Aisyah bukan tidak menyadari perasaan Dwi kepadanya. Cuma Aisyah sadar siapa dirinya, yang tidak boleh sekalipun hanya dalam mimpi. Dia harus tetap menjaga perasaannya jangan sampai terhanyut dengan segala kebaikan Dwi padanya.
Aisyah tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tegar karena dia tumbuh karena keadaan yang membuat dia seperti itu. Semua yang dia alami cukup mendidik dia menjadi wanita yang tangguh.
Dengan seiringnya berjalannya waktu Aisyah sudah menyelesaikan sekolahnya. Aisyah saat ini berumur 18 tahu. Dia berusaha mencari kerja yang sesuai dengan ijazahnya. Dia memasukan lamaran ke berbagai perusahaan. Dan ada salah satu perusahaan yang nyangkut juga.
Pada awalnya Aisyah diterima hanya jadi pekerja produksi yang dibayar borongan saja. Seandainya dia mampu memproduksi banyak maka hasilnya juga banyak.
Aisyah sambil bekerja dia mengambil kursus akuntansi disebuah sekolah yang cukup terkenal di kota Bandung, Aisyah mengambil sore hari sepulang kerja. Dia begitu bersemangat untuk mencapai cita citanya.
Di rumah pun saat libur Aisyah suka memberikan les pada anak anak tetangganya. Malamnya Aisyah ke pesantren. Itu yang menjadi kesibukan Aisyah setiap hari.
Pada suatu saat Aisyah berada ditempat kursusnya, dia mau pulang, biasanya Aisyah
pulang pake transfortasi bis kota, namun karena suatu hal Aisyah ketinggalan bis. Dia tidak tau arah harus naik apalagi. Selama ini yang dia tau hanya pulang pergi naik bis kota saja.
Aisyah berdiri di halte bis sambil berpikir sementara waktu sudah menunjukan pukul 17.30 WIB, dia bingung mau pulang pake apa. Sementara ongkos yang dia punya pas pasan saja untuk naik bis kota. Saat dia berfikir ada angkot lewat sambil keneknya berteriak, " Caheum,....Caheum" Aisyah merasa kalau daerah yang disebut kenek tadi dia hapal. Maka naiklah dia. tanpa dia sadari angkot tersebut melaju ke arah yang bukan dia kenal. Aisyah semakin bingung sampai penumpang terakhir kenek angkot bertanya sebab merasa heran melihat Aisyah g turun turun sementara semua penumpang sudah habis.
" Maaf neng, neng mau kemana "
" Saya mau ke kosambi bang " jawab Aisyah.
" Astagfirullah neng, neng salah naik angkot, harusnya neng naiknya yang di seberangnya. Kalau ini rutenya lewat sarijadi, cipedes neng" kata si kenek lagi, "
"Atuh gimana mang saya bingung saya tidak tau arah, biasanya saya pulang naik bis kota " jawab Aisyah lagi.
" Ya udah neng kalau gitu neng ikut lagi aja kita emang mau ke Cicaheum tapi arahnya memutar " ujar si kenek.
" Iya mang g papa yang penting saya bisa pulang " lanjut Aisyah, dia bener bener takut. di kantongnya hanya ada uang pas pasan, Akhirnya Aisyah ikut keliling sampai angkot tersebut berakhir di Cicaheum.
Si kenek berucap lagi " ayo neng sudah sampai, terus dari sini naik bis kota ya. Yang jurusan Alun alun Bandung.
" Iya mang ini ongkosnya "kata Aisyah sambil memberikan uang 5 rb rupiah,
" G usah neng pake aja buat ongkos naik bis " kata si kenek lagi.
Aisyah merasa sangat senang sekali karena uangnya cuma ada segitu segitu nya, " makasih banyak mang sudah menolong saya " ucap Aisyah lagi sambil sedikit menundukkan kepala, dan cepet cepet berlalu dari terminal tersebut untuk melanjutkan perjalanannya.
Sementara dirumah ibu sudah sangat gelisah. Dwi pun sama dia dari tadi nunggu Aisyah untuk mengajak pergi ke rapat yang diadakan oleh kelurahan, kebetulan saat ini, Dwi menjadi ketua Karang Taruna, Aisyah sekretarisnya. Mau tidak mau Aisyah dan Dwi sering bersama dalam melakukan kegiatan keorganisasian di daerahnya. Sehingga tambah dekat lah mereka.
" Bu ko Aisyah blm pulang jam segini, biasanya pulang jam berapa kalau kursusnya " tanya Dwi kepada Ibunya Aisyah,
" Harusnya udah pulang, biasanya dia pulang jam 18.15 menit " jawab Ibunya Aisyah,
" Terus kemana ya bu, apa Aisyah tidak memberitahu ibu untuk kemana gitu? " tanya Dwi lagi.
"Justru itu engga ada tuh, dari tadi juga Ibu nunggu, g biasanya Aisyah telat seperti ini" jawab Ibunya Aisyah lagi, terus mereka menunggu sampai akhirnya yang ditunggu datang. Dengan muka yang sudah kelelahan.
Aisyah dari depan jalan cukup jauh, rumah Aisyah cukup jauh dari jalan besar membutuhkan waktu 10 menit . Karena Aisyah sudah datang dengan muka yang berkeringat, yang tadi nya Ibunya mau ngomel jadi g tega.
" Alhamdulillah Syah akhirnya kamu pulang juga " seru Ibunya Aisyah, " kenapa sampai telat g biasanya " tanyanya lagi.
" Aisyah ketinggalan bis, Aisyah g tau arah angkot, jadi ya salah naik angkot deh " jawab Aisyah sambil melirik kepada Dwi yang dari tadi menyimak tanpa berbicara sama Aisyah.
"Ya sudah, kamu mandi, sholat terus makan, kamu pasti cape kan " kata Ibunya Aisyah.
" Iya bu " Aisyah hanya menjawab pendek karena dia sadar belum sholat, dan waktu magrib sudah berlalu dari tadi, sekalian sholat Isya akhirnya. Aisyah bergegas ke kamarnya, dan dengan cepat melakukan yang seharusnya menjadi kewajiban setiap muslim. Setelah selesai akhirnya Aisyah menuju meja makan dia makan tanpa menghiraukan Dwi yang dari tadi menunggunya, dia cuek saja.
Dwi ngedumel dari tadi dia khawatir, eh malah yang dikhawatirkan malah g peduli sama dia, seolah g ada saja, karena kesal akhirnya Dwi berseru.
"Syah kamu kok g nyapa aku sih, tau g aku dari tadi nunggu kamu"
" Eh ada Kak Dwi kirain siapa " jawab Aisyah sambil dengan mode yang sama,
" Ih orang aku dari tadi disini, emang mata kamu kemana sampai g lihat aku. Atau tidak nyadar ada aku sih " tukas Dwi sambil gondok.
"Ya maaf soalnya aku keburu buru belum sholat, dan lapar juga he he he" ucap Aisyah sambil nyengir,
" Ya udah Syah kamu ingat g kalau hari ini kita diundang rapat sama Karang Taruna Kelurahan " sahut Dwi,
Aisyah berpikir sebentar sambil mengernyitkan alisnya, " bentar bentar emang hari ini rapatnya" tanya Aisyah lagi,
" Idih orang kamu yang menerima undangannya, coba kamu cek lagi " sahut Dwi lagi.
" Ok sebentar saya beresin dulu makan nya ya, laper nih " ucap Aisyah sambil melanjutkan makannya dengan cepat. Dan setelah itu Aisyah bereskan bekas makannya. Lalu menuju kamarnya buat mencari undangan dari kelurahan itu, Aisyah menuju meja belajarnya, dan dibuka map satu persatu. Akhirnya ketemu, dibacanya undangan tersebut, Aisyah kaget " ya ampun memang hari ini dan jamnya jam 20.00 wib, dia langsung keluar kamarnya, menuju tempat Dwi duduk.
" Gimana " tanya Dwi,
" Iya hari ini jam 20.00 " jawab Aisyah sambil nyengir.
"Ayo cepet bukannya malah nyengir nyengir g jelas gitu, buruan telat nih " ucap Dwi sambil berdiri dan melangkah keluar, "
"Ya udah, ok sebentar ambil buku dulu sama tas " sahut Aisyah sambil melesat ke kamarnya. Lalu dia mencari ibunya dulu untuk pamit.
Sesampainya di tempat rapat mau tidak mau Aisyah dan Dwi harus duduk berdampingan karena ketua dan sekretarisnya. Rapat berjalan dengan tertib, dan menghasilkan musyawarah yang mufakat. Akan diadakannya bantuan sosial di daerah masing masing, di beri dana dari pemerintah. Dan dari setiap Karang Taruna harus menjadi pelopor untuk berjalannya kegiatan tersebut.
Kebetulan Dwi dan Aisyah mendapat tugas untuk mendata apa saja yang harus diperbaiki didaerahnya terebut, Aisyah dan Dwi akhirnya pulang dengan hati bahagia karena tugas yang mereka emban tidak terlalu menyulitkan. sebab meraka sudah sangat paham dengan kondisi daerahnya, malah semua itu terjadi atas pengajuan dari Dwi dan Asiyah meminta bantuan kepada pemerintah untuk membantu daerahnya.
Sambil berjalan berdua Dwi menggunakan kesempatan untuk bicara sama Aisyah. Karena Dwi sudah memendam perasaan cukup lama. Akhirnya Dwi memberanikan diri untuk menyatakan sama Aisyah.
" Syah, bolehkah saya bicara sebentar sama kamu ?" tanya Dwi.
" Mau bicara apa, orang dari tadi juga udah bicara "jawab Aisyah.
" Bukan gitu Syah, ini urusan pribadi, sebentar aja " rayu Dwi agar Aisyah mau berhenti sebentar di suatu tempat agar dia bisa mengungkapkan perasaannya yang dia pendam selama ini.
" Tapi ini udah malam, kasihan Ibu nunggu dirumah sendiri, dan tidak baik malam malam berdua ngobrol begini, apa kata orang nanti" jawab Aisyah lagi.
" Ya udah aku ngomongnya dirumah kamu ya?' tanya Dwi lagi sambil sangat berharap Aisyah mau diajak bicara sama dia, soalnya Aisyah sulit ditemui nya. Waktu Aisyah sangat sempit, banyak kegiatan yang Aisyah ikuti.
" Gimana ya Kak bukannya g mau tapi ini udah sangat malam, ibu pasti tidak mengijinkan " jawab Aisyah lagi, "sudah nanti hari minggu kebetulan saya libur kita bicara, " ucap Aisyah lagi, supaya Dwi bisa cepet cepet pulang dan tidak terus memaksa dirinya untuk bicara.
"Baiklah " jawab Dwi sambil menghela nafas, menelan kekecewaan yang kesekian kalinya.
Sementara dirumah Ibunya Aisyah g bisa tidur. Beliau menunggu anaknya yang belum pulang. Memang semenjak Ayahnya meninggal Ibunya sangat sangat menjaga Aisyah, apalagi Aisyah yang saki sakitan. Sehingga Ibunya bersikap overprotektif. Aisyah tidak bebas melakukan sesuatu kalau tanpa ijin ibunya, akhirnya yang ditunggu datang.
" Assalamualaikum, bu " Aisyah mengucap salam sambil membuka pintu dan melihat Ibunya lagi duduk di sofa seorang diri.
" Walaikumsalam, Syah ko malam banget, Ibu khawatir sekali , kalau bisa jangan ikut ikutan organisasi Syah, kamu udah terlalu sibuk setiap harinya, sampai waktu sama Ibu aja sangat sedikit " protes Ibunya Aisyah, "
Nanggung bu, entar kalau pemilihan lagi Aisyah mau melepaskannya, dan akan tidak aktif lagi, Aisyah mau serius kerja supaya Aisyah dapat modal bu, Aisyah pengen kuliah" ucap Aisyah lagi.
Aisyah sangat menyadari kemampuan Ibunya yang tidak mungkin bisa membiayai Aisyah kuliah, makanya Aisyah bertekad bekerja dahulu sambil mencari universitas yang sesuai dengan kemampuannya.
" Ya udah atuh sekarang kamu tidur, besok kamu kerja lagi " sahut Ibunya Aisyah lagi, "
Iya bu, maaf ya buat Ibu nunggu begini" Aisyah lalu melangkahkan kakinya ke kamarnya, untuk istirahat. Sebelum tidur Aisyah ambil air wudhu dulu, kebiasaan Aisyah setiap mau tidur. Lalu Aisyah merebahkan dirinya di tempat tidur, yang tipis dan yang sudah mulai reyot, Aisyah masih memikirkan apa yang tadi jadi permintaan Dwi.
Aisyah bingung nanti mau menjawab apa, karena walaupun gimana, Dwi udah terlalu baik sama Dia, namun disisi lain keluarga Dwi tidak mungkin mau menerima Aisyah yang notabene mantan pembantunya. Apa yang akan dikatakan orang padanya, bagai pungguk merindukan bulan mungkin itu peribahasa yang paling tepat buat Aisyah.
Sementara ditempat yang berbeda Dwi pun sama tidak bisa memejamkan matanya dia terus teringat Aisyah, dia sudah ingin mengungkapkan perasaannya yang sudah dia pendam selama ini. Dia sudah tidak sabar menunggu hari Minggu.
Dwi tidak berfikir kalau kendala akan ada didepannya.
Seandainya, Dwi masih bertekad untuk mencintai Aisyah dan memilikinya. Mungkin karena lelah berfikir akhirnya Dwi pun tertidur sambil memeluk foto Aisyah gadis yang sangat dicintainya sejak dulu. Dwi mencintai Aisyah apa adanya. Terlalu banyak kekurangan Aisyah ini, namun Dwi tidak memandang itu, kecantikan Aisyahpun biasa biasa aja seperti gadis kebanyakan. Namun banyak hal yang membuat Dwi sangat mencintainya, keteguhan hati Aisyah yang membuat Dwi semakin mencintainya.
Hari yang dinanti pun tiba, Dwi tergesa gesa ke rumah Aisyah tanpa mau menunggu lebih lama lagi. Sementara Aisyah masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya, saat Dwi datang Aisyah lagi mencuci baju, Ibunya Aisyah lagi menata warung yang baru saja buka,l.
" Assalamualaikum," Dwi memberi salam sebelum masuk,
"Walaikumsalam" jawab Ibunya Aisyah " eh tumben hari libur Den Dwi kesini, mau ada acara apalagi Den" jawab Ibunya Aisyah.
" G bu, mau main aja kesini, pengen ngobrol ngobrol sama Aisyah" jawab Dwi lagi,
" Oh sebentar ya, ibu panggil dulu, soalnya Aisyah Nya lagi nyuci dulu" jawab Ibunya Aisyah lagi, sambil berlalu pergi ke dapur untuk memanggil Aisyah.
" Syah ada Den Dwi tuh didepan" seru ibunya Aisyah.
"Ada apa emang bu, ini kan hari minggu tumben kesini" tanya Aisyah.
" G tau Syah, udah kamu temui dulu siapa tau penting " sahut ibunya Aisyah lagi, Aisyah tidak ingat akan janji dia mau ngasih waktu bicara di hari Minggu, dia yang memberi harapan eh dia yang lupa. Dengan perasaan malas dia bangkit dan melangkah menuju ruang depan yang dimana disana ada Dwi menunggu Aisyah, Aisyah agak cemberut, soalnya sepagi ini, lagian dia. belum selesai mencuci.
"Kak ko pagi pagi banget udah kesini, mau apa kak ?" tanya Aisyah.
"Eh bukan kah kamu yang janjikan saya hari ini mau bicara" sahut Dwi sambil sedikit bingung dengan tingkah Aisyah.
" Oh kapan ya Kak, perasaan belum pernah tuh janji sama Kakak" sahut Aisyah lagi, "
" Idih kamu, mau mainin aku ya, ya udah kalau gitu aku pulang saja" sahut Dwi sambil berdiri dan siap siap mau keluar,
" Eh ko gitu aja ngambek, ya udah saya minta maaf ya" ujar Aisyah sambil tersenyum, Dwi melihat Aisyah tersenyum jadi deg deg an akhirnya duduk kembali,
" sok atuh mau bicara apa sama saya" ucap Aisyah lagi.
" Syah aku mau berterus terang sama kamu, aku tuh ...." kata Dwi tanpa melanjutkan kata katanya karena grogi.
" Aku tuh apa Kak, kalau ngomong jangan setengah setengah atuh, " sahut Aisyah lagi.
"Emmmm aku suka sama kamu, udah lama banget aku pendam Syah" akhirnya Dwi mampu menyatakan perasaannya, " gimana dengan kamu selama ini kita dekat, apa kamu juga sama suka sama aku" tanya Dwi sama Aisyah, namun Aisyah yang ditanya bukannya menjawab dia malah bengong. Dia bingung harus menjawab apa. Bukan Aisyah tidak suka tapi banyak hal yang harus Aisyah pertimbangkan. Karena tanpa ada ikatan saja Aisyah sering dapat teror dari keluarga Dwi untuk menjauhi Dwi, Aisyah serba salah dia tidak berani berterus terang sama Dwi, selama ini Aisyah sering didatangi Pamannya Dwi, agar Aisyah jangan terlalu dekat dengan Dwi, belum Ibunya Dwi yang seakan akan benci sama Aisyah semenjak Aisyah g lagi kerja dirumahnya, ada banyak hal yang terjadi dengan Aisyah yang Dwi sendiri tidak tau, karena Aisyah memendamnya sendiri.
" Kak bolehkan saya berfikir dulu, saya ingin yang terbaik buat Kakak ataupun buat saya, jadi saya mohon Kakak bersabar sebentar ya, sampai saya punya jawaban yang tepat untuk pertanyaan Kakak tersebut" ucap Aisyah panjang lebar, biar tidak menyinggung Dwi........bagaimanakah kelanjutannya apakah Aisyah menerima atau sebaliknya kita tunggu di bab berikutnya selamat membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments