Justin menerima nya dengan senang hati, setelah itu memeluk Fakhira dengan senyuman mengembang.
"Makasih kakakku sayang."kata Justin.
"Hmm, masih belum selesai?"tanya Fakhira.
"Belum, emangnya kenapa?"tanya Justin.
"Kaka mau pulang sekarang."jawab Fakhira.
"Bentar lagi lah ka, tanggung aku udah pesen mie. Tuh liat aku antri dari tadi, sekarang baru bisa pesen."kata Justin.
"Makan di rumah."kata Fakhira yang membuat Justin mengangguk senang.
"Sore ka Jihan."sapa Fadlan kepada Fakhira.
"Sore Fadlan."
"Ka Jihan makin hari makin cantik aja deh, mau ga ka Jihan nikah sama bang Fadli?"tanya Fadlan dengan tersenyum manis.
"Kenapa sama Akram? Kalo yang mujinya kamu." kata Fakhira.
"Ya kan, aku masih kecil loh ka. Lagian kan aku ga ada niatan buat punya satu istri, minimal ya lima atau tujuh lah."kata Fadlan dengan tak tau malunya.
"Emang kamu banyak uang?"tanya Fakhira sambil menyembunyikan tawanya di balik kerudung.
"Yaaaa, itu dia. Kan ada bang Fadli tingal minta, nanti juga di kasih."jawab Fadlan.
Fakhira menggelengkan kepalanya, Akram melihat ke arah Fakhira. Dari tadi ia hanya menyimak saja.
"Kaa, aku udah beres. Ayo pulang, Fadlan, bang, Justin duluan yah."kata Justin yang di angguki Fadlan dan Akram.
"Bang?"
"Apa?"
"Mau jajan bang."
"Tinggal beli."
"Duitnya?"tanya Fadlan sambil menyodorkan tangannya ke arah Akram yang menatapnya datar.
"Bukannya yang tadi pagi masih ada."kata Akram.
"Ga ada bang, tadi aku beli jajan 70rb sisanya di tabungkan."kata Fadlan.
"Yaudah mau beli apa?"tanya Akram.
"Mauu, sebenarnya aku ga mau apa-apa sih bang."
"Terus?"tanya Akram bingung.
"Aku cuma mau ice cream, es cincau, es cendol. Martabak telor, mie pedes, chicken, sama batagor."
"Bilangnya ga mau apa-apa, tapi apa sekarang ha? Makanan apa yang sebenarnya ga kamu mau?"tanya Akram kesal.
"Loh bang, mau ke mana? Aku kan belum jajan bang."Fadlan menyusul Akram berjalan menuju mobilnya.
"Bang! Aku belum beli apa-apa ishh."
"Hmm, beli bahannya aja nanti abang yang buatin."
"Janji yang bang?"tanya Fadlan dengan mata berbinar.
"Iyaaa."jawab Akram dengan santai.
Mereka pulang bersama, Fadlan langsung berjalan menuju dapur dengan semangat. Akram yang melihatnya hanya menggeleng kepala.
"Asik, masakan bang fadli aku datang."kata Fadlan sambil menyusun bahan-bahan yang telah di belinya tadi.
"Mandi dulu de."
"Iya bang."
Akram memasuki kamarnya, ia juga langsung membersihkan dirinya setelah itu keluar menuju dapur untuk memasak. Masakan Akram memang tak pantas untuk di ragukan, setiap bahan yang di olahnya akan menjadi makanan yang layak makan, tentunya dengan rasa yang sangat enak.
"Loh, kamu ko udah duduk aja sih."kata Akram heran saat melihat Fadlan yang telah duduk di kursi meja makan, padahal ia lebih dulu memasuki kamarnya.
"Iya."kata Fadlan dengan tersenyum tipis.
Akram akan mulai memasak, ia telah memisahkan bahan-bahan yang diperlukan. Ia akan membuat makanan dengan porsi yang sedang, hampir satu jam Akram sudah menyelesaikan masakannya.
"Ayo makan." Fadlan mengangguk.
"Tunggu, berdo'a dulu. Tegakkan punggung mu, jangan menyender pada kursi."kata Akram.
Fadlan tersenyum malu, karena terlalu semangat. Ia sampai akan lupa untuk berdo'a sebelum makan.
"Bang biar aku aja yang nyuci piringnya."kata Fadlan setelah mereka selesai makan.
"Kamu ada tugas?"tanya Akram.
"Ada bang."jawab Fadlan.
"Kerjain sana, ini biar sama abang aja. Abis ini kita siap-siap pergi ke mesjid."Fadlan mengangguk dan pergi menuju kamarnya.
"Bang."kata Fadlan setelah mereka pulang dari mesjid, Akram meliriknya sekilas.
"Apa?"tanya Akram.
"Abang nga ada kerjaan?"tanya Fadlan.
"Ada."jawab Akram.
"Loh ko pergi ke mesjid."kata Fadlan heran.
"Menurutmu?"tanya Akram acuh.
"Eum,ga tau."jawab Fadlan.
"Bang."kata Fadlan.
"Apa?"tanya Akram yang mulai jengah.
"Aku ga usah bawa lagi motor ke sekolah deh."
"Loh kenapa?"tanya Akram heran.
"Kan ada abang yang bisa antar jemput."jawab Fadlan polos.
"Kamu pikir abang supir kamu apa!"
"Ya kan minta tolong bang."kata Fadlan.
"Minta tolong sih boleh, tapi kalo kelebihan. Tolong tau diri."kata Akram kesal.
"Humm, padahal kan minta tolong."gumam Fadlan.
"Bang."kata Fadlan.
"Apa?"tanya Akram kesal.
"Ayah sama bunda kapan ke sini?"
"Nanti kalo nikahan nona Fakhira."jawab Akram dengan lesu, Fadlan menepuk-nepuk punggungnya.
"Sabar ya bang, bentar lagi juga ayah sama bunda bakalan datang."kata Fadlan pelan, Akram mengangguk. Ia sedih bukan karena menunggu ayah dan bundanya, tapi ia sedih saat harus mendengar kabar pahit itu lagi.
"Bang."kata Fadlan.
"Apa?"tanya Akram dengan kesalnya.
"Emosi abang akhir-akhir ini naik turun deh, kadang baik banget, kadang suka marah-marah ga jelas, terus gampang keselan, gampang ke singgung."
Akram terdiam ia baru sadar ternyata emosi nya benar-benar terlihat, Akram menghela nafasnya panjang.
"Bang."kata Fadlan.
"Apa sih!! Dari tadi kamu nanya mulu deh."kata Akram kesal.
"I-itu bang."tunjuk Fadlan pada mahluk putih yang terdapat di jalan belokan menuju rumah.
"Po-pocong?"tanya Akram terkejut, Fadlan memegang erat baju Akram.
"Ga usah takut tinggal baca ayat kursi, kalo beneran pocong pasti langsung hilang. Tapi kalo pocongnya masih stand by di sana, fiks. Dia orang yang suka ngeprank orang-orang yang lewat."kata Akram.
Mereka berjalan dan mendekat ke arah pocong itu, karena tak ada jalan lain makanya mereka lewat sama. Tepat di depan sama Akram tersenyum sini, setelah membaca ayat kursi begitupun dengan Fadlan. Setelah selesai mereka membuka matanya, dan bom, pocongnya masih ada di sana. Tanpa pikir panjang Akram langsung berlari meninggalkan Fadlan.
"Abang, hiks. Tunggu aku."Fadlan berlari kencang menyusul Akram, Akram masih berlari dengan terkejut.
"Aku pikir orang lagi ngeprank ternyata beneran pocong."gumam Akram, bruk. Akram tak sengaja menabrak seorang bapak-bapak.
"Aduh, maaf pa. Saya ga sengaja."kata Akram.
"Iya, kalo gitu bapa duluan."
"Bapa mau ke mana ya, kalo boleh tau?"tanya Akram penasaran, karena di belakangnya terdapat bapak-bapak yang lain.
"Itu tetangga sebelah ada yang meninggal, kalo gitu bapa duluan."jawab bapa itu yang membuat Akram mematung.
"Abang kenapa ningalin aku sih."kata Fadlan terengah-engah, Akram langsung menarik Fadlan.
"Ada yang meninggal de."kata Akram setelah sampai di dalam rumah.
"Masa sih, waduh mana malam Jum'at Kliwon lagi."
"Makannya buruan tidur."kata Akram.
"Tidur sama abang."kata Fadlan.
"Gaa! Enak aja. Tidur sendiri."Akram berjalan menuju kamarnya, Fadlan langsung menyusul dan memasuki kamar Akram.
"Ga mau, pokonya selama satu minggu aku tidur sama abang."kata Fadlan dengan memaksa.
"Terserah." Malam mereka pun di lalui dengan tidur bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments