah di biarkan kurang gizi ini keterlaluan Bu!"

"Sudah yah... Sudah....! Sebaiknya kita berbenah saja memberikan

kekuatan pada Lintang, untuk membenahi hidupnya dengan kemampuan yang dia miliki, tidak ada habis-habisnya bila kita hanya mengumpat dan menyesali yang sudah terjadi,"

*******

Tiga hari kemudian....

Mesin jahit yang ku pesan datang tepat waktu, dua unit mesin jahit sudah ku miliki. Papan nama dengan tulisan menerima jahitan, permax baju, sudah terpasang di depan rumah, dengan bantuan ayah dan beberapa pekerja.

Harapanku semoga segala usaha yang aku jalani kai ini berhasil dan mampu untuk membesarkan putriku walaupun aku hanya seorang janda.

Hari berikutnya aku meluncur ke pusat konveksi untuk meminta izin bekerja sama, serta bimbingan untuk membuka Les Modiste dan design yang telah aku tuntut ilmunya untuk ku kembangkan kembali.

Aku bertemu dengan teman-teman yang dulu sama-sama memiliki satu jurusan desainer, sesaat luka aku rasakan dalam rumah tangga ku aku lupakan, semangat ku untuk berusaha menjadi yang terbaik menjadi berkobar kembali.

Ya.... Hanya beberapa hari saja aku lupa betapa sakitnya hatiku terluka, kubuang jauh jauh dendam dan rasa nelangsa yang hanya membuat aku semakin terpuruk saja.

Aku harus bangkit, dan aku harus bisa kembali berdiri walaupun tanpa adanya seorang suami di sampingku.

Ku kendarai motor matic menuju rumahku dengan, santai dan sedikit mendendangkan lagu yang sedang booming di siaran tv tv swasta yang sering aku dengar.

"Rungkad entek entek an

Kelangan koe sing paling tak sayang

Stop mencintaimu

Gawe aku ngelu

Mungkin

Aku terlalu cinta

Aku terlalu sayang nganti

Ra kroso dilarani

Pancen

Ku akui kusalah

Terlalu percoyo mergo

Mung nyawang rupo

Saiki aku wes sadar

Terlalu goblok mencintaimu

Motor ku parkir di samping rumah yang sedikit ramai dengan teriakan Shasy saat bermain dengan cucu Mak Sri yang usianya lebih setahun dari dia.

"Dorrrr....!"

🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️🧚🏽‍♀️

To be continued 😉

mohon dukungan ya semua readerku terkasih 🤗

salam Sayang Selalu by RR 😘

Terpopuler

Comments

ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜

ㅤKᵝ⃟ᴸRaisya𝐙⃝🦜

jiannnnn rungkad tenan kui

2023-09-26

0

𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏

𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏

apanya yang dor itu

2023-07-05

2

𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏

𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏

lagunya Rungkat Rhu 🤭

2023-07-05

2

lihat semua
Episodes
1 Tangis Ayu Nimashasy
2 Perjalanan
3 Kelahiran Ayu Nimashasy
4 Ayah, Ibu! aku kembali padamu
5 Aku Harus Semangat
6 Tetangga Yang Nyinyir
7 Pertemuan Tidak Terduga
8 Pesanan Pertama
9 Kehidupan Keluarga Iwan
10 Kehidupan Keluarga Iwan 2
11 Dukungan Ratih dan Rudi
12 Keputusan Final
13 Bingkisan Misterius
14 Tamu Pagi Hari
15 Pertemuan Dengan Anik
16 Mulut Pedas Yessi
17 Rasa Yang Tersimpan
18 Pertemuan Kedua Kali
19 Satu Sore Sejuta Cerita
20 Sebuah Penyesalan
21 Nilai Harga Diri
22 Solusio Plasenta
23 Celoteh Shasy
24 Message Tengah Malam
25 Permintaan Konyol
26 Memergoki Yessi
27 Tentang Kondisi Rahma
28 Dilema
29 Drama Mas Dian
30 Pernyataan Kedua Kalinya
31 Ancaman Mas Iwan
32 Penyesalan Iwan
33 Penyesalan Iwan 2
34 Jeritan Nimashasy
35 Benci Atau Dendam?
36 Kekacauan Tidak Terduga
37 Awal Pertemuan Yessi dan Om Ricky
38 Kedatangan Yessi Dan Bu Lestari
39 Pernyataan Dokter Dian
40 Laporan Berakhir Diskusi
41 Tamu Tidak Diundang
42 Om Papa
43 Om Ricky Yang Sesungguhnya
44 Hati Yang Mulai Ikhlas
45 Undangan Calon Nenek
46 Senja Di Jogja
47 Kuretase
48 Double Engagement
49 Siapa Dia?
50 Kembalinya Siska Anggraini
51 Masa Lalu Saja
52 Sebuah Penjelasan
53 Dia Janda Tapi Aku Cinta
54 Dua Puluh Juta
55 Permohonan Yang Mustahil
56 Waktu Yang Tidak Tepat
57 Bertemu Yessi Lagi
58 Tentang Rasa
59 Ketentuan Hati
60 Kemarahan Iwan
61 Hari Yang di Tunggu-tunggu
62 Malam Yang Tertunda
63 Kekuatan Cinta
64 Tetangga Aneh
65 Keju Mozzarella
66 Makan Siang Part Kedua
67 Malam Special
68 Kakak Tua
69 Gudeg Bu Broto
70 Mr Darius
71 Kehidupan Darius Dan Shinta
72 Kebimbangan Yessi
73 Dia Tetanggaku
74 Rumah Makan Padang
75 Kedatangan Darius
76 Rencana Darius
77 Siasat Licik Darius
78 Shindex Ekspedisi
79 Derita Yessi
80 Yessi Yang Tercampakkan
81 Bill Yang Tertunda
82 Wanita Cantik Itu, Siapa?
83 Kecurigaan Lintang
84 Telepon Pagi Hari
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Tangis Ayu Nimashasy
2
Perjalanan
3
Kelahiran Ayu Nimashasy
4
Ayah, Ibu! aku kembali padamu
5
Aku Harus Semangat
6
Tetangga Yang Nyinyir
7
Pertemuan Tidak Terduga
8
Pesanan Pertama
9
Kehidupan Keluarga Iwan
10
Kehidupan Keluarga Iwan 2
11
Dukungan Ratih dan Rudi
12
Keputusan Final
13
Bingkisan Misterius
14
Tamu Pagi Hari
15
Pertemuan Dengan Anik
16
Mulut Pedas Yessi
17
Rasa Yang Tersimpan
18
Pertemuan Kedua Kali
19
Satu Sore Sejuta Cerita
20
Sebuah Penyesalan
21
Nilai Harga Diri
22
Solusio Plasenta
23
Celoteh Shasy
24
Message Tengah Malam
25
Permintaan Konyol
26
Memergoki Yessi
27
Tentang Kondisi Rahma
28
Dilema
29
Drama Mas Dian
30
Pernyataan Kedua Kalinya
31
Ancaman Mas Iwan
32
Penyesalan Iwan
33
Penyesalan Iwan 2
34
Jeritan Nimashasy
35
Benci Atau Dendam?
36
Kekacauan Tidak Terduga
37
Awal Pertemuan Yessi dan Om Ricky
38
Kedatangan Yessi Dan Bu Lestari
39
Pernyataan Dokter Dian
40
Laporan Berakhir Diskusi
41
Tamu Tidak Diundang
42
Om Papa
43
Om Ricky Yang Sesungguhnya
44
Hati Yang Mulai Ikhlas
45
Undangan Calon Nenek
46
Senja Di Jogja
47
Kuretase
48
Double Engagement
49
Siapa Dia?
50
Kembalinya Siska Anggraini
51
Masa Lalu Saja
52
Sebuah Penjelasan
53
Dia Janda Tapi Aku Cinta
54
Dua Puluh Juta
55
Permohonan Yang Mustahil
56
Waktu Yang Tidak Tepat
57
Bertemu Yessi Lagi
58
Tentang Rasa
59
Ketentuan Hati
60
Kemarahan Iwan
61
Hari Yang di Tunggu-tunggu
62
Malam Yang Tertunda
63
Kekuatan Cinta
64
Tetangga Aneh
65
Keju Mozzarella
66
Makan Siang Part Kedua
67
Malam Special
68
Kakak Tua
69
Gudeg Bu Broto
70
Mr Darius
71
Kehidupan Darius Dan Shinta
72
Kebimbangan Yessi
73
Dia Tetanggaku
74
Rumah Makan Padang
75
Kedatangan Darius
76
Rencana Darius
77
Siasat Licik Darius
78
Shindex Ekspedisi
79
Derita Yessi
80
Yessi Yang Tercampakkan
81
Bill Yang Tertunda
82
Wanita Cantik Itu, Siapa?
83
Kecurigaan Lintang
84
Telepon Pagi Hari

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!