Selama beberapa minggu menikah dengan Serena. Bram merasa dirinya seperti orang yang tidak bisa mengendalikan perasaan nya, ia berulangkali memperlihatkan sikap nya yang selalu membuat istri nya tersipu malu. Laki-laki itu bahkan berniat mengajak Serena untuk pergi berbulan madu di sebuah vila yang sebelumnya diberikan ayah mertua untuk nya secara diam-diam tanpa di ketahui istri kedua dari ayah mertua nya. Namun, Bram merasa ragu karena ia sendiri takut jika Serena menolak ajakannya dan tentunya ia akan merasa malu jika ditolak secara terang-terangan sedangkan dirinya sangat berharap bisa pergi berbulan madu secepatnya.
Sampai saat ini Bram masih belum juga keluar dari kamar mandi karena masih mempertimbangkan bahwa dirinya harus mengatakan nya atau tidak kepada istri nya itu.
"Sebaiknya aku mengatakan nya saja," gumam Bram, ia pun dengan ragu untuk membuka pintu lalu perlahan-lahan menarik nafas nya dalam-dalam sambil berdoa semoga apa yang ia inginkan sesuai keinginannya.
"Mas Bram, kau kenapa? Sakit perut?" tanya Serena penasaran, suami nya hampir 1 jam lamanya berada di dalam kamar mandi sehingga ia berpikir perut suami nya sedang bermasalah.
"Hem, tidak apa-apa, kok. Hanya saja ..."
"Ada apa, Mas?"
"Serena ... sebenarnya aku ingin ... mengajak mu ke suatu tempat. Tapi, aku tidak yakin kau mau ikut pergi bersama ku ..." ucap Bram yang terlihat putus asa mengatakan hal itu.
"Memangnya pergi kemana?" tanya Serena penasaran.
"Pe—pergi bulan madu ..." Setelah mengatakan hal itu dengan terbata-bata, Bram semakin merasa kehilangan wajah saat ini sedangkan Serena sendiri seketika tersipu malu dan tidak menyangka Bram benar-benar serius menjalani kehidupan pernikahan yang mereka jalani selama ini.
"Tapi Mas pasti akan kerepotan membawa ku ..." ucap Serena dengan lemah, ia jelas tahu bahwa dirinya tidak akan bisa melakukan apapun selain hanya bisa duduk di kursi roda dan merepotkan orang yang berada di sekitar nya untuk melakukan sesuatu hal.
Bram menatap Serena dengan lembut, ia turut prihatin dengan apa yang di alami istri nya. Tapi, ia sama sekali tidak keberatan jika harus merawat istrinya dengan keadaan yang seperti itu karena ia sendiri merasa sangat bersyukur ada seorang wanita yang begitu baik berada di samping nya. Bram berusaha menenangkan Serena yang tampak begitu sedih, hingga perlahan-lahan wanita itu kini tidak lagi merasa dirinya tidak berguna hidup di dunia ini. Sekarang Bram dan Serena sudah sepakat untuk pergi berbulan madu di tempat yang sudah di tentu kan, Bram senantiasa meminta pengawal ayah mertua nya untuk menyediakan berbagai macam keperluan yang sangat di butuhkan terutama makanan serta kendaraan yang sangat aman saat melakukan perjalanan nanti.
Namun, dari balik pintu itu kedua orang itu tanpa sadar ada sosok seseorang yang diam-diam memperhatikan mereka berdua dari tadi. Orang itu jelas merasa sangat bahagia mendengar Bram dan Serena akan melakukan perjalanan yang cukup jauh dengan begitu ia bisa menjalankan sebuah rencana jahat nya.
"Apa tidak sebaiknya kita berdua pergi hari ini saja?"
"Aku sama sekali tidak mempermasalahkan nya dan aku akan mengikuti apa yang Mas katakan saja."
"Baiklah, kita berdua berangkat sekarang saja setelah semua keperluan sudah siap."
Sebelum berangkat untuk melakukan perjalanan, Bram akan membicarakan hal ini terlebih dahulu kepada ayah mertua nya dengan begitu ayah mertua nya tidak akan merasa khawatir. Saat keluar dari kamar, Bram melihat pembantu di rumah itu sedang bekerja membersihkan debu di atas meja dekat dengan kamar nya. Tapi Bran mengabaikan nya dan memilih untuk bertemu ayah mertua nya karena ia sendiri merasa pembantu itu sama sekali tidak begitu penting. Seandainya para pembantu di rumah itu tidak bersikap kurang ajar kepada istri nya, mungkin Bram akan menghormati dan saling menghargai walaupun status mereka berbeda.
"Ada apa, Nak Bram?" tanya tuan Bisma yang saat ini sedang berhadapan dengan laptop nya.
"Om, aku dan Serena akan melakukan perjalanan hari ini."
"Kemana? Melakukan apa?"
"Kami berdua akan pergi ke vila untuk berbulan madu, Om," ucap Bram dengan wajah memerah padam karena malu mengatakan hal itu kepada ayah mertua nya.
"Aku tidak mempermasalahkan, asalkan kau menjaga nya dengan sangat baik. Dia anak ku satu-satu nya yang hidup nya terlalu menyedihkan dan aku berharap kau tidak akan membuat dirinya kecewa!" peringat tuan Bisma.
"Baik, Om. Aku akan pasti menjaga nya dengan sangat baik."
Setelah berbincang selama setengah jam lamanya, kini Bram kembali ke dalam kamar lagi untuk menemui istri nya dan membawa nya segera berangkat sebelum hari semakin siang. Terutama keperluan yang diperlukan semuanya sudah siap dan hanya tinggal berangkat saja.
Bram dan Serena berangkat hanya berduaan saja. Mereka berdua sama sekali tidak membawa siapapun karena Bram sendiri juga ingin menikmati bulan madu yang begitu berharga baginya tanpa gangguan siapapun. Namun, setelah perjalanan setengah jam lama nya tiba-tiba Brama merasa ada sebuah mobil yang dari tadi mengikuti mereka berdua istri nya, awalnya ia pikir mobil itu kesulitan untuk melewati mobil mereka tapi saat Bram memberikan jalan mobil itu sama sekali tidak lewat dan justru tetap berada di belakang.
Bram pun semakin penasaran, apa yang sebenarnya diinginkan oleh orang yang berada di dalam mobil tersebut. Bram terus menyetir dan berusaha untuk menghindari mobil yang sudah berniat menyerempet mobil milik nya.
"Mas Bram, berhati-hati lah!" tegur Serena yang sedikit takut saat merasakan Bram menyetir sudah tidak terkendali lagi.
"Penganglah yang erat, aku ak—" ucap Bram terpotong.
Bram pada akhirnya sudah tidak bisa mengendalikan mobil itu lagi dan akibatnya ia manabrak pohon besar berada di pinggir jalan. Mobil terlihat rusak cukup parah, lalu Bram merasakan kepalanya terasa sakit akibat terbentur dengan cukup keras tapi ia tidak terlalu perdulikan hal itu. Ia ingin memastikan keadaan Serena yang saat ini terluka parah di samping nya dan ia mendengar sendiri istri nya menjerit kesakitan.
Namun, saat Bram berusaha untuk membebaskan Serena dari kursi yang menjepit tubuh nya. Ia tiba-tiba melihat orang yang berada di dalam mobil itu keluar dengan wajah tertutup, Bram meloloskan kedua mata nya saat melihat orang itu membawa senjata di tangannya dan perlahan-lahan mendekati dirinya. Laki-laki itu berusaha untuk menyelamatkan istri nya tapi sayangnya, ia terlambat orang itu lebih dulu menghantam lehernya dengan sebuah besi yang berat dan membuat nya sampai pingsan.
"Kenapa ... kau melakukan hal ini pada kami?" tanya Serena dengan nada lemah, penglihatan nya sudah mulai kabur karena luka dibagian bahu nya terlalu banyak mengeluarkan darah belum lagi kepalanya terasa begitu sakit akibat terbentur.
"Tentu saja aku tidak ingin melihat mu dan laki-laki ini hidup bersama!" ucap orang itu dengan dingin.
"Tolong ... lepaskan dia ..." Serena sangat memohon kepada orang itu supaya tidak menyakiti suami nya yang saat ini tidak sadarkan diri.
Orang itu justru malah tertawa mengejek mendengar permintaan Serena, tapi Serena tidak perduli ia tidak kehilangan orang yang ia cintai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
PANJUL MAN
kasian serena
2024-03-11
0