Apri tumbuh dengan sehat dan cepat gemuknya, minum susunya luar biasa. Saat baru lahir saja diberi minum susu botol sesuai jatah bayi menangis terus menerus, kenapa minum botol karena mamanya melahirkan operasi kata susternya, baru setelah mamanya di ruang rawat, bayinya di tempelkan di dada supaya secara alami mencari ****** ibunya.
Setelah pulang ke rumah selalu menangis dengan jatah susu dari saya dan susu botol. Saat ibu datang dari kampung, diberikan pisang ambon disuapin, barulah anteng. Harusnya bayi sampai umur 6 bulan murni hanya minum susu saja, belum boleh disuapi makanan tapi untuk orang kampung sudah biasa.
Ku nikmati benar peranku sebagai ibu selama menikmati cuti 2 bulan setelah melahirkan. Hari-hari hanya mengurus anak dan memasak, untuk pekerjaan rumah tangga yang lain sudah ada pembantu.
Setiap hari setelah mandi dan minum susu Apri dibaringkan di box bayi, sambil di setelkan musik klasik dari Mozart. Anehnya anakku menikmati betul alunan musik itu karena saat musik berhenti, anakku terbangun dan menangis.
Akhirnya aku memutar kembali musik mozart tersebut sepanjang hari. Bayi yang selalu didengarkan musik klasik akan cerdas katanya, itu hasil membaca buku dan mendengarkan para ahlinya perawatan baby.
Saat aku pulang mengajar, di rumahku sudah ada 3 saudara suamiku. Selayaknya tamu, saya melayani dengan baik, aku lari ke warung membeli mie rebus dan telur dan di kulkas ada sawi hijau.
Aku segera mengganti bajuku dengan daster dan ke dapur untuk memasak mie rebus dengan telur dan diberi sawi hijau. Saya lihat di meja makan sudah ada nasi dan lauk tempe orek. Kami akhirnya mengobrol bersama sebelum mereka pulang, mereka melakukan apa saja di rumah tidak pernah kutahu, aku merasa senang saja dikunjungi saudara.
Anakku pada usia 6 bulan susah sekali makan, sebelumnya gemuk sekali dan sekarang menjadi kurus. Saat aku menyuapi pasti bajunya sampai basah karena makan di muntah- muntahkan, harus diganti baju dan melanjutkan menyuapi lagi.
Tidak habis pikir ada apakah gerangan dengan anakku ini. Aku membawa kontrol ke dokter spesialis anak di RS. yang bagus di kotaku. Kalau sudah membawa anak ke dokter bisa seharian, menunggu antri dokter dan obatnya, dokter Cakra dokter terlaris di rumah sakit itu, sekali praktek pasiennya bisa sampai 60 dan saat di periksa sebentar sekali tapi obatnya sangat manjur.
Siang itu Apri di periksa dan di minta ambil darah di bagian Lab, setelah itu dibawa hasilnya ke dokter Cakra. Sungguh seperti di sambar halilintar saat diberitahu anakku terkena flek paru- paru, entah dari mana bakteri itu berasal.
Anakku harus kontrol sebulan sekali, dan minum obat tiap hari dan tidak boleh lupa memberi karena bisa mengulang dari awal. Saat itu jika kontrol dan obatnya bisa sampai Rp. 250.000, padahal gajiku saja hanya Rp 400.000 pada tahun 2001 saat itu. Untunglah suamiku kerja di perusahaan swasta sehingga semua biaya berobat akan diganti oleh asuransi di perusahaan itu. Saat itu suamiku gajinya juga belum terlalu besar masih sebesar Rp. 600.000 karena baru pindah dari Surabaya, posisinya baru sekitar 1,5 tahun bekerja.
Hari itu aku pulang kerja, kakak ipar, keponakan, dan mertuaku sudah di rumah. Mereka bertujuh naik pesawat dan naik taksi sampai di rumah. Mereka akan menghadiri pernikahan dari putra kak Ina, laki- laki satu- satunya dari keluarga kak Ina. Pastilah pesta itu besar - besaran. Sampai ada tujuh orang datang dari Toraja, beda dengan saat aku menikah yang datang cuma kak May dan mama mertua. Aku tidak iri dan biasa saja, siapakah aku hanya seorang guru yang sederhana mungkin dianggap tidak penting.
Saat pesta itupun tiba, sangat meriah, aku hadir dengan mengendong Apri. Begitu sedihnya hatiku, bajuku gak perlu baru dan sandalku juga biasa saja tidak berani hak tinggi karena menggendong Apri.
Melihat dandanan mereka aku tidak merasa minder,aku berpenampilan apa adanya saja tapi aku masih cantik pastinya. Kakak iparku pada memakai perhiasan dan tentu saja dandanan salon.
Mereka pun sampai mengontrak rumah dekat rumah kak Ina supaya dekat tempat pesta. Sampai sebegitu nya mereka menyambut pesta pernikahan saudara.
Kehidupan kami memang hanya mengandalkan gaji kami saja, untuk semua kebutuhan kami sehari hari. Setiap gajian, beli susu, popok, makanan bayi, bayar pembantu dan tentu saja untuk transportasi kerja aku yang jauh.
Kami berdua sarjana tetapi kami masih baru bekerja, sayapun masih guru honor. Aku pernah ditertawakan oleh anaknya kak Ina ,
" Rumahnya jauh dan biaya transpor saja mahal".
Tapi aku merasa bahagia karena mandiri tanpa menganggu kakak, mertua dan orang tuaku. Aku sedih saja karena mertua dan ipar- iparku sampai mencari kontrakan baru bukannya tinggal di rumahku, orang mungkin mengganggap aku tidak menerima mereka.
Setiap lebaran harusnya menjadi masa membahagiakan bukan memberikan luka batin. Suamiku jika lebaran pasti mendapat 3 bulan gaji kotor, satu bulan gajinya dan 2 bulan adalah THR.
Orang akan berpikir, enaknya aku ya, mendapat bagian yang banyak dari suamiku, tapi saat itu aku tidak mendapatkan apa- apa. Istri lain pasti mengamuk jika diperlakukan seperti itu, tidak dengan aku. Aku hanya mengatakan ,
" Sombong sekali papa ya, dapat THR harusnya untuk membelikan baju baru anaknya, dan beli barang- barang rumah tangga yang tidak ada".
Andre diam saja tanpa menjawab apapun. Diapun mungkin mendapat tekanan dari keluarganya. Dia menjadi lupa anak dan istrinya.
Pernikahan anak kak Ina itu di bulan Desember menjelang tahun baru.
Saat malam tahun baru, suamiku di telpon kakaknya untuk menjemput iparnya yang berkunjung ke saudaranya. Padahal itu malam tahun baru pastinya mempunyai rencana dengan keluarganya, apakah itu cara memisahkan kami, sungguh tidak menganggap aku. Malam itu Apri sudah berumur 2 tahunan, dia menangis melihat ayahnya pergi, Apri menangis sejadinya, sedih sekali aku melihatnya.
Akhirnya Apri ku ajak naik ojek, main di alun-alun kota sambil membeli terompet. Itu kenangan yang sungguh menyedihkan untuk aku dan anakku. Aku pulang berdua menjelang pkl. 21.00.Tidak ada ayam bakar, ataupun jagung bakar, sepi dan hanya kesedihan yang kurasakan.
Andre jika pulang kerja kadang mampir ke rumah kak Ina, setelah pulang pasti marah- marah tidak jelas, entah diberikan omongan apa saja seperti terlihat membenciku.
Aku tidak pernah berkeluh kesah sedikitpun kepada orang tua dan kakak-kakakku. Kadang jika uang kurang, aku menjual perhiasanku yang dibeli saat masih gadis, Ada 3 set perhiasan, satu set perhiasan batu merah muda, satu set perhiasan batu putih bening dan satu set batu berwarna hijau. Kadang saat mengajar kupakai berganti - ganti sesuai bajuku.
Aku termasuk guru modis dan mengajar selalu dengan hak tinggi karena terasa percaya diri saja. Saat aku gadis banyak yang menaksir tetapi aku tertarik dengan pemuda yang baik, dan kuat berdoanya. Tapi Tuhan mengujinya dengan sifat yang kuinginkan tidak ada lagi di diri Andre, apakah aku masih mencintainya.
Andre seperti berbanding terbalik saat menikah denganku, menjadi tidak pernah berdoa lagi. Pulang kadang agak malam, mungkin lembur kerjanya Jika aku menanyakan pulangnya jawabannya marah. Saat itu kami belum mempunyai HP karena belum ada, yang ada pager dan itupun kami tidak punya. Aku merasa bergumul sendiri dengan masalahku! Tubuhku kurus dan berbeda dengan saat masih gadis penampilannya, dan aku jarang berkunjung ke rumah kakak kakakku.
Aku hanya berdoa, curhat dengan Tuhan tentang kesedihanku ini. Saat orang tuaku berkunjung ke rumah pun aku tidak pernah bercerita, semua terpendam sendiri. Ayahku mengatakan,
" Sukma, mengambil rumah kecil tidak ada tanah lebihnya, ambil yang dipinggir supaya bisa di bangun lagi"
Aku menjawab,
" Kami tidak ada uang ayah".
Ayahku menjawab,
" Kalau tidak ada uang pinjam ayah, kalau punya uang diganti dan kalau tidak ada yang ya pakai saja"
.Itulah orang tuaku maunya selalu memberi, saat kelahiran anakku yang pertama memberi amplop isinya Rp. 300.000.Ibu mengatakan,
" cepat simpan uangnya Sukma untuk kebutuhan kalian".
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments