Seorang gadis cantik memandangi hujan yang turun dengan derasnya dari dalam mobil yang sudah berada di parkiran depan kantornya.
"Ck! Tumben sekali sih pagi-pagi udah hujan deras begini. Mana aku gak bawa payung lagi. Nyesel banget payungnya aku keluarkan kemarin, jadi lupa kan belum aku masukin lagi," gerutu gadis tersebut disertai helaan nafasnya.
Gadis tersebut melihat dirinya sendiri dan kembali menghela nafasnya. Dia mengacak-acak rambutnya seraya berkata,
"Bagaimana ini? Seragam sudah aku pakai, sedangkan aku juga lupa membawa baju ganti. Pasti basah kan ya kena air hujan yang deres banget itu?"
Tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari ponsel gadis tersebut. Gadis itu segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mengarahkan layar ponsel tepat mengarah padanya ketika melihat nama sang mama pada layar ponselnya sedang melakukan panggilan video padanya.
"Mama... anakmu dalam kesulitan," ucap gadis tersebut sambil memperlihatkan puppy eyes nya.
Sudah Mama duga. Pasti kamu gak bawa payung dan baju ganti. Benar kan? tanya sang Mama yang terlihat sedikit kesal pada layar ponsel gadis itu.
Gadis tersebut menganggukkan kepalanya sambil memperlihatkan wajah sedihnya dan berkata,
"Adelia harus gimana Ma?"
Bagaimana lagi? Kamu harus menghubungi temanmu yang sudah datang dan minta bantuannya untuk memberikan payung padamu. Cepatlah Lia, sebentar lagi kamu akan telat masuk kerja, ujar sang Mama dari seberang sana yang terlihat sedang sibuk memotong sayuran di dapur.
"Baiklah Ma," ucap Adelia lirih disertai helaan nafasnya.
Setelah itu Adelia menekan tombol merah untuk mereka mengakhiri panggilan telepon video tersebut. Dia menatap bangunan besar yang ada di depannya sambil menghubungi seseorang menggunakan ponselnya.
Namun, dari beberapa nomor yang dihubunginya, tidak ada satu pun yang menerima panggilan telepon darinya, sehingga semua telepon tersebut hanya berakhir menjadi panggilan tidak terjawab.
"Sudahlah, lebih baik aku berlari masuk saja. Palingan juga basah semua," ujar Adelia disertai helaan nafasnya.
Diraihnya tas miliknya yang berada di kursi sampingnya. Setelah itu dia membuka pintu mobilnya dan bersiap untuk lari menembus derasnya hujan menuju kantornya yang berada tidak jauh dari tempatnya saat ini.
Mata Adelia terbelalak ketika dia keluar dari dalam mobil, ada sebuah payung yang melindunginya dari derasnya hujan. Adelia menoleh ke arah orang yang sedang memayunginya. Dia terpanah melihat seorang laki-laki tampan, memakai seragam security bertuliskan namanya, Arion, sedang tersenyum padanya.
"Silahkan Mbak, saya antar ke dalam. Hati-hati Mbak. Agak ke sini, agar tidak basah," ucap Arion sambil memayungi dirinya dan Adelia dalam satu payung.
Adelia pun lebih mendekat pada Arion. Kini mereka berjalan dengan sedikit berjarak. Merasa bahunya sedikit terkena air hujan, Adelia bergerak lebih menengah, sehingga tangannya berdempetan dengan tangan Arion.
Mereka berdua terlihat salah tingkah di tengah derasnya hujan yang seolah menjadi saksi mereka berdua.
"Terima kasih, nanti aku pasti akan membalas kebaikanmu," ujar Adelia ketika mereka sudah berada di depan kantor bank swasta yang menjadi tempat kerja mereka.
"Tidak usah Mbak, ini sudah menjadi tugas saya untuk membantu karyawan yang membutuhkan bantuan," tukas Arion sambil tersenyum pada Adelio.
Adelia tersenyum melihat ketulusan hati Arion yang terlihat jelas di matanya. Kemudian dia berkata,
"Saya tidak suka berhutang budi dengan orang lain."
Seketika Arion terperangah mendengar perkataan Adelia. Dia tidak pernah bertemu dengan perempuan sepertinya. Dia pun tersenyum dan berkata,
"Kalau begitu, Mbak Adelia bisa mentraktir saya makan siang."
"Kok kamu tau nama saya?" tanya Adelia sambil mengernyitkan dahinya.
"Itu Mbak, maaf saya lancang melihatnya," jawab Arion sambil menunjuk name tag yang sudah dipasang oleh Adelia sejak berangkat dari rumah, seperti kebiasaannya setiap hari.
Adelia terkekeh melihat name tag miliknya yang ditunjuk oleh Arion. Kemudian dia berkata,
"Baiklah, aku akan mentraktir kamu makan siang. Aku akan masuk dulu. Terima kasih Arion."
Arion terkesiap mendengar namanya disebut oleh perempuan cantik yang selalu menjadi perbincangan orang seluruh kantor karena kecantikan, kepintaran dan sikap baiknya pada semua orang.
Senyum Arion tidak pernah pudar. Dia sangat bahagia sekali pagi ini. Perempuan yang selalu menjadi penyemangat paginya hanya dengan melihat senyumnya, kini secara nyata lebih dekat dengannya.
Di dalam ruangan kantornya, Adelia tanpa sadar selalu tersenyum. Entah mengapa senyuman dari Arion selalu terlintas di matanya. Hingga pekerjaannya sedikit terganggu karena mengingat janji makan siang bersama dengan Arion.
Setiap beberapa menit sekali Adelia selalu melihat ke arah jam yang terlilit di tangan kirinya. Dia menghela nafasnya ketika mendapati jam makan siang masih kurang beberapa jam lagi.
Beberapa detik kemudian dia menghentikan pekerjaannya. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya berkata,
"Lia... Lia... Kenapa kamu jadi seperti ini? Hanya sebagai tanda ucapan terima kasih saja, kenapa kamu jadi berlebihan begini? Aneh sekali, kenapa aku sangat menantikan makan siang ini?"
Tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan pada ponsel Adelia. Dia terhenyak dari pikirannya. Segera diraihnya ponsel yang ada di mejanya. Dia tersenyum melihat pesan yang dikirimkan oleh mamanya.
Ternyata mamanya itu sangat mengkhawatirkannya. Ayana menanyakan tentang keadaannya yang diyakini mamanya, Adelia berlari masuk ke dalam kantornya dengan menerjang hujan yang sangat deras sekali pun. Karena mamanya tau betul jika putri kesayangannya itu tidak mau menyusahkan orang lain.
Adelia segera membalas pesan mamanya. Memang setiap jam kerja, mamanya tidak pernah melakukan panggilan telepon padanya, mamanya itu hanya mengirimkan pesan jika di jam kerja karena dia tidak mau mengganggu pekerjaan putrinya.
Beberapa detik setelah Adelia membalas pesan mamanya, dia kembali mendapatkan pesan masuk dari mamanya.
Rupanya mamanya itu ingin tau tentang orang yang memayungi putrinya. Adelia tersenyum dan membalas kembali pesan mamanya.
Detik, menit dan jam berlalu tanpa sadar setelah Adelia terlampau fokus pada pekerjaannya. Tiba-tiba saja dia mendapatkan pesan dari seseorang yang tidak dikenalnya.
Maaf Mbak Adelia, saya Arion. Sepertinya siang ini saya tidak bisa menerima balasan ucapan terima kasih dari Mbak Adelia. Mungkin lain kali saja Mbak. Atau jika Mbak Adelia tidak keberatan, nanti sepulang kerja saja kita makan bersama.
"Apa ini? Apa dia mengajakku kencan untuk makan malam? Bagaimana bisa dia mendapatkan nomor HP ku?" celetuk Adelia sambil menatap layar ponselnya.
Tiba-tiba pintu ruangan Adelia terbuka, dia menoleh ke arah pintu tersebut untuk mengetahui siapa yang membuka pintu ruangannya.
Masuklah seorang perempuan yang tidak asing baginya sedang tersenyum padanya sambil berjalan masuk menghampirinya.
"Makan siang yuk Lia... Jangan kerja terus, nanti kamu cepat kaya. Kasihan kan aku yang gak rajin ini," rengek perempuan yang memakai seragam sama dengan Adelia dan ber name tag Mia.
Adelia terkekeh mendengar rengekan dari sahabatnya itu. Mia, sahabat Adelia semenjak di bangku kuliah. Mereka lolos seleksi bersama ketika melamar kerja di bank swasta tersebut.
Adelia mengambil dompet dan ponselnya, kemudian dia merangkul pundak sahabatnya itu seraya berkata,
"Mau makan di mana sahabatku? Sahabat kaya mu ini akan mentraktir mu."
Seketika mata Mia berbinar. Kemudian dia melepaskan tangan Adelia yang berada di pundaknya dan menarik tangan Adelia untuk segera berjalan keluar kantor seraya berkata,
"Akan aku tunjukkan tempat makan yang ingin aku kunjungi siang ini."
Adelia hanya terkekeh sambil berjalan dengan tangannya yang masih ditarik oleh Mia. Di depan kantornya, Adelia sempat bertatap mata dengan Arion yang tersenyum dan mengangguk hormat padanya.
Mia mengikuti arah pandang Adelia. Dia mengernyitkan dahinya ketika melihat seorang security bank tempat mereka bekerja sedang tersenyum pada Adelia. Kemudian dia berkata,
"Lia, apa kamu kenal sama security yang sepertinya sedang tersenyum padamu?"
Seketika Adelia terkesiap. Dia baru menyadari jika di sampingnya ada Mia yang siap mewawancarainya jika dia mengetahui apa yang terjadi di antaranya dengan Arion. Dia segera mencari akal agar Mia, sahabatnya yang kepo itu tidak lagi menanyakan tentang hal itu.
Tiba-tiba terbersit di kepala Adelia untuk bertanya sesuatu pada Mia.
"Mia, kenapa teleponku tadi pagi gak kamu angkat?" tanya Adelia sambil menatap tajam pada Mia, sehingga membuat Mia meringis ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Putri Minwa
lanjut
2023-08-08
3