Bibir Adelia melengkung ke atas ketika melihat wajah seorang pemuda tampan dan berpenampilan keren sedang berdiri dan tersenyum padanya. Dia segera beranjak dari duduknya dan merentangkan tangannya ke samping untuk memberikan akses agar pemuda tampan tersebut bisa memeluknya.
Dengan segera pemuda tampan tersebut memeluk Adelia dan tersenyum bahagia seraya berkata,
"Sepertinya kita memang gak bisa terpisahkan."
Adelia mengurai sedikit pelukan mereka. Dia menatap pemuda tampan itu sambil tersenyum manis dan berkata,
"Bukannya memang seperti itu?"
Mereka berdua terkekeh tanpa menghiraukan orang lain di sekitar mereka. Akan tetapi semua pasang mata mengarah pada mereka berdua yang bertingkah layaknya pasangan yang sedang kasmaran.
Mia terpana melihat pemuda tampan tersebut yang terlihat sangat dekat dengan Adelia. Bahkan dia mematung dan hanya melongo sambil menggerak-gerakkan bulu matanya yang lentik melihat betapa romantisnya pemuda itu bersama dengan Adelia.
"Makan siang di sini juga?" tanya Adelia tanpa melepaskan kedua tangannya yang melingkar pada leher si pemuda tampan tersebut.
Pemuda tampan yang berpenampilan keren itu menganggukkan kepalanya. Kemudian dia duduk di kursi dekat Adelia dan menatap Adelia yang masih berdiri sambil tersenyum manis padanya.
Adelia menyipitkan matanya dan membalas tatapan pemuda itu sambil melipat seraya berkata,
"Apaan? Gak usah senyum-senyum gitu deh."
"Traktir aku ya. Aku sudah pesan makanan tadi. Bayarin sekalian," jawab pemuda tersebut sambil tersenyum lebar hingga memperlihatkan lesung pipinya yang sama seperti milik Adelia.
"Ck! Kebiasaan. Harusnya seorang laki-laki yang traktir perempuan. Ini malah kebalik," omel Adelia sambil kembali duduk di kursinya.
Pemuda tersebut merangkul pundak Adelia, tersenyum padanya sembari menaik turunkan alisnya dan berkata,
"Emansipasi wanita, My Princess...."
"Ok My Boy...," tukas Adelia sambil tersenyum pada pemuda tersebut.
Mia masih saja melongo melihat interaksi antara Adelia dengan pemuda tampan tersebut. Dalam hatinya berkata,
Apa laki-laki itu pacarnya Lia? Kenapa sangat tampan sekali? Aku juga mau punya pacar yang seperti itu.
Tiba-tiba datanglah seseorang yang mengantarkan makanan di meja mereka. Makanan tersebut diletakkan oleh orang itu tepat di depan pemuda tampan itu seraya berkata,
"Silahkan dimakan."
"Terima kasih," ucap pemuda tampan tersebut sambil mendekatkan piring itu lebih dekat dengannya.
Mia memperhatikan Adelia dan pemuda tersebut. Dia bahkan tidak berkedip melihat Adelia serta pemuda itu secara bergantian.
Kenapa mereka sangat mirip sekali? Apa mereka memang berjodoh? Lalu, jodohku siapa dong? Apa Tuhan belum mengirimnya untukku? Mia bertanya-tanya dalam hatinya.
Mia seolah lupa jika dirinya sedang makan saat ini. Dia malah asyik memandangi Adelia dan pemuda tersebut seolah dua sejoli yang sedang kasmaran.
"Enak gak?" tanya Adelia pada pemuda tersebut ketika pemuda itu mengunyah makanannya.
Pemuda tersebut mengunyah makanan yang ada di mulutnya dan menelannya. Kemudian dia mengangguk dan berkata,
"Enak. Mau coba?"
Seketika Adelia menganggukkan kepalanya seraya berkata,
"Mau...."
Adelia membuka mulutnya lebar-lebar sehingga pemuda tersebut bisa dengan mudah menyuapinya. Pemuda tersebut terkekeh dan menyuapi Adelia dengan pelan-pelan agar Adelia tidak tersedak.
Setelah itu pemuda tersebut mengusap sudut bibir Adelia yang sedikit belepotan bumbu makanan dengan menggunakan jarinya dan berkata,
"Dasar bocah, selalu saja belepotan."
Adelia menelan makanannya, setelah itu dia menjulurkan lidahnya pada pemuda tersebut untuk mengejeknya. Pemuda tersebut terkekeh dan mencubit gemas hidung Adelia.
Adelia melepaskan tangan pemuda tersebut dari hidungnya. Kemudian dia menyendok makanannya dan mengarahkan pada mulut pemuda tersebut seraya berkata,
"Ini coba makananku."
Pemuda tersebut membuka mulutnya dan menerima suapan dari Adelia. Dia mengunyah makanannya dan menelannya, setelah itu dia berkata,
"Enak. Seperti masakan Nenek."
"Iya benar. Aku tadi juga merasa begitu," tukas Adelia menimpali ucapan pemuda tersebut.
Adelia merasa ada yang melihatnya. Dia menoleh ke arah tersebut. Dia terkesiap ketika melihat Mia, sahabatnya sedang melongo melihatnya.
"Mia, kamu gak makan?" tanya Adelia sambil menatap serius pada Mia.
Sontak saja Mia tersadar. Dia terkesiap mendapati Adelia yang sedang menatap dirinya. Tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan Adelia padanya, dia tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.
Kemudian dia memakan makanannya tanpa melihat ke arah Adelia yang masih memperhatikannya. Dia memakan makanannya dengan lahap seolah tanpa bernafas.
Pemuda tersebut melihat Adelia yang memandang ke arah depannya. Dia mengikuti arah pandang Adelia dan terkesiap melihat seorang perempuan yang sedang makan dengan sangat lahap tanpa melihat ke arah mana pun, seolah dia sedang fokus pada makanannya.
"Mbak, lagi lapar ya? Apa memang doyan?" tanya pemuda tersebut sambil menatap heran pada Mia.
Sontak saja Mia tersedak makanannya. Dia menerima sebuah gelas berisi air putih yang diulurkan oleh seseorang.
Diminumnya air putih tersebut dan melihat ke arah orang yang memberinya.
Byuuur...
Mia menyemprotkan air yang ada dalam mulutnya pada orang yang tepat di hadapannya.
Untung saja Adelia sempat menghindar, sehingga dia tidak terkena serangan air dari mulut sahabatnya itu.
"Kamu apa-apaan sih Mia?" tanya Adelia dengan kesalnya.
"Maaf Lia, aku gak sengaja. Habisnya pacar kamu ini ngagetin," jawab Mia sambil mengusap mulutnya menggunakan tisu yang ada di meja tersebut.
"Hah?! Pacar?" celetuk Adelia sambil mengernyitkan dahinya.
"Iya, Mas yang ganteng itu, pacar kamu, ngagetin aku tadi," jawab Mia dengan entengnya, seolah tanpa sadar ada pemuda tersebut di hadapannya.
Seketika Adelia dan pemuda tersebut saling menatap. Mereka berdua terkekeh mendengar perkataan Mia. Kemudian Adelia merangkul pundak pemuda tersebut sambil berkata,
"Apa menurutmu dia ganteng, Mia?"
Mia kembali terkesiap mendengar pertanyaan dari Adelia. Dia kembali tersadar jika di hadapannya ada seorang pemuda yang sedang menatapnya sambil tersenyum padanya.
"Pilihanmu gak pernah mengecewakan, Lia," jawab Mia sambil mengaduk minumannya, seolah mengalihkan pandangannya dari pemuda tampan tersebut yang masih melihat ke arahnya.
"Apa dia temanmu?" tanya pemuda tersebut sambil menatap Adelia.
Adelia menganggukkan kepalanya seraya berkata,
"Dia sahabatku sejak kuliah."
Kemudian Adelia mendekatkan bibirnya ke telinga pemuda tersebut dan berkata,
"Tapi dia gak pernah main ke rumah. Dia juga gak pernah tau tentang keluargaku."
Pemuda tampan tersebut tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dan berkata,
"Pantas saja...."
Adelia melihat ke arah jam tangan yang melilit di tangan kirinya dan berkata,
"Mia, sepertinya jam makan siang kita segera berakhir. Cepat habiskan makananmu."
"Makananku sudah habis, Lia," ucap Mia sambil memperlihatkan piringnya yang sudah kosong dan tersenyum lebar pada Adelia.
Adelia terkekeh sambil menggelengkan kepalanya tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Pasalnya Mia tadi menolak untuk makan di tempat itu, akan tetapi dia menyantap makanannya dengan sangat lahap dan tanpa bersisa sedikit pun.
"Ayo cabut, Lia," ajak Adelia sambil beranjak dari tempat duduknya.
Mia pun menuruti ajakan Adelia. Dia segera beranjak dari duduknya tanpa berkomentar apa pun.
Pemuda tampan tersebut menghentikan Adelia yang hendak berjalan dengan memegang tangannya seraya berkata,
"Eits... Tunggu Princess Sayang... Aku juga udah selesai. Ayo bayar di kasir."
Mia kembali terkesiap mendengar sebutan yang diberikan pemuda tampan tersebut pada Adelia. Dia berjalan mengikuti di belakang Adelia yang dirangkul pundaknya oleh pemuda tampan itu.
Setelah membayar di kasir, pemuda tampan itu pun mengantarkan Adelia masuk ke dalam mobilnya. Kemudian dia melambaikan tangannya sambil berkata,
"Sampai ketemu nanti di rumah."
"Sampai jumpa pacar...," seru Adelia sambil terkekeh.
Pemuda tampan tersebut pun terkekeh mendengar perkataan Adelia sambil melambaikan tangannya mengiringi kepergian mobil Adelia dari hadapannya.
Mia hanya dia. memperhatikan interaksi Adelia bersama dengan pemuda tampan tersebut ketika berpisah dan mengucapkan salam perpisahan. Dalam hatinya berkata,
Di rumah? Apa mereka tinggal satu rumah tanpa menikah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments