Bab 3 Payung Cinta

Seorang gadis cantik memandangi hujan yang turun dengan derasnya dari dalam mobil yang sudah berada di parkiran depan kantornya.

"Ck! Tumben sekali sih pagi-pagi udah hujan deras begini. Mana aku gak bawa payung lagi. Nyesel banget payungnya aku keluarkan kemarin, jadi lupa kan belum aku masukin lagi," gerutu gadis tersebut disertai helaan nafasnya.

Gadis tersebut melihat dirinya sendiri dan kembali menghela nafasnya. Dia mengacak-acak rambutnya seraya berkata,

"Bagaimana ini? Seragam sudah aku pakai, sedangkan aku juga lupa membawa baju ganti. Pasti basah kan ya kena air hujan yang deres banget itu?"

Tiba-tiba terdengar suara dering telepon dari ponsel gadis tersebut. Gadis itu segera mengambil ponselnya dari dalam tasnya dan mengarahkan layar ponsel tepat mengarah padanya ketika melihat nama sang mama pada layar ponselnya sedang melakukan panggilan video padanya.

"Mama... anakmu dalam kesulitan," ucap gadis tersebut sambil memperlihatkan puppy eyes nya.

Sudah Mama duga. Pasti kamu gak bawa payung dan baju ganti. Benar kan? tanya sang Mama yang terlihat sedikit kesal pada layar ponsel gadis itu.

Gadis tersebut menganggukkan kepalanya sambil memperlihatkan wajah sedihnya dan berkata,

"Adelia harus gimana Ma?"

Bagaimana lagi? Kamu harus menghubungi temanmu yang sudah datang dan minta bantuannya untuk memberikan payung padamu. Cepatlah Lia, sebentar lagi kamu akan telat masuk kerja, ujar sang Mama dari seberang sana yang terlihat sedang sibuk memotong sayuran di dapur.

"Baiklah Ma," ucap Adelia lirih disertai helaan nafasnya.

Setelah itu Adelia menekan tombol merah untuk mereka mengakhiri panggilan telepon video tersebut. Dia menatap bangunan besar yang ada di depannya sambil menghubungi seseorang menggunakan ponselnya.

Namun, dari beberapa nomor yang dihubunginya, tidak ada satu pun yang menerima panggilan telepon darinya, sehingga semua telepon tersebut hanya berakhir menjadi panggilan tidak terjawab.

"Sudahlah, lebih baik aku berlari masuk saja. Palingan juga basah semua," ujar Adelia disertai helaan nafasnya.

Diraihnya tas miliknya yang berada di kursi sampingnya. Setelah itu dia membuka pintu mobilnya dan bersiap untuk lari menembus derasnya hujan menuju kantornya yang berada tidak jauh dari tempatnya saat ini.

Mata Adelia terbelalak ketika dia keluar dari dalam mobil, ada sebuah payung yang melindunginya dari derasnya hujan. Adelia menoleh ke arah orang yang sedang memayunginya. Dia terpanah melihat seorang laki-laki tampan, memakai seragam security bertuliskan namanya, Arion, sedang tersenyum padanya.

"Silahkan Mbak, saya antar ke dalam. Hati-hati Mbak. Agak ke sini, agar tidak basah," ucap Arion sambil memayungi dirinya dan Adelia dalam satu payung.

Adelia pun lebih mendekat pada Arion. Kini mereka berjalan dengan sedikit berjarak. Merasa bahunya sedikit terkena air hujan, Adelia bergerak lebih menengah, sehingga tangannya berdempetan dengan tangan Arion.

Mereka berdua terlihat salah tingkah di tengah derasnya hujan yang seolah menjadi saksi mereka berdua.

"Terima kasih, nanti aku pasti akan membalas kebaikanmu," ujar Adelia ketika mereka sudah berada di depan kantor bank swasta yang menjadi tempat kerja mereka.

"Tidak usah Mbak, ini sudah menjadi tugas saya untuk membantu karyawan yang membutuhkan bantuan," tukas Arion sambil tersenyum pada Adelio.

Adelia tersenyum melihat ketulusan hati Arion yang terlihat jelas di matanya. Kemudian dia berkata,

"Saya tidak suka berhutang budi dengan orang lain."

Seketika Arion terperangah mendengar perkataan Adelia. Dia tidak pernah bertemu dengan perempuan sepertinya. Dia pun tersenyum dan berkata,

"Kalau begitu, Mbak Adelia bisa mentraktir saya makan siang."

"Kok kamu tau nama saya?" tanya Adelia sambil mengernyitkan dahinya.

"Itu Mbak, maaf saya lancang melihatnya," jawab Arion sambil menunjuk name tag yang sudah dipasang oleh Adelia sejak berangkat dari rumah, seperti kebiasaannya setiap hari.

Adelia terkekeh melihat name tag miliknya yang ditunjuk oleh Arion. Kemudian dia berkata,

"Baiklah, aku akan mentraktir kamu makan siang. Aku akan masuk dulu. Terima kasih Arion."

Arion terkesiap mendengar namanya disebut oleh perempuan cantik yang selalu menjadi perbincangan orang seluruh kantor karena kecantikan, kepintaran dan sikap baiknya pada semua orang.

Senyum Arion tidak pernah pudar. Dia sangat bahagia sekali pagi ini. Perempuan yang selalu menjadi penyemangat paginya hanya dengan melihat senyumnya, kini secara nyata lebih dekat dengannya.

Di dalam ruangan kantornya, Adelia tanpa sadar selalu tersenyum. Entah mengapa senyuman dari Arion selalu terlintas di matanya. Hingga pekerjaannya sedikit terganggu karena mengingat janji makan siang bersama dengan Arion.

Setiap beberapa menit sekali Adelia selalu melihat ke arah jam yang terlilit di tangan kirinya. Dia menghela nafasnya ketika mendapati jam makan siang masih kurang beberapa jam lagi.

Beberapa detik kemudian dia menghentikan pekerjaannya. Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya seraya berkata,

"Lia... Lia... Kenapa kamu jadi seperti ini? Hanya sebagai tanda ucapan terima kasih saja, kenapa kamu jadi berlebihan begini? Aneh sekali, kenapa aku sangat menantikan makan siang ini?"

Tiba-tiba terdengar suara notifikasi pesan pada ponsel Adelia. Dia terhenyak dari pikirannya. Segera diraihnya ponsel yang ada di mejanya. Dia tersenyum melihat pesan yang dikirimkan oleh mamanya.

Ternyata mamanya itu sangat mengkhawatirkannya. Ayana menanyakan tentang keadaannya yang diyakini mamanya, Adelia berlari masuk ke dalam kantornya dengan menerjang hujan yang sangat deras sekali pun. Karena mamanya tau betul jika putri kesayangannya itu tidak mau menyusahkan orang lain.

Adelia segera membalas pesan mamanya. Memang setiap jam kerja, mamanya tidak pernah melakukan panggilan telepon padanya, mamanya itu hanya mengirimkan pesan jika di jam kerja karena dia tidak mau mengganggu pekerjaan putrinya.

Beberapa detik setelah Adelia membalas pesan mamanya, dia kembali mendapatkan pesan masuk dari mamanya.

Rupanya mamanya itu ingin tau tentang orang yang memayungi putrinya. Adelia tersenyum dan membalas kembali pesan mamanya.

Detik, menit dan jam berlalu tanpa sadar setelah Adelia terlampau fokus pada pekerjaannya. Tiba-tiba saja dia mendapatkan pesan dari seseorang yang tidak dikenalnya.

Maaf Mbak Adelia, saya Arion. Sepertinya siang ini saya tidak bisa menerima balasan ucapan terima kasih dari Mbak Adelia. Mungkin lain kali saja Mbak. Atau jika Mbak Adelia tidak keberatan, nanti sepulang kerja saja kita makan bersama.

"Apa ini? Apa dia mengajakku kencan untuk makan malam? Bagaimana bisa dia mendapatkan nomor HP ku?" celetuk Adelia sambil menatap layar ponselnya.

Tiba-tiba pintu ruangan Adelia terbuka, dia menoleh ke arah pintu tersebut untuk mengetahui siapa yang membuka pintu ruangannya.

Masuklah seorang perempuan yang tidak asing baginya sedang tersenyum padanya sambil berjalan masuk menghampirinya.

"Makan siang yuk Lia... Jangan kerja terus, nanti kamu cepat kaya. Kasihan kan aku yang gak rajin ini," rengek perempuan yang memakai seragam sama dengan Adelia dan ber name tag Mia.

Adelia terkekeh mendengar rengekan dari sahabatnya itu. Mia, sahabat Adelia semenjak di bangku kuliah. Mereka lolos seleksi bersama ketika melamar kerja di bank swasta tersebut.

Adelia mengambil dompet dan ponselnya, kemudian dia merangkul pundak sahabatnya itu seraya berkata,

"Mau makan di mana sahabatku? Sahabat kaya mu ini akan mentraktir mu."

Seketika mata Mia berbinar. Kemudian dia melepaskan tangan Adelia yang berada di pundaknya dan menarik tangan Adelia untuk segera berjalan keluar kantor seraya berkata,

"Akan aku tunjukkan tempat makan yang ingin aku kunjungi siang ini."

Adelia hanya terkekeh sambil berjalan dengan tangannya yang masih ditarik oleh Mia. Di depan kantornya, Adelia sempat bertatap mata dengan Arion yang tersenyum dan mengangguk hormat padanya.

Mia mengikuti arah pandang Adelia. Dia mengernyitkan dahinya ketika melihat seorang security bank tempat mereka bekerja sedang tersenyum pada Adelia. Kemudian dia berkata,

"Lia, apa kamu kenal sama security yang sepertinya sedang tersenyum padamu?"

Seketika Adelia terkesiap. Dia baru menyadari jika di sampingnya ada Mia yang siap mewawancarainya jika dia mengetahui apa yang terjadi di antaranya dengan Arion. Dia segera mencari akal agar Mia, sahabatnya yang kepo itu tidak lagi menanyakan tentang hal itu.

Tiba-tiba terbersit di kepala Adelia untuk bertanya sesuatu pada Mia.

"Mia, kenapa teleponku tadi pagi gak kamu angkat?" tanya Adelia sambil menatap tajam pada Mia, sehingga membuat Mia meringis ketakutan.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

lanjut

2023-08-08

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Error
2 Bab 2 Keluarga Luar Biasa
3 Bab 3 Payung Cinta
4 Bab 4 Makan Siang Viral
5 Bab 5 Pemuda Tampan
6 Bab 6 Pacar
7 Bab 7 Jodoh Sejak Orok
8 Bab 8 Minder
9 Bab 9 Tentang Perasaan
10 Bab 10 Orang Tua yang Luar Biasa
11 Bab 11 Sepasang Kekasih
12 Bab 12 Pengantar
13 Bab 13 Antara Motor dan Perasaan
14 Bab 14 Iri dan Cemburu
15 Bab 15 Hinaan
16 Bab 16 Traktiran Balasan
17 Bab 17 Sebuah Kesempatan
18 Bab 18 Trial
19 Bab 19 Ragu
20 Bab 20 Penilaian Diri
21 Bab 21 Kencan Pertama
22 Bab 22 Berkunjung ke rumah
23 Bab 23 Gosip
24 Bab 24 Galau
25 Bab 25 Dinner Mewah Dua Keluarga
26 Bab 26 Perjodohan?
27 Bab 27 Bintang Malam
28 Bab 28 Tentang Perasaan
29 Bab 29 Lupa
30 Bab 30 Tentang Perbedaan
31 Bab 31 Tentang Sebuah Hubungan
32 Bab 32 Hacker
33 Bab 33 Mengenal Lebih Dekat
34 Bab 34 Mengintai
35 Bab 35 Rencana Balas Dendam Intan
36 Bab 36 Rencana Adelia
37 Bab 37 Keinginan Adelia
38 Bab 38 Intan
39 Bab 39 Rencana Balas Dendam Intan
40 Bab 40 Kekhawatiran Arion
41 Bab 41 Amnesia Sesaat
42 Bab 42 Sakit Gigi
43 Bab 43 Kakak Luar Biasa
44 Bab 44 Lagi dan Lagi
45 Bab 45 Kejutan
46 Bab 46 Jawaban
47 Bab 47 Bertemu Lagi
48 Bab 48 Mengatakan Keinginan
49 Bab 49 Kekecewaan
50 Bab 50 Kegalauan Hati Arion
51 Bab 51 Rencana
52 Bab 52 Tentang Sebuah Keputusan
53 Bab 53 Keputusan
54 Bab 53 Curiga
55 Bab 55 Dering Telepon
56 Bab 56 Merencanakan Kembali
57 Bab 57 Demi Mencapai Tujuan
58 Bab 58 Sebuah Rencana
59 Bab 59 Sosialita
60 Bab 60 Beban Pikiran
61 Bab 61 Berkumpulnya Tiga Lelaki Tampan
62 Bab 62 Salah Paham
63 Bab 63 Salah Sangka
64 Bab 64 Malu
65 Bab 65 Tidak Sengaja Mengaku
66 Bab 66 Pasangan Untuk Adelio
67 Bab 67 Dilema
68 Bab 68 Masalah Hati
69 Bab 69 Kedatangan Arion
70 Bab 70 Rindu
71 Bab 71 Janji
72 Bab 72 Ikrar
73 Bab 73 Kecewa
74 Bab 74 Cewek Jutek
75 Bab 75 Pilih Mana?
76 Bab 76 Cemas
77 Bab 77 Introspeksi Diri
78 Bab 78 Kesabaran Fabian
79 Bab 79 Suami Istri
80 Bab 80 Firasat
81 Bab 81 Kecewa
82 Bab 82 Berkenalan
83 Bab 83 Perjodohan
84 Bab 84 Teror
85 Bab 85 Tentang Janji
86 Bab 86 Gosip
87 Bab 87 Ketidakpercayaan Arion
88 Bab 88 Mencari Kebenaran
89 Bab 89 Mengungkap Kebenaran
90 Bab 90 Mengungkap Kebenaran
91 Bab 91 Pembalasan Dendam
92 Bab 92 Fakta
93 Bab 93 Misi
94 Bab 94 Penyergapan
95 Bab 95 Kemarahan Adelio
96 Bab 96 Hukuman Perasaan
97 Bab 97 Mencari Fakta
98 Bab 98 Menguak Masa Lalu
99 Bab 99 Bertemu Musuh
100 Bab 100 Fakta yang Terkuak
101 Bab 101 Ketakutan Adelia
102 Bab 102 Trauma
103 Bab 103 Polisi Tampan dan Banker Cantik
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Error
2
Bab 2 Keluarga Luar Biasa
3
Bab 3 Payung Cinta
4
Bab 4 Makan Siang Viral
5
Bab 5 Pemuda Tampan
6
Bab 6 Pacar
7
Bab 7 Jodoh Sejak Orok
8
Bab 8 Minder
9
Bab 9 Tentang Perasaan
10
Bab 10 Orang Tua yang Luar Biasa
11
Bab 11 Sepasang Kekasih
12
Bab 12 Pengantar
13
Bab 13 Antara Motor dan Perasaan
14
Bab 14 Iri dan Cemburu
15
Bab 15 Hinaan
16
Bab 16 Traktiran Balasan
17
Bab 17 Sebuah Kesempatan
18
Bab 18 Trial
19
Bab 19 Ragu
20
Bab 20 Penilaian Diri
21
Bab 21 Kencan Pertama
22
Bab 22 Berkunjung ke rumah
23
Bab 23 Gosip
24
Bab 24 Galau
25
Bab 25 Dinner Mewah Dua Keluarga
26
Bab 26 Perjodohan?
27
Bab 27 Bintang Malam
28
Bab 28 Tentang Perasaan
29
Bab 29 Lupa
30
Bab 30 Tentang Perbedaan
31
Bab 31 Tentang Sebuah Hubungan
32
Bab 32 Hacker
33
Bab 33 Mengenal Lebih Dekat
34
Bab 34 Mengintai
35
Bab 35 Rencana Balas Dendam Intan
36
Bab 36 Rencana Adelia
37
Bab 37 Keinginan Adelia
38
Bab 38 Intan
39
Bab 39 Rencana Balas Dendam Intan
40
Bab 40 Kekhawatiran Arion
41
Bab 41 Amnesia Sesaat
42
Bab 42 Sakit Gigi
43
Bab 43 Kakak Luar Biasa
44
Bab 44 Lagi dan Lagi
45
Bab 45 Kejutan
46
Bab 46 Jawaban
47
Bab 47 Bertemu Lagi
48
Bab 48 Mengatakan Keinginan
49
Bab 49 Kekecewaan
50
Bab 50 Kegalauan Hati Arion
51
Bab 51 Rencana
52
Bab 52 Tentang Sebuah Keputusan
53
Bab 53 Keputusan
54
Bab 53 Curiga
55
Bab 55 Dering Telepon
56
Bab 56 Merencanakan Kembali
57
Bab 57 Demi Mencapai Tujuan
58
Bab 58 Sebuah Rencana
59
Bab 59 Sosialita
60
Bab 60 Beban Pikiran
61
Bab 61 Berkumpulnya Tiga Lelaki Tampan
62
Bab 62 Salah Paham
63
Bab 63 Salah Sangka
64
Bab 64 Malu
65
Bab 65 Tidak Sengaja Mengaku
66
Bab 66 Pasangan Untuk Adelio
67
Bab 67 Dilema
68
Bab 68 Masalah Hati
69
Bab 69 Kedatangan Arion
70
Bab 70 Rindu
71
Bab 71 Janji
72
Bab 72 Ikrar
73
Bab 73 Kecewa
74
Bab 74 Cewek Jutek
75
Bab 75 Pilih Mana?
76
Bab 76 Cemas
77
Bab 77 Introspeksi Diri
78
Bab 78 Kesabaran Fabian
79
Bab 79 Suami Istri
80
Bab 80 Firasat
81
Bab 81 Kecewa
82
Bab 82 Berkenalan
83
Bab 83 Perjodohan
84
Bab 84 Teror
85
Bab 85 Tentang Janji
86
Bab 86 Gosip
87
Bab 87 Ketidakpercayaan Arion
88
Bab 88 Mencari Kebenaran
89
Bab 89 Mengungkap Kebenaran
90
Bab 90 Mengungkap Kebenaran
91
Bab 91 Pembalasan Dendam
92
Bab 92 Fakta
93
Bab 93 Misi
94
Bab 94 Penyergapan
95
Bab 95 Kemarahan Adelio
96
Bab 96 Hukuman Perasaan
97
Bab 97 Mencari Fakta
98
Bab 98 Menguak Masa Lalu
99
Bab 99 Bertemu Musuh
100
Bab 100 Fakta yang Terkuak
101
Bab 101 Ketakutan Adelia
102
Bab 102 Trauma
103
Bab 103 Polisi Tampan dan Banker Cantik

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!