Perasaan Dwi

Aisyah menolak ajakan Dwi untuk untuk dibawa ke klinik.

"G usah kak, saya udah minum obat ko, bentar lagi juga sehat" kata Aisyah.

" Kalau sudah baik kenapa masih tiduran gitu, badan kamu juga masih demam, baik apanya" ketus Dwi, g suka karena sering kali Aisyah menolak ajakannya.

" Bener kak, saya g biasa ke dokter, sekali minum obat warung saja, nanti juga baik sendiri" sahut Aisyah lagi.

"Ya udah kalau g mau g papa, asal kamu bener minum obat biar cepet pulih lagi" ujar Dwi pada Aisyah.

" Kak tadi ada apa kakak kesini, ada perlu sama Saya?" Aisyah bertanya karena dia kaget saja g biasanya Dwi datang ke rumahnya,l.

"Oh iya, jadi lupa deh, mau apa tadi kesini" sahut Dwi sambil menggaruk kepala yang tidak gatal, padahal hati Dwi merasa g tenang dengan Aisyah g datang ke rumahnya, " Syah, besok kan hari libur, kalau kamu sembuh mau ya temenin aku ketemu temen temen band" ajak Dwi kepada Aisyah.

" Kak Alan ikut g?" tanya Aisyah.

" Ikut, semua gang band aku ikut syah, terus kenapa kamu hanya tanya Alan, kenapa kamu suka ya sama dia?" tanya Dwi sambil hatinya agak dongkol,l.

Siapa bilang, ya kan kak Alan juga kenal saya, kalau yang lain kan g begitu kenal, ngapain coba ditanyain, g ada kerjaan aja" kata Aisyah sambil mengerucutkan bibirnya karena merasa kesal sama Dwi.

" Ya habis kamu dilihat lihat kaya yang suka sama Alan, setiap ketemu pasti nanyanya Alan" seru Dwi lagi.

Udah ah jangan bahas lagi, entar orangnya gr lagi" kata Aisyah lagi.

" Syah jangan lupa ya besok kalau kamu sudah enakan antar aku ketemu temen temen ya, jangan lupa, besok aku jemput kesini, biar aku yang ngomong sama ibu ya Syah" Dwi menegaskan sama Aisyah.

Sementara Aisyah masih berfikir, dia mau ikut asal ketemu Alan, tapi kalau Alan g ada ngapain ikut, itu yang dipikirkan oleh Aisyah.

"Syah aku pamit ya, kamu cepet sembuh ya" pamit Dwi pada Aisyah.

" Ok" jawab Aisyah singkat, sebenernya Aisyah udah dari tadi pengen ngusir Dwi, tapi g enak juga. Sebab emang dari kecil Dwi selalu ada buat Aisyah. Tapi entah kenapa Aisyah malah merasa kurang nyaman kalau deket deket Dwi. Akhirnya Dwi pun pulang.

Aisyah bisa istirahat dengan tenang, Aisyah minta ijin ke sekolah supaya dia bisa tidak hadir disekolah. Namun apa yang terjadi dikelas Aisyah saat Aisyah g hadir. Temen temen Aisyah malah pada pulang ke rumah Aisyah disaat pelajaran masih berlangsung.

Mereka pada bolos, guru BK sampai kelimpungan 10 orang bolos pada hari itu. Kompak sih betul, cuma kompak dalam keburukan. Aisyah kaget temen temennya datang ke rumahnya. Aisyah tambah sakit kepalanya. Sebab sudah pasti pihak sekolah bakal menghukum dia. Udah berkali kali itu terjadi saat Aisyah sakit, dan ijin tidak masuk sekolah.

Karena sudah tanggung, akhirnya Aisyah mengajak temen temennya untuk goreng singkong, dan bikin bala bala. Mereka senang banget padahal sebagian dari mereka orang kaya. Kalau sudah dirumah Aisyah apapun yang Aisyah kasih mereka dengan senang hati dimakannya.

Singkat cerita temen temennya sudah pada pulang. Aisyah kembali ke kamarnya, setelah melaksanakan sholat isya Aisyah berusaha untuk tidur biar besok subuh dia fresh lagi. sembuh dari sakitnya.

Detik demi detik berlalu, menit pun sama berlalu, dan tidak terasa hari minggu pun tiba, Dwi datang pagi pagi sekali, kondisi Aisyah sedang acak acakan, belum mandi, masih nyapu dihalaman rumahnya,.

"Assalamualaikum Syah" seru Dwi.

"walaikumsalam," jawab Aisyah sambil kaget, dia tidak menyangka akan dijemput sepagi ini,

"Eh Kak saya belum beres, masih banyak pekerjaan, gimana apa mau nunggu?" tanya Aisyah kepada Dwi, "

" Udah sini nyapu nya aku lanjutkan, kamu kerjakan yang lain, biar cepet kelas" ujar Dwi sambil mengambil sapu yang dipegang Aisyah.

"Emang g ngerepotin kak?" tanya Aisyah lagi, dia merasa tidak enak, soalnya biasanya juga dirumah nya Dwi dia yang mengerjakan.

" G kok, udah cepet sanah apa yang belum beres, keburu siang nih" kata Dwi sedikit jengkel sama Aisyah karena lelet menurut dia. Aisyah pun pergi ke dapur mau melanjutkan pekerjaan yang lain, dengan cepat Aisyah selesaikan, tidak lupa buat sarapan. Supaya pas ibunya lapar, sudah ada di meja. Akhirnya kelar juga kerjaannya, Aisyah pun dengan cepat mandi, dan berdandan sedikit biar tidak terlalu kucel.

Aisyah melangkah ke kamar ibunya, " bu, Aisyah pergi dulu ya, nemenin Kak Dwi untuk ketemu temen temennya".

"Eh emang ketemu nya dimana?" tanya ibunya Aisyah.

" Entahlah kak Dwi belum ngasih tau"

" Ya udah hati hati, pulang jangan terlalu sore ya" ucap ibunya Aisyah.

Aisyah pun pergi meninggalkan rumahnya, dan pergi di bonceng motor Vespa. Aisyah g mau pegangan. Dia merasa risih dia tidak pernah di bonceng pake motor sama bukan muhrimnya.

Sungkat cerita, sampailah ditempat tujuan. Ternyata teman teman Dwi banyak. Aisyah menjadi ragu buat masuk.

Cuman pas mau balik badan Alan datang mendekat, " Syah kamu datang juga, kirain g mau datang, tau gitu saya jemput kamu" kelakar Alan, padahal mana berani dia jemput Aisyah, alan tau perasaan Dwi sama Aisyah. Sebab Dwi selalu curhat sama Alan, lebih parahnya Aisyah malah sukanya sama Alan. kalau sama Dwi merasa sudah menjadi kakaknya, soalnya dari kecil dia selalu dilindungi sam Dwi.

Akhirnya semua orang yang diundang sudah datang, Aisyah merasa kurang nyaman, sebab banyak yang tidak kenal. Saat Aisyah bingung, datang seorang perempuan, cantik , putih, tinggi semampai,

"Halo Wi" seru perempuan itu sambil bergelayut manja sama tangan Dwi, Dwi kaget karena g nyangka Marlina akan datang juga, Marlina itu mantan pacarnya Dwi,

"Halo lagi, sama siapa kamu datangnya?" tanya Dwi sama Marlina sambil tidak berusaha melepas tangan Marlina yang manja manja sama dia, Dwi juga pengen tau apa perasaan Aisyah sama Dwi, tapi sungguh malang nasib Dwi, Aisyah bukannya cemburu malah cuek saja. Aisyah malah pergi dari situ nyari Alan. Kebetulan Alan tidak jauh dari situ,

Aisyah mendekati Alan, sambil hati dag dig dug, g nyangka bisa deket sama Alan.

" Syah ko kamu kesini, mana Dwi nya?" tanya Alan karena aneh melihat Aisyah sediri nyamperin dirinya,l.

"Itu kata Aisyah sambil nunjuk kepada dua orang yang sedang melepas rindu, mata Alan pun mengikuti tangan Aisyah, Alan terkejut. Ko bisa Marlina ke sini siapa yang ngundang, pikir Alan.

" Syah kamu g cemburu lihat mereka seperti itu?" tanya Alan.

" Kok cemburu, saya siapanya kak Dwi?' Aisyah balik bertanya sama Alan.

" Eh bukan kamu udah jadian sama Dwi" ujar Alan.

" Kata siapa, orang saya sama kak Dwi g pernah ada kata jadian, orang dari kecil udah terbiasa bareng dia ngapain jadian, saya menganggap kak Dwi itu kakak sendiri," ujar Aisyah sambil rada ngedumel dalam hati " ih g peka banget, orang aku suka nya sama dia, malah bilang jadian sama kal Dwi, apan coba" Aisyah ngedumel terus dalam hatinya, " ah sudah lah kak kita maju ya kesana bias jelas nonton mereka. Aisyah sambil menunjuk ke panggung hiburan.

Sekalipun Aisyah suka banget sama Alan, tapi Aisyah masih menjaga marwahnya, dia tidak berani mengatakannya, juga dia menjaga Auratnya, dia tidak mau bersentuhan sama Alan.

"Hayu " ajak Alan, sambil melangkah mendekati panggung hiburan tersebut, namun setelah dekat Aisyah merasa g asing dengan suara yang ada dipanggung, ternyata Dwi sudah naik dan bersiap mau melakukan performnya.

"Untuk seseorang yang selalu mengganggu hatiku selama ini. Dan yang selalu ada didekat aku dari dulu sampai sekarang. Lagu ini ku persembahkan untukmu, semoga kamu paham, dan peka dengan perasaan ini" Dwi melantunkan lagu ciptaannya Kang Andi, yang berjudul " UNTUKMU SEORANG" Dwi sungguh menghayati lagu itu, sehingga terdengar sangat indah dan merdu.

Namun beda yang ditangkap oleh Aisyah, dia malah mencibir sambil berkata, " lebay" dia pikir lagu itu diperuntukan Marlina mantan Dwi, dia sungguh tidak peka dengan perasaan Dwi padanya, dia malah asyik memandang wajah Alan dari samping, dia senyum senyum sediri karena kapan lagi bisa nonton bersama Alan. Itu yang Aisyah pikir.

Singkat cerita selesai juga acaranya, Aisyah minta pulang bareng Alan, namun apa daya, Dwi sudah menunggu nya.

"Syah ayo pulang keburu sore takut ibu marah" seru Dwi.

Kak Dwi duluan aja, saya mau nebeng sama kak Alan" jawab Aisyah.

"Eh mana boleh yang ijin ngajak kamu itu aku, bukan Alan, enak aja kamu mau bareng Alan" ujar Dwi sambil dongkol setengah mati, " apa sih maunya Aisyah, selalu seperti ini. G pernah peka, udah dikasih kode juga, ga paham paham, uh nasib nasib susah banget menaklukkan hatinya," Dwi terus ngedumel dalam hatinya.

Akhirnya Aisyahpun mau pulang sama Dwi, dan mereka pulang berboncengan, " Syah pegangan takut jatuh" seru Dwi "

g" G mau bukan muhrim " kata Aisyah sambil memonyongkan bibirnya, " maunya dasar modus" ngedumel Aisyah dalam hati.

"Ya sudah siap siap kalau kamu jatuh aku g tanggung jawab" kata Dwi sambil melajukan vespanya dengan cepat,

"Aaaakkkhhh, kak kamu kenapa mau buat aku mati ya" teriak Aisyah sambil dengan terpaksa memeluk pinggang Dwi karena merasa sangat takut, Dwi tersenyum, dia merasa berhasil modus sama Aisyah. Sebelum sampai dirumah Dwi berhenti di kedai bakso.

" Eh eh eh mau kemana dulu, cepat pulang ibu udah menunggu, saya takut ibu marah" seru Aisyah.

"Bentar aku kelaparan mau makan dulu, ayo mumpung lowong sebentar lagi kedai ini penuh" ujar Dwi.

" Saya g mau kak, saya mau pulang" kata Aisyah lagi, sambil mau nangis.

" Ya sudah tunggu sebentar aku beli dibungkus saja ya" kata Dwi lagi.

" Ya udah tapi cepet, saya belum sholat takut waktunya keburu abis juga"

" Iya iya Aisyah cerewet banget" akhirnya bakso sudah dibeli, Dwi melanjutkan perjalanannya, Alhamdulillah akhirnya nyampai juga, kekhawatiran Aisyah tidak terjadi, ibunya menyambutnya dengan senyum, Aisyah merasa lega.

"Assalamualaikum bu" salam Aisyah sambil mencium tangan ibunya, diikuti oleh Dwi.

" Bu ini ada bakso, tadi dijalan kita mampir beli bakso" ucap Dwi.

" Ya udah biar ibu ambil mangkok dulu, kita makan sama sama ya" jawab ibunya Aisyah, "

"Iya bu" kata Dwi sambil tersenyum senang, hatinya berbunga bunga, sementara Aisyah langsung melaksanakan sholat. Sementara Dwi kurang begitu dekat dengan Tuhannya sehingga dia masih melalaikan sholat. Padahal sering dinasehati sama Aisyah. Namun hatinya belum tergerak, sehingga sampai saat ini Dwi jarang melaksanakan Sholat.

Selesai sholat , Aisyah keluar dari kamarnya, dan mendatangi ibunya dan Dwi yang sedang berbincang bincang.

" Cerita apa sih seru banget?" tanya Aisyah, sebab merasa heran tumben ibunya mau ngobrol biasanya ibunya jarang meladeni kalau Dwi ngobrol, malah seringnya menghindar, mungkin merasa segan, mereka makan bakso bersama, Dwi merasa bahagia bisa makan bareng Aisyah dan ibunya.

Sekalipun Aisyah belum paham dengan maksud hatinya, cuma Dwi selalu berharap Aisyah segera peka dan sadar akan perasaan Dwi terhadap Aisyah. Selesai makan akhirnya Dwi pamit pulang. Dan Aisyah mengantarnya sampai depan rumah, " Syah aku pulang dulu ya, jangan lupa nanti malem ada rapat di karang taruna" kata Dwi sambil berlalu tanpa menunggu jawaban dari Aisyah.

" Dasar orang itu, ngomong sambil lalu, " gerutu Aisyah, karena lelah Aisyahpun masuk kamar dia mau tidur. Dia perlu mengistirahatkan dirinya yang sedikit dongkol karena tidak bisa pulang dengan Alan pujaan hatinya.

Sementara Dwi juga sama ada perasaan jengkel kalau mengingat tadi sikap Aisyah yang cuek saat dia bareng Marlina. Maksud hati ingin buat cemburu Aisyah. Malah dia yang dibuat cemburu oleh Aisyah.

Setelah sampai rumah Dwi membersihkan diri, dia sambil membayangkan Aisyah yang memeluknya tadi di motor, dia sangat senang sekali berhasil membuat Aisyah memeluk dirinya. Sekalipun Aisyah Nya tidak suka. Mungkin dia pikir kapan lagi sebab Aisyah yang tidak mudah diajak pergi karena Aisyah sibuk mencari uang, dan sibuk belajar.

Dwi pun tertidur setelah terus membayangkan wajah Aisyah, semoga bermimpi di tidurnya berjalan jalan bersama Aisyah, itu harapan nya.

Kembali kepada Aisyah yang sibuk membayangkan Alan, dia masih berharap bisa ketemu lagi. Namun apa bisa dikata yang selalu bersamanya tetaplah Dwi. Yang berharap cintanya, Aisyah sebenarnya bukan tidak paham, atau tidak peka, namun dia risih.

Dia segan sama keluarganya Dwi yang selalu meremehkan dia sama ibunya. Itulah yang sebenarnya membuat Aisyah tidak mau menanggapi usaha Dwi untuk menggapai nya. Di satu sisi dia kasihan sama Dwi karena mereka sudah akrab dari kecil, tapi disisi lain ada perasaan yang harus selalu Aisyah jaga. dia tidak mungkin mengorbankan perasaan ibunya demi egonya. Aisyah selalu sadar diri, kalau dia sungguh jauh berbeda dengan Dwi.

Dia tidak mungkin mampu bersanding dengan Dwi karena keluarga Dwi yang ningrat sementara dia hanyalah si upik abu, kalau sudah begitu Aisyah bisa apa, pada akhirnya kembali pada kenyataan Aisyah harus tau diri, itu yang ditanamkan dalam hati Aisyah.

Terpopuler

Comments

Yusria Mumba

Yusria Mumba

kasiang aisya,

2023-06-13

0

lihat semua
Episodes
1 Kisah Aisyah
2 Sikap Dwi yang arogan
3 Masa kecil Aisyah
4 Perasaan Dwi
5 Keteguhan hati Aisyah
6 Hati yang rapuh
7 Lelah......
8 Keikhlasan melepasmu
9 Kesabaran yang membuahkan hasil
10 Kehancuran Wulan
11 Khabar duka
12 Terkasih, tersayang, tapi terbuang
13 Terlalu lelah menanti
14 Pernikahan....
15 Cinta tidak usah memiliki
16 Saat rasa cinta mengalahkan logika
17 Setelah cinta datang
18 Bahagiamu adalah lukaku
19 Badai mulai datang
20 Terjatuh lalu bangkit
21 Kehidupan Aisyah setelah perceraian
22 Satu harapan
23 Perjalanan gadis miskin.
24 Harapan seorang Dwi
25 Berita duka
26 Kesalahan Revan dan pengharapan seorang Dwi
27 Kekejaman Dwi
28 Usaha Dwi
29 Menggapai suatu harapan
30 Usaha tidak pernah mengkhianati hasil
31 Sebuah perasaan yang harus terbuang.
32 Kekecewaan Aisyah
33 Ya Allah hapuslah perasaan ini
34 Kepastian Aisyah buat Dwi
35 Aisyah galau
36 Jawaban keluarga Ratiman
37 Kegelisahan Aisyah
38 Badai pasti berlalu
39 Kecerdasan Aisyah
40 Hijrahnya seorang Dwi.
41 Aisyah mengambil keputusan
42 Aisyah bangkit
43 Semangat seorang Aisyah
44 kebencian Hasan menghancurkan ...
45 Kisah Astri
46 Masalah yang datang silih berganti
47 Ketemu orang masa lalu
48 jawab Nuri dan Astri
49 Ada apa dengan Nuri
50 Hilangnya Nuri
51 Jejak Nuri
52 Siap Mba mawar sebenarnya.
53 Nuri pulang
54 Jujur pada Istrinya Nuri
55 Semua bisa terjadi
56 Niko butuh mama
57 Salahkah hati ini ingin menepi
58 Pertemuan Aisyah dan anak angkatnya.
59 Kemarahan Wulan
60 Malam pertama yang gagal
61 Senjata makan tuan
62 Kemalangan Silvy
63 Kemalangan Silvy 2
64 Ibra menginnginkan
65 Keputusan Ibra
66 Ibra dapat kerjaan
67 Hancurnya keluarga Silvy
68 Kebangkitan Rina
69 Tyo jatuh dalam kenestapaan
70 Tyo berharap
71 Akhir kisah
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Kisah Aisyah
2
Sikap Dwi yang arogan
3
Masa kecil Aisyah
4
Perasaan Dwi
5
Keteguhan hati Aisyah
6
Hati yang rapuh
7
Lelah......
8
Keikhlasan melepasmu
9
Kesabaran yang membuahkan hasil
10
Kehancuran Wulan
11
Khabar duka
12
Terkasih, tersayang, tapi terbuang
13
Terlalu lelah menanti
14
Pernikahan....
15
Cinta tidak usah memiliki
16
Saat rasa cinta mengalahkan logika
17
Setelah cinta datang
18
Bahagiamu adalah lukaku
19
Badai mulai datang
20
Terjatuh lalu bangkit
21
Kehidupan Aisyah setelah perceraian
22
Satu harapan
23
Perjalanan gadis miskin.
24
Harapan seorang Dwi
25
Berita duka
26
Kesalahan Revan dan pengharapan seorang Dwi
27
Kekejaman Dwi
28
Usaha Dwi
29
Menggapai suatu harapan
30
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil
31
Sebuah perasaan yang harus terbuang.
32
Kekecewaan Aisyah
33
Ya Allah hapuslah perasaan ini
34
Kepastian Aisyah buat Dwi
35
Aisyah galau
36
Jawaban keluarga Ratiman
37
Kegelisahan Aisyah
38
Badai pasti berlalu
39
Kecerdasan Aisyah
40
Hijrahnya seorang Dwi.
41
Aisyah mengambil keputusan
42
Aisyah bangkit
43
Semangat seorang Aisyah
44
kebencian Hasan menghancurkan ...
45
Kisah Astri
46
Masalah yang datang silih berganti
47
Ketemu orang masa lalu
48
jawab Nuri dan Astri
49
Ada apa dengan Nuri
50
Hilangnya Nuri
51
Jejak Nuri
52
Siap Mba mawar sebenarnya.
53
Nuri pulang
54
Jujur pada Istrinya Nuri
55
Semua bisa terjadi
56
Niko butuh mama
57
Salahkah hati ini ingin menepi
58
Pertemuan Aisyah dan anak angkatnya.
59
Kemarahan Wulan
60
Malam pertama yang gagal
61
Senjata makan tuan
62
Kemalangan Silvy
63
Kemalangan Silvy 2
64
Ibra menginnginkan
65
Keputusan Ibra
66
Ibra dapat kerjaan
67
Hancurnya keluarga Silvy
68
Kebangkitan Rina
69
Tyo jatuh dalam kenestapaan
70
Tyo berharap
71
Akhir kisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!