Rafael dengan senyum bahagianya masuk ke dalam restoran melangkahkan kedua kakinya yang ringan menghampiri istri tercintanya dan kedua anak kembarnya.
"Halo kesayangan Papa semuanya...," Seru Rafael ketika masuk ke dalam ruangan VIP restoran yang biasanya mereka datangi.
Semua pasang mata mengarah padanya. Dalam hatinya berkata,
Kenapa mereka semua melihatku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?
Rafael melihat dirinya dari bawah hingga berakhir di dadanya. Kemudian dia kembali berkata dalam hatinya,
Enggak ada yang salah. Lalu kenapa mereka melihatku seperti itu?
Rafael mengacuhkan perasaan herannya itu. Dia tetap berjalan menghampiri istri dan kedua anak kembarnya sambil tersenyum manis pada mereka.
Dia duduk pada kursi yang ada di dekat istrinya dan berkata,
"Apa kalian semua sudah menunggu lama? Maaf ya Papa terkena macet tadi."
Semuanya hanya diam, tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Rafael pada mereka bertiga.
Merasa tidak ada yang menjawabnya dan merasakan situasi yang aneh saat ini, Rafael tersenyum kaku dan berkata,
"Bagaimana belanja kalian? Apakah menyenangkan?"
Bukannya jawaban yang didapatkan oleh Rafael, dia malah mendapatkan tatapan tajam dari istrinya.
Seketika Rafael menelan ludahnya melihat tatapan tajam dari istrinya yang seolah menghunusnya.
"Sayang, Ay, ada apa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Rafael dengan gugup dan terbata-bata.
Adelio dan Adelio menahan tawanya. Mereka berdua hanya menyaksikan tingkah lucu kedua orang tuanya seperti biasanya. Mereka tidak mempunyai pikiran buruk tentang kedua orang tua mereka. Menurut mereka, itulah cara kedua orang tua mereka menyatakan cinta dan kasih sayang mereka.
Ayana mendekatkan badannya pada suaminya. Dia menatap tajam kedua mata suaminya yang berada dekat dengannya dan berkata,
"Menyenangkan. Sangat... sangat menyenangkan. Hingga aku malu di depan banyak orang."
"Malu? Kenapa Ay?" tanya Rafael sambil mengernyitkan dahinya.
Ayana semakin mendekatkan wajahnya pada wajah suaminya. Bahkan tatapan tajamnya itu seolah sudah benar-benar menusuk ke dalam mata suaminya. Dalam posisi seperti itu dia berkata,
"Karena ulahmu."
"Hmmm?! Aku? Kenapa aku?" tanya Rafael sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Iya. Karena kamu memblokir kartu debit ku di Bank XYZ, aku tidak bisa menggunakannya ketika membayar di kasir. Pasti semua orang mengira jika kartu debit yang aku gunakan tidak ada saldonya. Ah... Sebel pokoknya... Malu...!" ujar Ayana dengan menggenggam kuat-kuat kedua tangannya di hadapan Rafael.
Rafael kembali menelan ludahnya melihat kekesalan istrinya. Terlebih istrinya itu seolah mengatakan jika dirinyalah sebagai seorang suami yang telah memblokir kartu debit milik istrinya yang khusus digunakan untuk berbelanja.
"Tapi aku gak pernah memblokir kartu debit maupun kartu kredit mu Sayang. Mungkin mesin EDC nya atau sinyalnya aja yang sedang bermasalah. Atau mungin server nya yang sedang bermasalah," tukas Rafael dengan sungguh-sungguh.
"Bohong!" sahut Ayana dengan cepatnya dan masih menatap tajam pada suaminya.
Rafael menghela nafasnya yang sangat berat. Baginya, kekesalan dan kemarahan istrinya lebih menyulitkan baginya dibandingkan dengan pekerjaan yang sudah menumpuk banyak. Diraihnya kedua tangan istrinya dan menatap dengan lembut pada istrinya itu seraya berkata,
"Aku berani bersumpah Sayang. Aku gak pernah melakukan itu. Lagi pula buat apa aku melakukannya? Bukankah selama ini aku gak pernah melakukan hal itu?"
"Ya mungkin saja agar aku dan anak-anak lebih berhemat lagi," jawab Ayana dengan entengnya.
Merasa kekesalan istrinya semakin besar, Rafael berusaha dengan sangat keras untuk bisa membujuknya. Diraihnya kedua tangan Ayana dan diciumnya. Kemudian dia berkata,
"Ay, jangan ragukan aku. Aku bersumpah gak pernah lakukan itu."
"Lalu, kenapa m-banking dan kartu debit gak bisa digunakan? Bahkan aku mencoba transaksi di mesin ATM pun gak bisa," ujar Ayana dengan sewotnya.
Rafael tetap bersikukuh tidak melakukan apa pun pada rekening istrinya. Dia masih berusaha keras untuk membujuk dan merayu istrinya agar tidak lagi kesal dan marah padanya.
Mereka berdua tidak pernah sungkan memperlihatkan keromantisan mereka di hadapan kedua anak mereka. Bahkan mereka berdua selalu saja mengumbar keromantisan mereka berdua di hadapan semua orang, sehingga membuat orang lain iri melihat keromantisan mereka berdua.
Tiba-tiba mata Adelio terbelalak melihat berita yang beredar di beberapa media sosial miliknya. Kemudian dia berkata,
"Ma, Pa, sepertinya ini memang error dari pusat bank nya deh."
Sontak saja Ayana dan Rafael menoleh ke arah Adelio yang berada tepat di hadapan mereka.
"Apa maksudmu Boy?" tanya Rafael pada putranya, Adelio.
Adelio meletakkan ponselnya di atas meja, tepat di hadapan Ayana dan Rafael seraya berkata,
"Coba Mama sama Papa lihat ini."
Rafael mengambil ponsel milik Adelio dan melihatnya. Ayana pun ikut melihat apa yang ditunjukkan oleh putra mereka.
Mata mereka berdua terbelalak membaca berita tentang bank yang mereka ributkan sejak tadi. Ayana segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mencari berita tentang bank tersebut.
Dia menghela nafasnya dan menoleh ke arah suaminya yang duduk di sebelahnya. Kemudian dia berkata,
"Sepertinya Papa memang gak bohong."
Rafael mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya, kini dia menatap istrinya yang sedang tersenyum padanya. Dia pun membalas senyuman istrinya itu dengan senyuman manisnya.
"Wah... Parah... ternyata sudah lebih dari dua belas jam error nya. Lihat ini, kasihan nasabahnya. Mereka lebih kesulitan dari pada Mama. Bahkan ada yang gak bisa makan karena karena gak memiliki uang cash. Masih banyak lagi kesulitan mereka yang lain, bahkan ada yang gak bisa pulang ke rumah yang ada di luar pulau karena uangnya ada di rekening bank itu tadi, sedangkan urusannya sangat mendesak, orang tuanya sedang sakit dan mencarinya. Parah banget gak sih Kak?" tanya Adelia sambil menghadap ke arah Adelio yang dipanggil kakak olehnya.
"Ck! Gimana sih tim IT nya mereka? Kenapa bisa separah ini? Error selama satu jam saja sudah bisa dikatakan parah dan merugikan nasabah, bagaimana bisa ini hingga berjam-jam?" omel Adelio yang terlihat sangat kesal membaca berita tersebut.
Ayana dan Rafael saling menatap. Mereka bingung dengan kekesalan hati dari kedua anak kembar mereka.
"Sudah aku putuskan, Adelio akan menjadi seorang ahli IT hebat yang bisa menangani masalah-masalah seperti ini. Tentunya, aku akan menjadi hecker jenius yang ditakuti oleh semuanya," ujar Adelio dengan sangat yakin dan bersungguh-sungguh.
"Adelia juga sudah memutuskan akan menjadi banker hebat dan tentunya cantik dibandingkan banker yang lain," ujar Adelia dengan sangat yakin dan sungguh-sungguh, tidak mau kalah dari saudara kembarnya.
"Hah?! Kenapa kalian jadi begini? Apa kalian bersungguh-sungguh?" tanya Rafael yang tidak yakin dengan perkataan kedua anak kembarnya.
"Mereka masih labil Pa, biarkan saja mereka punya impian sebanyak mungkin," sahut Ayana sambil meraih gelas minumnya.
Adelio dan Adelia saling menatap. Mereka saling mengangguk dan berkata bersamaan,
"Siapa bilang kami bercanda dan tidak sungguh-sungguh?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus thor
2023-08-08
0