"Abanggg, aku nebeng yah ke sekolah."teriak Fadlan, Arkam menutup telinga nya dengan mata terpejam.
"Kamu jangan teriak-teriak!! Abang kan cuma beberapa langkah dari tempat kamu."omel Arkam, Fadlan memang tinggal bersama Arkam. Arkam tak memberikan nya izin jika Fadlan tinggal di apartemen sendirian.
"Hehe, maafin. Abisnya sih abang kalo di panggil pelan suka ga nyaut ."kata Fadlan dengan terkekeh pelan, Arkam menatapnya datar.
"Ayo bang."Arkam menarik baju Fadlan saat ia akan keluar dari rumahnya, Fadlan menatap Arkam bingung saat Arkam memberinya uang merah tiga lembar.
"Apa nih bang? buat jajan aku?"tanya Fadlan dengan senang.
"Ga, ini buat ongkos kamu ke sekolah. Abang sibuk kamu berangkat sendiri aja."jawab Arkam.
"Loh, ya nga bisa gitu dong bang. Aku ga mau ya naik bis apalagi angkutan umum."kata Fadlan sinis.
"Kenapa ga mau?"tanya Akram heran.
"Ckk, abang gimana sih. Aku kan ganteng banget, kalo nanti aku telat datang ke sekolah karena di kerumuni cewek gimana? Kan ga estetik bang." jawab Fadlan dengan bersungguh-sungguh.
"Percaya diri sekali kamu."kata Arkam sinis. Fadlan mengambil uang dengan kasar setelah itu berlari keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Arkam.
Arkam menatapnya malas, ia langsung mengunci pintu setelah itu keluar menuju mobilnya yang telah terparkir. Ceklek, pintu mobil terbuka.
"Astagfirullah."Arkam memegang dadanya dengan terkejut.
"Hehe, terkejut ya bang?"tanya Fadlan yang ternyata sudah berada di dalam mobil, Arkam mengusap wajahnya.
"Turun!!"
"Ga mau bang."
"Turun Fadlan!!"
"Ga mau!!"
Arkam membuka pintu belakang mobilnya setelah itu menarik Fadlan, Fadlan berbalik dan memeluk kursi mobil dengan erat. Arkam menarik kali Fadlan, Fadlan melihat ke arah Arkam dengan mata berkaca-kaca.
"Ckk, di depan sana turun."Arkam memasuki mobilnya lalu menjalankan nya, Fadlan tersenyum manis setelah itu kembali serius.
"Nga bang, pokonya anterin aku ke sekolah."
"Gaa. Jalan aja, lagian cuma berapa ribu cm sih."
"Ckk, kali ini aja bang. Yahh, plis."
"Gaa! Kali ini-kali ini. Dulu juga bilangnya gitu, lagian kan kita ga searah."
"Ayolah bang, sebentar doang."
"Gaa."
"Fadlan bilangin bunda lohh."Fadlan mengancam Arkam, Arkam berdecak kesal terpaksa ia harus mengantarkan adik nakalnya ke sekolah.
Fadlan menyodorkan tangannya pada Arkam setelah sampai di depan gerbang sekolah, Arkam menerimanya. Cup, Arkam membulatkan matanya saat Fadlan mencium pipinya.
"Fadlan!!"tekan Arkam dengan marah, ia langsung menggosok pipinya dengan tisu basah, Fadlan berlari ke dalam sekolah.
"Pipi abang tambah berisi, aku suka." Arkam memukul setirnya dengan tersenyum menahan amarah.
"Argh, ya Allah kenapa sih ngasih aku adik modelannya kaya Fadlan. Untung aku orangnya sabar, jadi masih ada kesempatan untuk Fadlan tinggal bersamaku sebelum ku tendang keluar." gumam Arkam sambil menjalankan mobilnya.
Hal yang tak jauh berbeda pun di alami oleh Fakhira, Fakhira menatap tajam sang adik yang telah membangunkan nya dengan tak sabar.
"Pagi kakakku tersayang, gimana nyenyak ga tidur nya?"tanya Justin yang baru sampai di meja makan.
"Menurutmu?"tanya balik Fakhira dingin.
"Ya jelas, engga lah. Hahaha,umhh." Justin membulatkan matanya saat sebuah roti menutupi mulutnya.
"Mulut kamu kalo ga di sumpel ga bakalan diem."
Justin menguyah rotinya, setelah selesai ia langsung berkata kepada ayahnya yang baru saja ikut bergabung bersama mereka.
"Ayah, liat kaka udah aniayanya aku."ucap Justin dengan mata berkaca-kaca, Bagas menyipitkan matanya ke arah Fakhira.
"Kaka? Minta maaf sama adik."kata Bagas, Fakhira memutar bola matanya malas, gini nih kalo anak sama bapak udah satu jalan.
"Ngapain orang yang ga salah minta maaf."kata Fakhira, Justin menatap Bagas penuh harap.
"Ka kamu itu sebagai seorang kaka harus mengalah sama adik."Fakhira menghiraukan Bagas yang sedang berceramah, membahas hal yang sudah di bahas sebelumnya. Fakhira tersenyum tipis setelah melihat ke datanggan Kayla yaitu ibunya.
"Ayah, sekali kali anak nakal harus di beri pelajaran. Contohnya usir dari rumah selama satu tahun"
"Kaka!"tekan Bagas, Fakhira segera mengubah ekspresi setelah Kayla mendekat.
"Bunda, ayah galak!"kata Fakhira dengan ekspresi wajah ketakutan, Kayla membulatkan matanya setelah itu memelototi Bagas.
"Ayah!!"
"Iya bunda?"tanya Bagas dengan canggung.
"Kamu apain anak bunda?"
"Ga di apa-apain bunda."jawab Bagas dengan was-was, Fakhira kembali menyakinkan Kayla.
"Bohong bunda, tadi-tadi ayah-"
"Sutt, udah jangan di lanjutin." Kayla menepuk-nepuk punggung Fakhira.
"Ayah?"tanya Kayla meminta penjelasan.
"Ayah ga ngapa-ngapain kaka, coba aja tanya sama adek."jawab Bagas sambil mengedipkan matanya beberapa kali pada Justin.
"Ia bunda." Bagas mengusap dadanya, namun ia langsung membulatkan matanya setelah mendengar ucapan Justin selanjutnya.
"Tadi ayah, udah nindas kaka. Adik ga bisa bantu soalnya adik ga mau ngelawan orang tua."kata Justin dengan penuh sesal.
"Penghianat."lirih Bagas dengan kecewa.
"Ayah?"tanya Kayla dengan kesal.
"Bukan aku bunda."jawab Bagas dengan ragu-ragu
"Tidur di luar."Kayla duduk sambil mengambil roti.
"Apa? Ga bisa gitu dong bunda."kaget bagas.
"Yeay, akhirnya. Nanti malem bunda tidur sama adik yah? Xixi udah lama banget ga tidur sambil peluk bunda."kata Justin dengan semangat.
"Kamu!! Selain penghianat kamu juga ternyata menusuk ayah dari belakang."kata Bagas dengan kesal.
"Ayah, adik ga bermaksud seperti itu. Adik hanya kasihan sama bunda kalo harus tidur sendiri, makanya adik dengan sukarela menawarkan diri." kata Justin yang membuat jiwa ke posesif pan Bagas semakin menjadi.
"Pergi sana, ternyata bener kata kaka mu. Anak nakal seperti mu harus di beri pelajaran."Bagas mendekati Kayla setelah itu memeluk nya dari belakang.
Membuat Fakhira dan Justin mengalihkan pandangannya dengan kesal, sarapan pagi di rumah mereka pun segera di mulai.
Di kantor, Akram berjalan menuju ruangannya. Ceklek pintu terbuka, ternyata belum ada siapa-siapa di dalamnya. Akram berjalan ke arah meja kerjanya ia langsung bekerja.
Ceklek, seorang gadis cantik memakai gamis berwarna hitam biru yang lengkap dengan memakai sarung tangan dan kaus kakinya memasuki ruangan, namun baru tiga langkah ia berhenti.
"Apa Orlin belum datang?"
"Belum nona Fakhira."
"Baiklah saya akan menunggu di luar."
Akram menghela nafasnya, kapan ia bisa bebas dekat dengan Fakhira tanpa adanya batasan. Tanpa ada jarak di antaranya, tanpa ada halangan yang membuatnya seperti sesosok asing.
"Bu Orlin juga kemana yah."batin Akram.
Beberapa menit berlalu akhirnya Orlin datang, ia masuk bersama dengan Fakhira. Akram melihat ke arah Fakhira selama dua detik setelah itu menunduk kan pandangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments