Mia tersenyum lebar dan gugup mendengar pertanyaan dari Adelia. Pasalnya, Adelia selalu mengangkat semua teleponnya ketika dia menghubunginya, jika Adelia tidak mengangkatnya, pasti Mia mengomelinya tanpa henti.
Begitu pula ketika Mia membutuhkan sesuatu, orang pertama kali yang dihubungi dan dimintai bantuan adalah Adelia. Oleh karena itulah sekarang Mia merasa takut mendapatkan tatapan tajam dari Adelia ketika dia tidak mengangkat telepon Adelia pagi tadi.
Dia memang memiliki alasan ketika pagi tadi tidak menjawab panggilan teleponnya, akan tetapi Mia yakin jika Adelia tidak akan percaya begitu saja pada alasan yang diberikannya.
"Emmm... Aku tadi sedang di jalan, Lia. Jadi aku gak tau kalau kamu menghubungiku," jawab Mia dengan ragu-ragu.
"Di jalan? Hujan deras tadi kamu masih di jalan?" tanya Adelia sambil menyipitkan matanya menatap sahabatnya itu.
Mampus aku! Kenapa aku bisa lupa jika tadi pagi turun hujan deras sekali? Aku harus ngomong apa sama Lia? Pasti dia marah sekali nantinya, Mia berkata dalam hatinya.
Mia hanya tersenyum lebar menanggapi pertanyaan Adelia. Dia masih mencari alasan yang tepat agar sahabatnya itu tidak marah padanya.
Adelia menghentikan langkahnya. Dia melipat kedua tangannya, menatap Mia sambil menyeringai dan berkata,
"Aku tau kamu berbohong."
Glek!
Mia meneguk ludahnya sendiri. Dia merasa layaknya sedang terpergok melakukan sesuatu.
"Nah kan... pasti kamu sedang berbohong," ucap Adelia sambil menyeringai.
Dengan cepatnya Mia segera meraih tangan Adelia dan menggandengnya dengan erat, menariknya agar segera berjalan meninggalkan tempat tersebut.
"Aku lapar banget Lia... Kita makan sekarang yuk...," tukas Mia sambil tersenyum pada Adelia layaknya orang yang tidak berdosa.
"Katakan atau gak akan aku traktir," ancam Adelia sambil mencoba melepaskan tangan Mia yang melingkar pada lengannya.
Sontak saja Mia semakin mempererat pegangan tangannya agar tidak terlepas dari tangan Adelia. Dia berusaha dengan kerasnya, tidak mau kalah dari Adelia.
"Oho... Kamu nantangin aku rupanya," ujar Adelia sambil menyeringai.
"Nanti Lia... Nanti akan aku jawab, setelah kita makan," tukas Mia dengan tegasnya sambil mempertahankan lengan Adelia yang digandengnya.
Adelia menghela nafasnya dan menatap penuh curiga pada Mia. Akan tetapi dia sangat lapar saat ini, sehingga dia menyetujui perkataan Mia padanya.
Mia tersenyum lebar menampakkan deretan giginya ketika Adelia menuruti keinginannya. Mereka berdua berjalan menuju mobil Adelia.
"Di mana tempat makan yang kamu maksud Mia?" tanya Adelia sambil mengemudi pada Mia yang duduk di sebelahnya.
"Ada di jalanan belakang komplek kantor ini Lia. Kamu ikuti jalan ini aja, nanti aku pandu jika mau belok," jawab Mia dengan entengnya.
"Memangnya ada ya tempat makan yang seperti katamu itu di sana?" tanya Adelia sambil mengernyitkan dahinya.
"Ada dong. Kamu gak tau aja. Tempat itu viral di semua media sosial. Nah... sebagai sahabat yang baik, aku harus mengajakmu ke tempat yang seperti itu, biar gak kudet," ujar Mia dengan rasa percaya dirinya.
"Ck! Ngajak tapi minta traktir. Gak salah itu?" tanya Adelia dengan sedikit kesal.
Mia kembali tersenyum lebar. Apa yang dikatakan oleh Adelia memang benar adanya.
"Belok kiri, Lia!" perintah Mia pada Adelia yang sedang mengemudikan mobil tersebut.
Beberapa menit kemudian Mia kembali berseru,
"Stop!"
Sontak saja Adelia menghentikan mobil tersebut sedikit mendadak karena serua Mia yang mendadak tanpa aba-aba.
"Itu dia warungnya!" seru Mia sambil menunjuk sebuah warung sederhana yang dikelilingi oleh antrian pembeli dengan barisan memanjang ke belakang hingga menjadi beberapa deretan.
Mulut Adelia melongo ketika mengikuti arah telunjuk Mia. Dia tidak menduga jika tempat makan yang dimaksudkan oleh sahabatnya itu adalah sebuah warung bakso dengan antrian yang luar biasa. Dan hal yang paling membuat Adelia terperangah adalah karena tempat tersebut merupakan perkampungan, jadi tidak ada parkir khusus untuk mobil di sana, sehingga mobil harus diparkirkan di tepi jalan kecil tersebut dan pastinya membuat macet lalu lintas kendaraan yang lewat di sana.
"Apa hebatnya bakso di sini Mia? Kenapa antriannya sepanjang dam sebanyak ini?" tanya Adelia yang masih dalam posisi memegang kemudi meskipun mesin mobilnya sudah dimatikan.
"Nanti kamu pasti tau, Lia. Bakso ini ramai karena viral. Itu yang pasti," jawab Mia sambil tersenyum lebar.
Tiba-tiba suara klakson mobil mengagetkan mereka berdua. Adelia menoleh ke belakang, di mana sumber suara klakson berasal.
Matanya terbelalak ketika melihat deretan mobil yang antri di belakangnya. Ternyata mobil yang mereka tumpangi menjadi sumber kemacetan saat ini. Tanpa berpikir panjang, Adelia segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukan mobil tersebut meninggalkan tempat itu.
"Loh, Lia, kita mau ke mana? Bukannya kita mau makan siang bersama di sana?" tanya Mia yang seolah tidak rela meninggalkan tempat tersebut.
"Gak jadi. Antri. Rame. Malas," jawab Adelia dengan entengnya sambil fokus mengemudi.
"Kok gitu sih Lia. Kamu kan sudah janji tadi mau traktir aku di sana," protes Mia dengan sedikit merengek.
Adelia menghela nafasnya mendengar rengekan sahabatnya yang seperti biasanya. Kemudian dia berkata,
"Kamu gak lihat kalau mobil ini tadi jadi penyebab kemacetan di sana?"
"Iya sih, tapi gimana dong? Aku kan pengen makan di sana, Lia," jawab Mia yang terdengar lemas.
Tiba-tiba saja mobil yang mereka naiki berhenti. Adelia menghentikan mobilnya di depan suatu warung yang tidak begitu ramai.
"Cepat turun jika mau makan dan aku traktir. Jika tidak mau, tunggu saja di sini. Aku mau makan di tempat itu sekarang," tukas Adelia sambil melepaskan sabuk pengamannya.
Seketika Mia ikut melepaskan sabuk pengamannya. Dia segera turun dari mobil itu mengikuti Adelia yang sudah terlebih dahulu keluar dari mobil tersebut.
"Lia... tunggu!" seru Mia sambil berlari kecil menghampiri Adelia yang sudah beberapa langkah mendahuluinya.
Mereka berdua masuk ke dalam warung makan yang menjual masakan rumahan. Memang tidak banyak pengunjung yang makan di tempat itu, akan tetapi belum tentu juga makanan yang mereka jual tidak sesuai dengan lidah mereka.
Adelia dan Mia duduk di meja paling pojok yang ada di belakang. Mereka memesan makanan yang berbeda sehingga mereka bisa saling mencicipi, sama seperti kebiasaan mereka selama ini.
Selang beberapa menit kemudian, makanan pesanan mereka pun tiba. Tanpa menunggu lama, Adelia mengambil sendok dan garpunya untuk segera memakan makanannya.
"Wait Lia! Tunggu sebentar!" seru Mia sambil mengarahkan kamera ponselnya ke arah makanan mereka yang sudah ditata sejajar olehnya.
Adelia menghela nafasnya sambil menatap heran pada Mia yang masih saja sempat mengambil foto makanan yang akan mereka makan di saat mereka sudah sangat kelaparan.
"Sudah?" tanya Adelia dengan wajah datarnya pada Mia.
Mia tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan Adelia padanya.
"Halo Adelia Sayang... Ternyata kita memang benar- benar jodoh. Makan pun bisa bertemu di sini tanpa sengaja."
Tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang mengalihkan perhatian Adelia dan Mia dari makanan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments