Cuaca di kota Malang hari itu sangat cerah, secerah hatiku menyambut hari pernikahan kami. Semua sibuk dengan perannya masing - masing, ada kelompok paduan suara yang sudah berminggu bahkan berbulan berlatih dengan intensif demi kompaknya suara agar merdu. Ibu sampai sering membuatkan wedang jahe untuk jamuan minum latihan di tambah kue- kue agar lebih semangat mereka.
Ayahku mengadakan rapat tim agar saat pernikahan semua berjalan lancar, mulai dari tim parkir, memasak, penerima tamu, penyaji makanan. Bahkan untuk kegiatan masak ada bagian sendiri- sendiri seperti masak nasi, masak sayuran, kue- kue, bahkan ada tim racik- racik bumbu, iris - iris sayuran, kupas - kupas sayuran,merebus air dan bikin teh. Begitu rapinya mereka menyusun kegiatan pernikahan itu, berapa kali mereka rapat, aku tidak pernah tahu karena aku tinggal di Jakarta.
Dari sekian kegiatan menjelang pernikahan, ada petugas yang tidak bisa diabaikan yaitu tim penyebar undangan,petugas ini tidak hanya 1 orang karena undangan bisa di sebar sampai keluar desa bahkan kota.Kalau untuk keluarga di undang tanpa kartu undangan tapi di datangi orang tua kami untuk menghormati mereka.
Tim sound sistem juga memegang peranan penting karena hajatan suaranya sampai satu kampung terdengar, speaker sampai di pasang di atas pohon agar suara memancar kemana - mana. Tim peralatan juga sangat berat tugasnya, mengambil piring sendok gelas peralatan masak, kursi, meja dan tenda semuanya sudah disediakan di gudang khusus milik RT. Luar biasa dan apiknya mereka menyusun semua. Kedua orang tuaku begitu antusias dan bangganya mempersiapkan acara pernikahan ini.
Sehari sebelum acara pernikahan, sorenya acara siraman dimana orang tua dan saudara - saudara menyiramkan satu gayung air lambang kembang kepada kedua mempelai, artinya memberikan doa restu pernikahan kami. setelah siraman acara
"Dodol Dhawet"
Orang tua berjualan Dhawet, dimana ibu calon mempelai berjualan dan dipayungi sang suami. Dodol Dhawet mempunyai arti orang tua melepas anaknya untuk menikah.
Tamu yang membeli dawet membayar dengan uang kreweng, kreweng menunjukkan kehidupan berasal dari tanah. Saat prosesi jual dawet berlangsung ibu melayani pembeli, ayah menerima pembayaran. Ini mengajarkan calon pengantin mencari nafkah dan saling membantu.
Setelah acara siraman, calon mempelai wanita didandani kebaya dan pria memakai setelan jas. Di Rumah kami ada acara doa bersama satu lingkungan untuk menyambut acara pernikahan besok paginya.
Setelah acara doa midodareni, kami terpisah, Andre tidur di rumah paklik depan rumah dan tidak boleh bertemu sampai kami di dandani di tempat yang berbeda.
Hari yang ditunggu pun tiba, semua sibuk menjalankan peranan masing - masing , semua kelihatan rukun, semua bersatu padu bekerja serasa itu keluarga sendiri. Tidak ada bayaran untuk mereka paling hanya makan dan setiap yang membantu saat perayaan pernikahan , keluarga yang di rumah diantar makanan lengkap semua yang di masak, istilahnya keluarga yang di rumah pun mendapat jatah makanan. Istilahnya di kampungku adalah
," Tonjokan".
Aku melihat sungguh lebih luar biasa biaya pernikahan ini dibandingkan di gedung yang acaranya hanya 2 jam cukup. Saat perayaan pernikahan kami 3 hari 3 malam, 1 hari menjelang acara, 1 hari di hari H, dan 1 hari setelah acara, karena masih mengalir saja tamu undangan yang datang.
Saat aku menikah di rias oleh teman ibu yang seorang anggota DPRD. Beliau orangnya rendah hati, begitu dekat dengan ibu. Pada saat itupun aku tahu,beliau tidak mau dibayar jasanya merias pengantin. Ibuku seorang sangat sederhana , rendah hati tapi pemikirannya luar biasa walaupun bukan sarjana. Beliau mengatakan bahwa,
"Seorang istri harus bekerja, dengan pertimbangan akan dihormati keluarga suami dan juga saat suaminya bermasalah kita sebagai istri masih kuat berdiri tegak ".
Ayah PNS yang gajinya pada waktu itu tidak terlalu besar masih mengelola sawah sebagai tambahan pemasukan keluarga itupun belum cukup tapi Ibu dan ayah mampu menyekolahkan keenam anaknya sampai jenjang kuliah karena Ibu tidak berpangku tangan. Beliau saat anak- anak masih kecil menjahit di pasar, Ibu berangkat pagi pulang menjelang magrib.
Pada saat anak - anak mulai remaja, Ibu banting stir dengan berdagang beras, telur dan makanan ternak. Ibu membeli jatah beras PNS di Rumah Sakit, sekolah dan kantor. Beras- beras tersebut di jual ke pasar, saat pulang membawa beras yang kualitasnya bagus dan disetor ke warung - warung. Di rumah ibu membuka toko beras, telur dan makanan ternak.
Hari yang ditunggu tiba, kita persiapan untuk pemberkatan nikah di Gereja. Saat kami memasuki gedung gereja disambut grup paduan suara yang merdu. Kami duduk berdua di depan altar dengan penuh khidmat, ada perasaan bahagia, dan hati ini bergetar saat mengucapkan janji pernikahan kami ,
" Saya mengambil engkau menjadi istri/ suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu sehat maupun sakit, saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang Kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus ".
Aku membaca janji nikah ini dengan terbata - bata dan berkaca kaca, janji yang diucapkan bukan hanya di bibir tetapi di lakukan dan diimani selama hidupku.
Lagu, "Berbahagia "
berkumandang dengan sangat merdu dalam gedung gereja yang kokoh menjulang tinggi, terdengar seolah paduan surgawi. Lirik lagu ini selalu terngiang di telinga,
" Berbahagia bergembira tiba saatnya berserah setia, Berbahagia bergembira sehidup semati kan berjanji , "
. Lagu ini mengiringi acara tukar cincin kami menggema membahana seisi gereja. Pastur berkhotbah kepada kami untuk selalu menghadirkan Tuhan dalam hidup pernikahan kami. Pastur berkata ,
" Doakan selalu doa Salam Maria dalam mengarungi bahtera rumah tangga kalian".
Saat acara sungkeman orang tua , kami sangat terharu, dan yang paling sedih Andre karena yang hadir dari Toraja hanya Mama dan kak May saja, sementara untuk pengganti ayahnya yang sudah meninggal yaitu saudaranya yang masih muda dari dirinya sendiri.
Kakak sulung Andre yang laki- laki tidak bisa hadir karena istrinya sedang sakit, seharusnya beliaulah pengganti ayah kandungnya. Adat sungkeman ini sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua. Mempelai meminta maaf dan izin untuk menjalani kehidupan baru.
Saat itu mama mertuaku menangis, sementara suami Tante Ina tidak bersedia karena gak bersedia memakai baju Jawa itu sebenarnya hanya alasan karena saksi pernikahan kami bukan orang Jawa dan memakai Jas tidak harus pakaian adat Jawa. Akhirnya saudara Andre yang masih muda bersedia menggantikan peran ayah kasihan kepada mama Andre.
Saat sungkeman kepada orang tua, diiringi lagu ,
" Berkatikah Ibu, Ayah ":,
karangan Totok Pujianto. Terdengar merdu dinyanyikan,
" Bapa yang di Surga kami berdua, bersujud di depanMu di Altar mulia. ( suara Wanita) .Dilanjutkan paduan suara Pria,
" Saling mengucap kata, bersumpah setia, ingin hidup berdua dengan penuh cinta".
Saat turun mobil menuju rumah, kami disambut dengan tari -tarian, mengiringi kami menuju rumah. Sungguh sangat meriah untuk ukuran orang kampung seperti kami. di depan rumah kami , ayahku menyewa Pranata Cara yang bagus untuk MC pernikahan kami. Sebelum mengawali tugasnya, Pranata Acara menari yang sangat lucu sehingga membuat tertawa para hadirin, ini acara pernikahan terbesar di keluarga kami. Tamu yang datang dari Jakarta 1 bus sendiri dan mereka menginap seadanya di saudara- saudara kami.
Sebelum masuk ruang resepsi, kami mengadakan beberapa prosesi ,seperti " Menginjak telur ", acara ini diharapkan kedua mempelai mempunyai keturunan, juga tanda kesetiaan istri kepada suaminya ditandai dengan membasuh kaki suami dengan air setelah menginjak telur .
Adat Jawa yang tidak terlupakan olehku adalah ayahku mengendong kami dengan selendang yang di taruh di pundak oleh ibu, ibu berjalan dibelakangnya sebagai arti kedua orang tua seharusnya menunjukkan jalan kehidupan bagi kedua mempelai sedangkan ibunya mendukung kami dari belakang menuju pelaminan.
Saat acara suap - suapan sangat berkesan juga, acara ini mempunyai arti suami istri harus hidup rukun, kerjasama, dan saling membantu. Ternyata rangkaian acara tidak sampai disitu saja,masih ada acara,
"Kacar Kucur " ,
yaitu pengantin laki- laki mengucurkan beras yang ditadah oleh pengantin perempuan sebagai simbol memberi nafkah kepada istrinya.
Bagi ayahku pernikahan ini pastilah kebanggaan sampai titel kami berdua disebut - sebut oleh MC. Kepala Desa juga diundang dan memberikan sambutan , ternyata beliau di undang ke acara karena teman sekolah ayahku.
Aku adalah anak kesayangan kedua orang tuaku, bahkan kedua orang tuaku sangat menjaga pergaulanku dengan teman- teman.
Aku ingat saat sahabatku datang ke rumah untuk mengajak naik gunung, ibuku sungguh tidak memberikan ijin karena takut di gunung terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Aku tidak bebas bergaul dengan siapa saja, lebih banyak waktu di rumah seperti gadis pingitan.
Semua orang berpesta pora, makan- makan dengan diiringi lagu - lagu nostalgia yang dinyanyikan oleh dua biduan yang diiringi dengan organ tunggal.
Tamu- tamu berdatangan bergantian tidak henti - hentinya. Pakaian pengantin kami juga berganti dua kali yang membuat acara lebih menjadi lebih lama. Semua acara pernikahan berjalan lancar, tanpa ada kendala sesuai dengan harapan kami. terasa lega perasaan kami, semua acara berjalan lancar tanpa ada kendala,senyum puas tersungging di kedua pipi orang tuaku.
Jika mengingat pernikahan adik bungsuku ikut sedih juga. Ibu sudah meninggal dan tidak ada yang mengurusi segala ***** bengek pernikahan maka pikiran adikku nikahnya di gedung saja serba praktis.
Dan kami enam bersaudara tinggal di Jakarta. Semua undangan datang ke gedung yang semuanya sudah diurusi pihak EO, hal itu membuat ayahku saat itu sedikit tersinggung. Beliau mengatakan tidak menghormati tetangga, tidak,
" nguwongke tetangga".
Pemikiran kami tidak ingin merepotkan ayah, tapi pemikiran kami berbeda dengan pemikiran ayah kami. Bagi orang kampung menikah akan lebih baik di rumah karena waktunya bisa lama tidak dibatasi waktu, pesta pernikahan seperti pesta warga
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
jadi pengen nikah lagi eh 🤣🤣
2023-10-08
1
Suraning
ya bu
2023-08-12
0
isma dwiwati
true story
2023-08-05
1