"Loh, emangnya Vanesa melakukan kesalahan apa kok sampai kamu mau menikahkan dia dengan anak kamu?" Tanya Papa Haris. Ia belum tahu tentang detail kejadian yang menimpa anaknya.
Karena malu menceritakan pada sahabatnya, Papa Arga nampak meminta penjaga gedung kampus untuk menceritakan apa yang telah ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Astaghfirullah, benar begitu Arga, Vanessa?" tanya Papa Haris sedikit murka.
"Iya, Pa. Tapi itu enggak sengaja." jawab Vanessa seraya tertunduk.
"Maaf Pak, semua salah saya. Jangan marahi Vanessa." tambah Arga cukup menyesal karena aksi balas dendam nya pada Vanessa berujung tragis seperti ini.
"Begini saja, Bapak - Bapak. Sebaiknya, Pak Arga dan Vanessa di nikahkan saja. Jika itu dilakukan maka kami tidak akan memberikan sanksi pada keduanya. Tapi Pak Arga dan Vanessa tidak setuju dengan solusi yang saya tawarkan. Maka maaf, kami akan mengeluarkan Pak Arga sebagai dosen dan Vanessa sebagai mahasiswa." Ujar Pak Rektor tegas.
Mendengar dua pilihan yang sama sekali tak ada yang menguntungkan itu membuat Vanessa lemas kakinya. Ingin menghilang saja rasanya dari muka bumi.
"Mau aja ya, demi masa depan kalian." Kata Papa Arga. Ia malah terlihat bahagia karena tak perlu menjodohkan anaknya dengan wanita lain agar ia bisa lepas dari pacarnya Karin, yang sejak dikenalkan pada keluarga terlihat bad attitude itu.
Pak Arga masih diam, menimbang - nimbang semua hal demi kebaikan bersama.
"Kalau misal aku pilih tidak, aku masih bisa kerja di perusahaan papa. Tapi Vanessa bagaimana dengan Vanessa, apalagi kita ketahuan tidur bersama. Pasti orang akan berpikir yang tidak - tidak, dan menganggap Vanessa bukan gadis baik." Batin Pria itu sembari berpikir keras.
"Baiklah, saya akan tanggung jawab." Ujar Pak Arga jelas saja membuat Vanessa melotot tidak percaya.
"Tapi Pa, Pak Arga itu enggak se-frekuensi sama aku. Dia itu galak, jahat, ini semua gara - gara hukuman dari dia yang kelewat batas sampai aku harus tidur disini." balas Vanessa seraya mengabsen keburukan pria dua puluh enam tahun itu.
"Makanya saya mau tanggung jawab." jawab pria itu datar saja. Walaupun dalam hatinya tentu aja ia tak bisa berbohong kalau ia merasa sakit, karena cepat atau lambat ia harus memutuskan hubungan dengan Karina, wanita yang sudah hampir 3 tahun ini bersama dirinya.
"Begini saja, saya akan buat surat pernyataan yang mana isinya kalian setuju untuk menikah. Kalau bisa kalian harus segera menikah, takutnya saya berita tentang kalian ini dia dengar oleh orang lain dan menyebarkannya. Demi kebaikan nama kampus dan nama kalian juga." Intrupsi Pak Rektor.
Akhirnya kedua belah menyetujui, walupun dengan sangat terpaksa.
Pak Rektor sepertinya sudah siap sedia, sampai surat pernyataan itu di cetak, di bubuhi tanda tangan dan juga bermaterai. Selesai semua surat itu di tanda tangani, Pak rektor dan para jajarannya beserta penjaga kampus itu undur diri. Kini tinggalan dua keluarga itu.
"Kaki kamu kenapa Van?" tanya Papa Haris setelah sadar anaknya berjalan tidak normal, dengan satu kakinya di seret.
"Kena meja." jawab Vanessa lesu. Rasanya gairah hidupnya hilang setelah keputusan Pak Rektor adalah meminta dirinya menikah dengan Pak Arga.
"kok bisa sih mbak?" tanya Mama Arga.
"Itulah Bu, anak ibu yang ngeselin itu ngagetin saya semalam, karena saya takut jadi saya memilih untuk berlari. Naasnya kakinya saya terkena meja. Tapi lebih naas pagi ini, di grebek penjaga kampus." Jelas Vanessa jadi sedih sendiri. Rasanya ingin menangis, tapi masih ia tahan. Karena hanya dengan menangis cap buruk dari kampus tak bisa hilang bukan?
Wanita paruh baya itu lantas menatap putranya. Sedih sekali sebenarnya putranya terkena masalah seperti ini. Tapi menurut dirinya itu lebih baik, karena mau tak mau ia harus menikah dengan Vanessa dan memutuskan Karina pacarnya.
"Kamu kalau suka gadis orang bilang Ga, enggak gini juga caranya. Ya kali, kamu kurang dia di ruangan kamu, enggak gantle kamu itu." Ucap Mama Arga pada putranya.
"Iya kamu harusnya bilang sama kami kalau suka sama gadis ini, apalagi anaknya Pak Haris teman papa. Sudah pasti papa lamarkan dan papa restui." tambah Papa Arga jelas menggoda sang putra.
"Van, kamu bisa jalan?" tanya Vanessa yang sedari tadi diam.
"Bisa." jawab gadis itu cuek saja.
"Ya di bantu dong Ga. Kamu ini jadi laki - laki kok enggak perhatian sama sekali." cibir Papa Arga. Ia benar - benar tak menyangka ternyata dari Vanessa yang harus ia nikahi terpaksa malah dapat restu.
Sebelum pria itu bertindak untuk membantu dirinya jalan. Vanessa lebih dulu mengatakan tidak.
"Tidak Perlu Kok Pak, saya bisa jalan sendiri." Tolak Vanessa.
Setelah itu keduanya keluarga itu langsung berunding untuk melaksanakan pernikahan keduanya. Finalnya nantinya malam adalah lamaran sekaligus akad nikah, sedangkan resepsinya akan dilaksanakan menyusul saja. karena tak bisa buru - buru untuk melaksanakan resepsi bagi mereka yang notebennya keduanya adalah seorang pembisnis yang hanya memiliki anak tunggal saja.
"Ma, Pa. Kalian yakin akan menikahkan aku dengan Pak Arga yang super ngeselin itu?" tanya Vanessa saat ia sudah berada di dalam mobil milik orang tuanya.
"Yakin. Dia kelihatannya baik Van." Jawab Papa Haris.
"Kan kelihatannya doang Pak, dia tuh jahat Pa. Belum apa - apa saja aku sudah di buat terluka." Jawab Vanessa masih membela diri dan mencari kesalahan Pak Arga.
"Ya mungkin itu strategi ia buat dapatin kamu secara mudah." Balas Pak Haris. Ia tak mau ambil pusing, karena bagi dia saat ini yang terpenting adalah nama baik keluarganya. Walaupun ia yakin anaknya tak melakukan apapun, tapi apalah dayanya karena ada saksi yang melihat keduanya tidur bersama. Jadi sebagai orang tua ia harus bijak mencari solusi yang terbaik untuk anak gadisnya.
"Dia itu punya pacar Pah. Aku juga punya pacar." Kata Vanessa lagi.
"Soal itu gampang, kalian tinggal putusin aja." Jawab Papa Haris dengan begitu mudahnya.
"Putusin aja dari hongkong, ya kali aku sama roni selama ini baik - baik aja. Terus tiba - tiba minta aku buat putusin dia. Haduh yang benar saja deh Pa." Tolak Vanessa. Gadis itu kini menangis setelah tak tahu harus bagaimana lagi agar bisa membatalkan pernikahannya dengan pria itu nanti malam. Andai saja kakinya tidak dalam kondisi memar dan bengkak, sudah pasti ia akan lebih memilih kabur dari pada menikah dengan dosen yang paling killer seantero kampus.
"Sudah lah Van, ini memang sudah nasib kamu berjodoh dengan Arga." Kata Papa Haris seraya tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments