Ketahuan Tidur Berdua

Vanessa masih meringis kesakitan. Kakinya bahkan kini biru dan membengkak. Sungguh keterlaluan sekali Pak Arga kali ini.

"Bapak sih pakai acara ngagetin." Ujar Vanesa dengan wajah tidak ramah sama sekali.

"Maaf saya pikir kamu bukan penakut. Sorry deh! sakit ya?" tanya pria itu sedikit melunak. tapi tetap saja Vanessa kesal kepadanya.

"Ya ialah Pak, pakai tanya lagi. Orang sampai biru dan bengkak seperti ini!" Ujar Vanessa masih dengan wajah masam, dan terus meringis kesakitan.

"Sini saya bantu." Kata pria itu menawarkan diri. Ia mencoba memapah tubuh munggil Vanessa, tapi gadis itu menolak.

"Jangan modus deh Pak, saya bisa sendiri." Tolak Vanessa. Gadis itu lantas berjalan sembari menyerat satu kakinya menuju sofa yang tak jauh dari tempat ia menabrak meja.

Pria itu akhirnya membiarkan saja tak mungkin jika ia membantu toh nyatanya ia sudah di tolak lebih dulu oleh Vanessa. Dari pada gadis itu makin murka jadi mengalah adalah solusi karena disini juga ia memang yang salah.

Tanpa sepengetahuan Vanessa ternyata pria itu mengambilkan obat yang sesuai untuk luka Vanessa. Setelah itu, ia berjongkok dan mengobati luka itu.

"Pelan dong Pak! anda itu niat mau bantu saya atau mau nyakitin saya sekalian sih?" tanya Vanessa terus mencibir pria itu. Ia sekali tak takut dengan Pak Arga, padahal pria itu adalah dosennya sendiri.

"Mau nyakitin kamu, kalau kamu cerewetnya naudzubillah kaya gini." Jawab Pak Arga datar dan dingin saja. Mereka memang sangat hobi bermain berdebat di manapun dan kapanpun. Tapi ingatlah tanpa adanya Vanessa di kelas semua terasa lain, tak lengkap sama sekali.

"Bapak juga resek sih! Gimana Saya enggak cerewet." balas Vanessa, masih saja bisa menjawab.

Pria itu nampak tak menyahut kembali, dan ia juga lebih memilih untuk diam dan tak banyak bicara sama sekali.

"Sudah, nih masukin lagi nilainya." titah Pria itu masih dengan aura dingin dan galaknya.

"Iya. Kerja rodi dan kerja romusha ini saya." Sindir Vanessa, tapi pria itu tak bergeming sama sekali, hanya ada diam dan keheningan semata.

Hari makin larut, entahlah masih berapa banyak kertas yang belum Vanessa input ke dalam aplikasi nilai milik dosen killer itu. Ia tetap berusaha walaupun pada akhirnya dia tertidur di bawah sofa beralaskan karpet tipis.

"Van, sudah belum?" tanya Pak Arga, nampak kasihan juga sudah pukul 10 malam lewat juga.

Tak ada jawaban sama sekali sehingga ia mendekat ke arah Vanessa. Pria itu menemukan gadis itu telah tertidur lelap, beberapa kali ia bangunkan tapi tak ada respon sama sekali.

"Kamu cantik, sayangnya galak banget sama saya." ujar Pria itu seraya membenahi posisi tidur Vanessa.

Selang pria tak berniat untuk tidur, tapi rasa lelah yang menyapa dirinya membuat dirinya terlelap di samping Vanessa. Naasnya tanpa disadari pria itu tidur memeluk tubuh Vanessa.

Waktu terus berjalan pagi pun menyapa. Masih pukul lima pagi penjaga kampus memang biasanya agar memeriksa seluruh ruangan. Apalagi hari ini adalah hari libur.

Hingga tibalah ia di ruangan Pak Arga, Pria itu sangat terkejut mendapati Pak Arga sedang tertidur sembari memeluk tubuh munggil Vanessa.

"Astagfirullah.. Pak Arga apa yang bapak lakukan." Teriak Penjaga kampus itu heran sekali melihat kejadian ini.

Suara teriakan yang cukup keras dari penjaga kampus itu tentu saja membuat keduanya terbangun dari mimpi panjangnya.

Vanessa yang baru bangun dan mengumpulkan kesadarannya langsung menjerit kala sadar telah tidur bersama dosen paling killer dan paling ia benci itu.

"Pak Arga kenapa anda disini?" tanya Vanessa melontarkan pertanyaan yang begitu bodoh itu.

"Saya sudah bangunkan kamu semalam, tapi kamu enggak bangun." jawab Pria itu serius.

"Pak Arga saya tak menyangka anda bermain gila dengan mahasiswa sendiri. Saya akan laporkan pada pihak kampus agar kalian di tindak sesuai ketentuan yang berlaku." Ucap Penjaga itu lalu pergi dan memberi kabar pada pihak yang berwenang.

"Bapak salah paham kami tidak melakukan apapun. Sungguh!" teriak Pak Arga. Sementara Vanessa hanya bisa menangis tersendu, dan memaki - maki dosen paling killer itu.

"Saya tidak mau tahu, jadi saya akan tetap laporan pada pihak kampus." kata penjaga itu yang masih berada di ambang pintu itu.

Penjaga itu lalu berlalu, Vanessa masih menangis merutuki nasibnya sedangkan Pak Arga nampak kesal sendiri karena tak bisa membela diri. Ia khawatir keduanya akan beri sanksi di keluarkan dari kampus, dan tentu saja imbasnya akan lebih banyak pada Vanessa yang bisa saja di cap sebagai wanita murah*n.

Benar saja selang beberapa detik penjaga itu pergi mereka langsung menyambangi ruangan Pak Arga, dan yang paling pertama kali mereka perintah adalah mereka harus menghubungi kedua orang tua mereka.

Apakah mereka setuju? oh tentu saja tidak? mereka terus benolak dengan berbagai alasan, hingga Pak Rektor mengeluarkan statementnya.

"Begini saja, kalau kalian tidak mau menghubungi orang tua atau keluarga kalian saya dengan sangat terpaksa harus mengeluarkan kalian dari kampus ini." Ancam Pak Rektor.

Mendengar hal tersebut tentu saja, mereka tak ada yang berani menolak. Demi nama baik mereka juga tentunya.

"Arga, apa yang telah kamu lakukan?" tanya seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah papa dari Arga sendiri. Bahkan belum sempat pria menjawab. Ia sudah di hadiahi tamparan yang cukup keras oleh papanya.

Plak..

"Ini salah paham, kami tidak melakukan yang tercela." Jawab Pak Arga mencoba menjelaskan.

"Bohong Pak, saya lihat sendiri Pak Arga memeluk tubuh Vanessa." Sanggah Penjaga kampus.

Mendengar ucapan penjaga kampus itu, Mama dari Pak Arga langsung mendekat ke arah Vanessa.

"Mbak, kamu diapain sama anak saya?" tanya wanita paruh baya itu seraya menahan air matanya yang sedari tadi sudah ia tahan.

"Saya tidak diapa-apain kok Bu, hanya saja kemarin putra ibu yang bernama pak Arga itu memang sedang membalas dendam sama saya dan menghukum saya untuk mengentri nilai mahasiswa. kalau soal kenapa Pak Agra bisa tidur disamping saya - saya benar - benar tidak tahu Bu." jawab Vanessa jujur seraya menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Detik selanjutnya orang tua Vanessa datang, gadis itu lantas berhambur ke pelukan sang mama.

"Kamu melakukan kesalahan apa Van?" tanya Papa Haris penasaran.

Papa Arga lantas menoleh, tentu saja ia tahu siapa pemilik suara itu.

"Loh Haris, gadis ini anak kamu?" Tanya Papa Arga sedikit terkubur.

"Iya Bram, Vanessa memang anakku." Jawab Pak Haris lalu berjabat tangan.

"Ya sudah kalau gitu kita besanan saja!" usul Papa Arga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!