Setelah 6 bulan kami berpacaran, kami memutuskan untuk menikah. Apalagi yang harus kami tunggu, sama - sama sudah bekerja , seiman dan kami merasa cocok. Andre segera menelpon mamanya yang tinggal di luar Jawa. Mamanya kaget karena keluarga mereka tidak pernah mengenal saya.
Selama ini gaya pacaran kami bukan seperti anak remaja yang terlalu vulgar dalam berpacaran sehingga tantenya juga tidak tahu kami pacaran. Pacaran kami pergi gereja, nonton film, ziarah, ataupun makan bersama , banyak yang kaget dan tidak tahu kami berpacaran. Terlebih kaget adalah saudara sepupu Andre yang di tinggali selama Di Jakarta.
Setelah Andre memberitahu mamanya tentang keinginan untuk melamar aku. Tidak berapa lama kak May datang dari Toraja, dan ingin bertemu dengan aku. Malam itu aku di jemput Andre,
" Sukma, kak May mau bertemu dengan kamu".
Aku Pun bersiap- siap untuk berangkat ke tantenya Andre yaitu kak Ina. Aku sudah semangat untuk bertemu dengan kakaknya Andre, tapi kenyataan saat bertemu sungguh mengecewakan. Kak May hanya salaman tanpa basa basi untuk bertanya apapun, setelah itu dia langsung masuk ke dalam rumah, kami bertemu hanya duduk di teras rumahnya. Saudara - saudaranya yang lainpun tidak ada yang keluar menyalami aku.
Aku tertegun, tidak menyangka mendapat sambutan itu, tapi aku masih berpikiran positif saja. Aku agak tersinggung sebenarnya, banyak cowok naksir saya, tapi aku jatuhkan pilihan ke Andre yang sederhana, pendoa.
Aku melihat Andre bukan karena materi tapi dari karakternya. Aku merasakan tidak dihargai keluarganya.
Hari berganti, keponakan Andre bersikap sinis denganku, bahkan saat melihatku dengan curi pandang sangat kelihatan tidak senang. Aku Pun masih berpikiran positif. Keluarga Andre tidak menyangka bahwa Andre berpacaran denganku, mereka saat kaget dan kecewa karena Andre ngotot minta keluarga melamar aku. Saat itu aku tidak pernah tahu bahwa Andre sebenarnya mau dijodohkan dengan saudara angkat tantenya, tetapi Andre tidak mau.
Hari yang ditunggu tiba saat keluarga Andre melamar aku, menjumpai keluargaku di Malang. Keluargaku sudah menyiapkan segalanya mulai tempat untuk menginap mereka , sampai mengundang keluarga dan tetangga sebagai saksinya.
Saat lamaran yang mewakili orang tua Andre adalah keluarga yang ditumpangi selama di Jakarta yaitu Tante Ina dan suaminya. Dari keluarga Andre meminta untuk tunangan dulu selama 1 tahun. Dan keluarga Andre meminta anaknya menikah dahulu barulah kami. Dengan alasan Andre belum balas budi terhadap orang tua. Padahal anak mereka baru lulus kuliah, apakah anaknya tidak balas budi dahulu dengan orang tua. Ataukah saat itu adalah cara untuk menjegal pernikahanku dengan Andre.
Keluargaku saat itu tidak setuju dengan permintaan mereka, dan meminta menentukan hari dan tanggal pernikahan kami saja. Pertimbangan orang tuaku sudah sama - sama kerja dan usianya cukup dewasa. Akhirnya kedua keluarga sepakat tidak ada pertunangan dan tinggal menentukan hari dan tanggal pernikahan kami, Kira-kira 6 bulan setelah lamaran, tepatnya saat liburan sekolah karena aku seorang guru.
Setelah acara lamaran, maka setiap ada acara keluarga Andre , aku selalu di ajak. Dan saat acara keluargaku Andre juga hadir. Aku tidak pernah tahu permasalahan di keluarga besar Andre, keponakan dan saudara angkat mereka melihatku sinis. Mereka bukannya menyalami aku tapi hanya mengintip aku dari jauh dengan pandangan tidak suka saat aku berkunjung ke rumahnya.
Setiap minggu kegiatan kami pergi berdua mencari cincin pernikahan, tapi tidak ada yang cocok. Ada saja yang merasa kurang pas, bahkan sampai beli batu cincin berwarna coklat yang akan dipesankan menjadi cincin. Kakakku bertanya ,
" Sukma, cari cincin sudah dapat belum? ". Berminggu cari cincin tidak dapat- dapat, ayo ku antar mencari".
Akhirnya terpilihlah cincin kawin bermata putih dan bentuk sederhana tapi indah dan kokoh karena gramnya cukup besar.
Baju pengantin, kebaya kedua orang tua pendamping, baju untuk keluarga semuanya sudah kami persiapan. Keluargaku punya andil yang besar dalam mempersiapkan acara pernikahan kami.
Untunglah Andre tipe cowok yang tidak rewel, apapun yang dipilihkan akan menurut saja.
Kami akan merayakan pernikahan dengan adat Jawa karena hampir semua biaya pernikahan keluarga kami yang menanggung. Saat itu tidak ada keterlibatan keluarga Andre saat mempersiapkan acara pernikahan.
Semua persiapan acara pernikahan sudah beres. Kami berdua tinggal mempersiapkan fisik dan hati untuk menyambut pernikahan kami nantinya. Rumah Pun untuk tempat tinggal jami nantinya sudah kami persiapkan berdua, kami mengambil rumah tipe 36.
Perias pengantin, makanan, suvenir, hiburan, kartu undangan kami sudah siapkan semua. Karena kami orang kampung, maka perayaan nikah kami dilaksanakan di rumah dan dibantu tetangga hampir satu RT. Ayahku berkata,
" Nduk pernikahan di rayakan di rumah saja untuk menghargai tetangga dan melibatkan mereka dalam perayaan".
Aku mengikut saja apa kata orang tua, Ayah dan ibu maunya pernikahan dirayakan di rumah saja. Perayaan pernikahan kami, murni bukan biaya dari kami saja, tapi lebih besar dari orang tua kami.Bahkan orang tuaku khusus membuatkan KTP Malang lagi, saat aku bekerja di Jakarta memang sudah berganti KTP Jakarta.
Segala urusan administrasi dengan kelurahan dan gereja , ayahku yang mengurus dan semuanya beres. Yang agak kesulitan Andre, kakaknya di Toraja yang mengurus administrasi di kelurahan ataupun gereja di Toraja. Dibuat pusing urusan administrasi jika kita tidak kepala dingin bisa membuat keributan.
Selama 3 bulan kami menjalani kursus pernikahan, ini adalah kewajiban dan syarat untuk melangsungkan pernikahan Katolik. Selama kursus, kami diberikan tentang pengetahuan keluarga berencana, mengelola keuangan rumah tangga, dan hubungan suami istri selama pernikahan.
Kami merasa sangat beruntung mendapatkan kursus pernikahan ini. Semua persyaratan untuk menikah sungguh tidak asal-asalan. Bahkan aku sebelum menikah sudah harus suntik vaksin tetanus
Kami menemui Pastur di tempat kami tinggal di Jakarta, kami di berikan beberapa pertanyaan tentang kesungguhan kami berdua dan selanjutnya kami di tanya terpisah. Kami ditanya sejauh apa hubungan kami apakah sudah terlalu jauh.
Ternyata perkawinan Katholik Kanonik nya tidak main -main, perkawinan Katolik adalah perkawinan seumur hidup. Pastur Paroki di tempat kami tinggal di Jakarta, mengadakan hubungan dengan Pastur Paroki di Malang ataupun Toraja, saling berhubungan untuk menanyakan apakah ada halangan untuk pernikahan kami, apabila salah satu pernah menikah itu menjadi halangan dan tidak bisa menikah lagi di Gereja.
Tiga bulan sebelum kami menikah, diumumkan di gereja tempat tinggal kami masing masing berita akan adanya pernikahan, ini untuk mencegah adanya halangan pernikahan yang di larang oleh gereja.
Saat kami pulang ke Malang, kami berkunjung ke Paroki gereja. Kami merasakan Pastur Paroki begitu ramah, dan seperti layaknya tamu, kami di sungguh minum dan kue- kue. Saat sebelum acara pernikahan kamipun, Pastur mengatakan tidak bisa memberi Misa Pernikahan karena berbenturan dengan Misa Wanita WKRI. Kami diminta ibadat saja, tentu kami tidak mau karena ini moment sekali seumur hidup. Tapi kenyataannya, beliau bersedia memberikan Misa. Sungguh suatu campur tangan Tuhan dalam semua urusan kami dilancarkan. Seperti Tuhan memberi restu kepada kami, aku dapat Pasanganku dengan doa Rosario, tiap malam pkl. 11.00 konsisten supaya tidak salah dalam memilih jodoh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
pacaran sehat namanya nggak neko neko
2023-10-08
1