Jingga yang baru pulang ke mansion melihat ayahnya sedang bersama istri barunya mereka sedang bersantai di ruang keluarga, tumben ayahnya itu tidak pergi kantor biasanya jam segini masih di kantor dan akan pulang jam istirahat nanti.
"Kamu kenapa pulang sekolah jam segini Jingga?" yang bertanya bukan ayahnya melainkan Clara.Jingga yang di tanya seperti itu hanya diam hendak berlalu dari sana tapi sang ayah tiba-tiba bersuara
"Kamu tidak dengar mama Clara bertanya tadi?" sedangkan Jingga hanya diam dan melanjutkan langkahnya.
"Jingga apa kamu tidak mengerti bahasa manusia, ayah tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu pada orang lain!" sambung Dodi.
"Udah lah mas nggak perlu di perpanjang masalahnya mungkin Jingga sedang lelah, iya kan sayang?" Clara bertanya pada Jingga, tapi yang di tanya pergi begitu saja.
-
Malam harinya semua orang berkumpul di ruang keluarga. "mulai sekarang kalian harus menghormati mama Clara, dia juga sama seperti ibu kalian dan ingat dia sedang mengandung anak ayah jangan sampai membuatnya banyak pikiran dengan tingkah kalian dan tidak menghargai keberadaanya di sini." jelas Dodi. "Dan kamu Amelia tugasmu di rumah mendidik anak-anak bukannya sibuk kesana kemari tidak jelas! kamu tahu putri bungsumu itu tadi pagi bolos sekolah, mau jadi apa nanti jika sekolah saja seperti itu kelakuannya!" sambung Dodi lagi.
"Maafin kelakuan Jingga mas, Clara, dia masih kecil belum terlalu banyak mengerti yang baik dan buruk, Jingga minta maaf yeah sama ayah dan mama Clara, dan tentang bolos sekolah jangan di ulang lagi ya sayang." Amelia berkata sangat lembut pada Jingga, anak-anak Amelia yang mendengar ibunya di jelek-jelek kan seperti itu tidak terima.
"Al nggak akan mau menganggap Tante ini mama Al, mama kita hanya ibu Amelia!" Al bahkan berbicara sambil menunjuk wajah Clara, Clara sampai kaget mendengar Al meninggikan suara di hadapannya.
plak
"Al, kakak." semua orang berteriak
"Jaga ucapan kamu dia istri ayah juga bukan orang lain di rumah ini, dan kamu Al anak SMA sepertimu tidak tahu bagaimana orang dewasa menjalani hidup, kelak ketika dewasa mau akan merasakan sendiri!" setelah mengucapkan kalimat itu dia berlalu pergi dari sana, tapi saat akan menaiki tangga dia berhenti mendengar suara Jingga.
"Ayah boleh berbicara seperti itu pada kami sekarang tapi kami akan buktikan bahwa kami bisa jauh lebih baik dari kehidupan ayah yang sekarang camkan itu tuan Dodi Wibowo yang terhormat!"
"Ayah akan menyesal dengan menduakan ibu tanpa memikirkan perasaannya, kelak jika anak wanita itu lahir perempuan dia akan merasakan sakit yang ibu rasakan ingat ini ayah!" Nila juga menyumpahi ayah ya. Setelah semua unek-unek dalam hati mereka keluar, ketiganya pergi ke kamar masing-masing.
Clara memegang dadanya dia kaget mendengar sumpah dari anak-anak suaminya tersebut apa dia terlalu dalam menyakiti hati mereka sampai mereka membenci dirinya dan janin di dalam kandungannya.
Dodi melihat kearah Amelia dan Clara, Amelia hanya duduk diam entah apa yang sedang di pikirkan nya, sedangkan Clara dia terlihat shock lalu memegang perutnya yang tiba-tiba kram dan berteriak.
akh ....
"Mas sakit..."
"Clara kamu kenapa sayang?" Dodi menghampiri Clara, lalu menggendongnya sambil berteriak memanggil supir mereka.
Amelia bergegas menyusul suaminya, "Mas boleh aku ikut menemani kalian?" dia menawarkan diri untuk ikut dengan suaminya.
Dodi hanya mengangguk sambil melanjutkan langkahnya.
-
Sampainya di rumah sakit Clara di bawa ke IGD, Dodi menunggu sambil mondar-mandir dengan cemas dia takut terjadi hal buruk pada anak dan istrinya, sedangkan Amelia duduk melihat suaminya yang terlihat gusar itu.
"Duduk mas! mudah-mudahan bayi dan mamanya baik-baik saja."
Dodi duduk di sebelah istrinya, setelah berapa menit dokter keluar dari IGD, "Keluarga nona Clara! Apa anda suami dari nona clara?" ujar dokter bertanya.
"Iya dok saya suaminya, bagaimana keadaan istri saya dokter?" tanya Dodi.
"Istri anda hanya mengalami kram itu biasa terjadi pada usia kandungan semester pertama, jangan membuat pikiran ibu hamil stres karena bisa terjadi kram lagi, jika sering kram juga tidak baik karena bisa memicu keguguran." jelas dokter pada Dodi, setelah mendengar penjelasan dokter, Clara di pindahkan di ruang rawat karena dia belum sadar.
Amelia duduk di kursi ruang rawat Clara, dia bukan mencemaskan Clara, tapi bayi yang sedang di kandung oleh madunya itu bagaimana pun bayi itu tidak bersalah.
Mendengar suara pintu di buka Amelia menoleh dia melihat suaminya berjalan ke arah ranjang rawat madunya itu.
"Maafkan mas sayang tidak bisa menjaga kamu dan baby, mas janji setelah kamu sadar akan lebih memperhatikan kamu lagi." ucap Dodi sambil mencium kening istri keduanya itu, kehadiran Amelia di situ seakan tidak terlihat oleh suaminya, tahukan Dodi istri pertamanya itu lebih banyak memendam rasa sakit hatinya dalam diam.
"Aku pamit pulang dulu ya mas, pasti anak-anak mencari aku." Amelia berpamitan pada suaminya, Dodi menoleh ketika Amelia berbicara dia hanya menganggukkan kepalanya kemudian melihat kearah istri keduanya lagi.
-
Di dalam taksi yang di tumpangi Amelia dia menangis, dia memang selalu diam dan terlihat tegar tidak ada yang tahu isi hatinya, dia juga manusia biasa.
" cukup Lia ini air mata terakhir kamu." ucap Amelia dalam hati pada dirinya sendiri sambil mengusap air matanya.
"Pertama aku harus mendapat tanda tangan mas Dodi." tekad Amalia.
-
Setelah dua hari di rawat di rumah sakit, Clara sudah di perbolehkan pulang, saat sampai mansion sudah ada Oma, yang menyambut kedatangan Dodi dan Clara.
"Ya ampun sayang bagaimana keadaan kamu dan baby di dalam sini?" ujar Oma tangannya sibuk mengelus perut rata Clara.
"Kami sudah baik-baik saja Oma."
"Dodi antar Clara ke dalam kamar dulu Oma dia harus banyak istirahat." ujar Dodi, Oma mengiyakan ucapan putranya tersebut.
setelah sampai kamar mereka Clara berbaring di ranjangnya, diselimuti tubuh Clara oleh suaminya.
"Istirahat ya sayang jangan banyak melakukan aktifitas dulu ok!" Clara mengangguk sambil tersenyum melihat perhatian suaminya itu,
Dodi pamit keluar kamar karena dia ingin menemui ibunya di ruang keluarga.
-
Harusnya malam ini giliran Dodi tidur bersama istri pertamanya tapi karena alasan menjaga Clara, tapi sebelum tidur Dodi masih mengecek email yang di kirim asistennya di kantor, ketika sedang fokus dengan pekerjaanya terdengar orang mengetuk pintu ruang kerjanya.
tok tok
"Masuk!" ujar Dodi tanpa menoleh kearah pintu.
"Mas ini ada surat dari sekolah Al dan Nila mereka meminta tanda tangan untuk persetujuan acara study tour mereka Minggu depan." ujar Amelia sambil menyodorkan beberapa lembar kertas penuh dengan tulisan kepada suaminya.
Dodi yang sedang sibuk tidak membaca satu persatu isi kertas tersebut dia langsung menandatangani nya walau pun sempat bingung kenapa ada lebih dari dua tanda tangan yang di minta sedangkan anaknya hanya Al dan Nila, saja yang pergi harusnya hanya perlu dua tandatangan saja, tapi tidak mau ambil pusing setelah selesai dia memberikan semuanya pada Amelia.
"Terimaksih mas, apa perlu aku buat kan kopi untuk menemani kerja mas?" ujar Amelia.
"Ngga perlu Lia, sebentar lagi juga selesai lebih baik kamu istirahat maaf yeah malam ini belum bisa tidur di kamarmu."
"Nggak papa mas, aku pamit dulu selamat malam mas." ucap Amelia sebelum pergi dia sempat mencium pipi suaminya setelah itu tersenyum dan keluar.
Dodi tertegun setelah mendapat ciuman dari istri pertamanya itu, sudah lama sekali Amelia Nya tidak melakukan itu, Dodi tersenyum sambil mengelus pipinya yang mendapat ciuman dari Amelia.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments