'Jangan pernah menceritakan kisah keluarga bahagia kalian pada seorang anak yang tidak mempunyai keluarga utuh, kalian pasti melihatnya hanya tersenyum padahal dalam hatinya begitu hancur"-riri-can
🌾🌾🌾
Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore dan waktunya sudah sesuai dengan waktu pulang jam kerja.
'Lo beneran nggak mau ikut?" tanya Juna kembali
'Enggak Juna, gue ada urusan penting, lain kali saja" tolak Disha merapikan beberapa barangnya
Beberapa anggota divisi pemeriksaan menatap Disha, ada yang mencemooh ada juga yang maklum karena sekarang Disha sedang sibuk-sibuknya.
Disha pamit pulang terlebih dahulu dari yang lain, motornya ada di parkiran khusus roda dua.
Disha merasa begitu malas untuk pulang ke rumah mewah itu, di rumah itu Disha merasa selalu berhadapan dengan beberapa siluman.
Disha paham bagaimana perasaan mereka saat mama mereka sendiri di selingkuhi oleh ayah mereka sendiri dan parahnya selingkuhannya sudah memiliki anak, tetapi Disha juga korban disini. Seharusnya dia juga marah tetapi mengapa rasanya begitu sulit, Disha merasa jika kesalahan kedua orang tuanya di limpahkan padanya yang sama sekali tidak mengerti apa-apa.
Sesampainya di rumah mewah itu, Disha segera memasukkan motor maticnya ke garasi rumah.
'Pasti mereka sedang makan malam" guman Disha menatap jam yang melingkar di tangannya
'Sebaiknya gue masuk sebentar lagi, takut ganggu keharmonisan keluarga ini" Disha memilih duduk di kursi yang ada di depan rumah
Setengah jam Disha duduk di luar dan sibuk dengan pikirannya tanpa mengetahui jika Duanda membuka pintu rumah.
'Loh? Disha? ngapain kamu duduk disini? apa sudah makan?" tanya Duanda menatap Disha yang kaget
'Ehhh... Disha tadi kelelahan jadi duduk sebentar, dan Disha sudah makan kok tadi bareng teman-teman pa" Disha sengaja berbohong agar Duanda tidak banyak bertanya lagi
Jujur saja melihat Duanda, hati Disha terasa sakit, andai dirinya tidak lahir ke dunia ini pasti dia tidak akan di cemooh.
'Kenapa masih di luar? Ayo masuk sebentar lagi sepertinya akan turun hujan" Duanda menatap Disha dengan tatapan bersalahnya
Duanda mengaku jika dirinya adalah pria yang egois, dulu karena gelap mata dirinya selingkuh dengan seorang wanita malam naasnya hubungan mereka membuahkan hasil yaitu seorang anak yang tidak lain adalah Disha, perselingkuhan itu di ketahui oleh Maria dan mengancam akan bercerai jika Duanda tidak segera meninggalkan selingkuhannya itu, Duanda sangat mencintai Maria sehingga tidak mau Maria meninggalkannya alhasil Duanda meninggalkan Mila yang pada saat itu tengah hamil tua, setelah Disha berusia 5 tahun, Mila menyerahkan Disha pada Duanda.
Kehadiran Disha di biduk rumah tangga Duanda menjadikan bumerang yang begitu besar karena seluruh keluarga Duanda maupun Maria tidak menerima Disha, bahkan mereka sepakat untuk tidak memberikan apapun untuk Disha.
Disha tetap bertahan di rumah itu karena masih membutuhkan tempat berteduh, uang penghasilannya sebagai seorang pelayan di sebuah cafe nyatanya tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari, andai dirinya tidak mendapatkan beasiswa pasti Disha akan tidak bisa bertahan hidup.
'Papa duluan saja, Disha masih mau duduk disini" Disha tersenyum palsu pada Duanda
Senyuman manis Disha begitu menyayat hati Duanda, akibat ke egoisannya dulu seseorang yang tidak tau apa-apa harus menanggung derita yang begitu berat.
'Apa kuliahmu lancar?" tanya Duanda kembali
'Umm... sejauh ini baik-baik saja pa" Disha tidak mau menceritakan penderitanya selama ini pada Duanda karena tidak mau di cap sebagai anak yang manja
'Baiklah papa masuk terlebih dahulu, jangan lama-lama di luar karena cuacanya dingin" Duanda tidak tahan melihat tatapan mata Disha yang selalu terlihat menderita
'Baik pa" balas Disha
Disha menatap langit yang sepertinya akan menurunkan hujan, andai hidupnya tidak penuh lika-liku pasti akan terasa damai.
'Hufff... sebaiknya gue masuk" putus Disha masuk ke dalam rumah
Pagi harinya jam 10 pagi Disha bersiap-siap setelah membantu beberapa pelayan membersihkan rumah.
Hari ini Disha akan melakukan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya di universitas.
Disha sudah mendapatkan surat ijin dari perusahaan bahwasanya dia melakukan bimbingan.
Disha memilih jeans putih dengan sweater rajut berwarna baby pink, kemudian memakai sneaker putihnya.
Penampilannya terlihat sederhana tidak seperti mahasiswa lainnya yang begitu glamor karena Disha sadar tujuannya kuliah bukan unruk pansos melainkan mencari ilmu.
Setelah membawa beberapa buku referensi dan proposalnya Disha segera berangkat menggunakan motor maticnya.
Sekitar 15 menit menempuh perjalanan menggunakan motornya akhirnya Disha sampai di universitas ternama itu.
Disha segera menuju ruang dosen dimana dia dan dosen pembimbingnya melakukan janji temu.
Setelah mengetuk pintu dan di persilahkan masuk akhirnya Disha masuk.
Disha menyerahkan skripsinya dan bersiap-siap menerima masukan dari dosen pembimbingnya.
'Sejauh ini sudah bagus Disha hanya saja jangan menggunakan kata yang berulangkali, lihatlah di bagian ini sudah kamu ketik kata ini dan disini kamu ketik lagi, menurut ibu itu tidak penting, tetapi semuanya sudah bagus tinggal bagian ini saja" dosen pembimbingnya menyerahkan proposal Skripsi Disha yang hampir rampung
'Terimakasih buk" ucap Disha merasa senang karena proposal skripsinya di setujui
'Ngomong-ngomong saat sidang nanti usahakan jangan gugup saat di tanya, okay, untuk hari ini cukup sampai disini, jika masih ada yang kurang di mengerti silahkan japri ibu saja" jelas dosen pembimbingnya
Disha segera pamit setelah skripsinya di setujui oleh dosen pembimbing, tujuannya sekarang adalah perpustakaan karena dia masih membutuhkan beberapa referensi untuk penelitiannya.
Setelah mengisi formulir untuk masuk akhirnya Disha bisa masuk ke dalam.
Perpustakaan itu terlihat sepi bahkan tidak ada orang, Disha merasa jika setiap yang namanya perpustakaan pasti orang-orang malas untuk memasukinya, Disha juga termasuk orang-orang yang malas untuk masuk ke perpustakaan kecuali ada hal yang di butuhkan seperti sekarang.
Disha mengeluarkan laptopnya dan buru-buru mengetik apa yang menurutnya penting.
Disha masih terus mengetik hingga kesadarannya kembali saat perutnya berbunyi.
'Astagaaa! Sampai lupa makan, jam berapa sekarang?" Disha menatap jam tangannya yang sekarang menunjukkan pukul 7 malam
Disha melototkan matanya karena kaget melihat jam itu, pantas saja perutnya berbunyi.
' Ya ampun.... lupa waktu gue gara-gara ngerjain skripsi" guman Disha segera membereskan semua barang-barangnya
Disha menatap sekeliling yang terlihat sunyi, entah kenapa hari ini Disha merasa aneh dengan perpustakaan itu karena beberapa tempat terlihat gelap hanya beberapa saja yang di hidupkan lampunya.
Disha tidak melihat penjaga perpustakaan lagi, biasanya penjaganya masih berjaga hingga jam menunjukkan pukul 8 malam, Disha merasa takut sekarang.
Dengan cepat Disha membuka pintu tetapi pintunya tidak mau terbuka.
'Mati, jangan bilang gue terkunci disini?" Disha kembali mencoba membuka tetapi tidak bisa
'Percuma kamu terus mencoba membukanya, pintunya sudah di kunci dari luar" ucap seseorang tiba-tiba membuat Disha kaget
🌾🌾🌾
Susah juga yaaa berada di semester akhir, author juga pernah terkunci di ruang kelas saat tengah sibuk ngerjain tugas tetapi untungnya saat itu ada anak kuliah malam yang datang sehingga author bisa bebas.
Semoga kalian suka yaa...
riri-can
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments