Tujuh Tahun Kemudian..
Di lain pihak, seorang Aaron merasa frustrasi. Karena sampai selama tujuh tahun terakhir ini belum berhasil menemukan sosok gadis, yang sudah dia renggut kesuciannya. Bahkan dia juga kehilangan jejaknya, yang ikut menghilang bagai ditelan bumi.
"Argh! Siapa sebenarnya sosok Audrey Camilla itu? Mengapa dia bisa menghilang dalam sekejap, bagai butiran debu yang terhempas badai? Dimana sebenarnya keberadaan gadis itu? Dan apa yang telah terjadi setelah malam itu kepadanya?"
Begitu banyak pertanyaan yang terlintas di pikiran seorang Aaron Vincent. Bahkan, hingga saat ini, dia masih melajang. Karena terakhir kali dia berhubungan dengan seorang wanita, dia hanya berhubungan dengan sosok seorang gadis yang bernama Audrey.
Yang hingga saat ini pula, menjadikan hidupnya bagai diombang-ambingkan oleh sosok gadis misterius itu.
"Huh! Benar-benar bisa gil* aku kalau terus begini. Dengan cara apa lagi, aku mencari gadis misterius itu?" keluh Aaron sambil mengacak-acak rambutnya.
Akhirnya Aaron memutuskan untuk keluar dari kantornya untuk mencari udara segar. Kepalanya terasa hampir meledak, bahkan dia juga hampir gil*. Karena selalu gagal dalam melakukan penyelidikan, kepada sosok gadis misterius itu.
"Tolong, cancel jadwal Saya hari ini sampai jam makan siang nanti! Karena Saya ingin pergi sebentar." titah Aaron kepada sang sekretaris.
"Baik, Pak. Tetapi nanti jam 2 kita ada rapat dengan Wijaya Group di Resto Nirwana." ucap sang sekretaris kepada Aaron.
"Baiklah. Setelah makan siang, Saya akan kembali ke kantor." ujarnya sambil berjalan kemudian berlalu meninggalkan sang sekretaris di meja kerjanya.
***
Di sepanjang perjalanan, Aaron mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hingga akhir dia tiba di sebuah taman kota, lalu dia pun memutuskan untuk berhenti di taman itu untuk sejenak.
Entah mengapa, hatinya tergerak dan ingin sekali untuk mengunjungi taman itu. Bahkan, sebelumnya dia lebih menyukai bar sebagai pelampiasan rasa bersalahnya, daripada menikmati keindahan alam disekitarnya.
Tap...
Tap...
Tap...
Kini langkah kaki panjang disertai suara sepatu pantofel pria formal itu, terdengar sangat pelan. Saat ini Aaron menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di taman itu.
Brugh!
Argh!
"Hiks... Hiks... Hiks... Sakit. Mommy! Cimmy jatuh!" teriak gadis kecil disela tangisnya.
Tanpa sengaja, gadis kecil itu berlari dan menabrak Aaron yang sedang berdiri di samping anak tangga.
Aaron pun terkejut, dia pun langsung menghampiri gadis kecil itu, dan membantunya untuk bangun dan menuntunnya ke sebuah bangku yang berada di taman tersebut.
Saat melihat dengan jelas wajah gadis kecil itu, Aaron pun terkejut dengan bola mata yang membulat sempurna. Karena saat itu, dia seperti melihat dirinya di masa kecil, mereka bagai pinang terbelah dua.
'Astaga! Mengapa gadis kecil ini sangat mirip sekali denganku? Siapa sebenarnya gadis kecil itu?' batin Aaron.
"Hiks... Hiks... Hiks... Mommy? Sakit, Mom!" rintih gadis kecil itu sambil terus memanggil Ibunya.
Saat sang gadis kecil itu terus memanggil Ibunya, tiba-tiba muncul seorang wanita yang masih terlihat muda sambil membawa beberapa barang ditangannya.
"Astaga! Cimmy? kamu kenapa, Sayang?" tanya wanita muda sambil menghampiri sang gadis kecil.
Sedangkan Aaron hanya terdiam, sambil menatap lekat wajah wanita asing dan sang gadis kecil, yang berada tepat di hadapannya.
"Maaf, Bu. Apa ini putrinya?" tanya Aaron kepada wanita asing itu.
Saat sang wanita mendongakkan kepalanya, tiba-tiba dia pun terjengkang ke belakang, ketika melihat sosok yang berada di depannya.
Ya, wanita itu adalah Audrey Camilla. Dia memutuskan untuk kembali ke kota, tempat dimana seharusnya dia berada. Akan tetapi keberadaannya saat ini belum diketahui oleh orangtua maupun sahabat-sahabatnya.
Audrey pun terperangah saat melihat sosok yang dulu membuat hidupnya hancur, bahkan dia harus pergi meninggalkan rumah, agar dia bisa merawat putrinya. Bahkan selama tujuh tahun, dia harus menahan rasa rindu kepada orang-orang terkasihnya.
"Maaf, Bu. Apa Anda tidak apa-apa?" tanya Aaron lagi.
Kini Audrey langsung menetralkan kembali pandangannya kepada Aaron. Sosok yang selama ini dia benci, harus dia temui di kota yang sama dengannya saat ini.
"Iya, Pak. Dia putri Saya." jawab Audrey dengan suara datar.
"Oh, maaf kalau begitu. Tadi dia tidak sengaja menabrak Saya, sehingga dia terjatuh dan kakinya juga terluka." ujar Aaron, menjelaskan perihal yang terjadi kepada sang gadis kecil.
"Tidak apa-apa. Terimakasih sudah menolong putri Saya. Kalau begitu, Saya permisi! Karena Saya harus segera pergi sekarang." ujar Audrey sambil menggendong putri kesayangannya.
Saat Audrey hendak melangkahkan kakinya, Aaron pun memanggil dan menghampirinya.
"Tunggu!"
"Apa perlu Saya mengantar putri Anda untuk berobat?" tanya Aaron, sambil berbasa-basi.
Dengan sopan Audrey pun menolak tawaran Aaron.
"Maaf, Pak. Bukannya Saya menolak tawaran baik dari Anda, Saya rasa tidak perlu. Karena ini hanya luka kecil, jadi biarkan Saya sendiri yang mengobati luka putri Saya." tolak Audrey dengan sopan.
Aaron pun tertegun dengan penolakan Audrey. Biasanya setiap wanita tidak pernah sekalipun menolaknya, bahkan mereka akan senang hati menerima tawaran seorang Aaron.
"Baiklah. Em, kalau Saya menawarkan diri untuk mengantarkan Anda, apakah Anda juga akan menolaknya?" tanya Aaron dengan penuh harap.
Sesaat Audrey pun terdiam sambil menimbang-nimbang penawaran Aaron. Akan tetapi saat dia teringat kembali, saat malapetaka itu terjadi. Audrey pun kembali menolak tawaran dari Aaron.
"Mohon maaf sekali lagi, Pak. Saya tidak bisa menerima tawaran seorang pria asing. Karena Saya pernah mengalami kejadian yang benar-benar sangat buruk, saat Saya bertemu dengan orang asing. Mohon maaf dan terimakasih sebelumnya." ujar Audrey dengan seulas senyum tipis.
Degh!
Ucapan Audrey baru saja membuat Aaron tertegun kembali. Karena dia menjadi teringat dengan kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia terbangun dari tidurnya. Dia yang berada di kamar asing, dan juga dia menemukan bercak darah. Tetapi anehnya, dia tidak menemukan sosok gadis itu, hingga tujuh tahun ini.
Akan tetapi, dia menaruh rasa curiga kepada gadis kecil yang sangat mirip dengannya. Bahkan Ibunya juga mengatakan jika dia pernah mengalami kejadian yang sangat buruk dengan pria asing.
Di situlah Aaron semakin yakin. Bahwa sosok wanita asing itu adalah orang yang dia cari, selama tujuh tahun belakangan ini. Dan sosok gadis kecil itu, dia yakini adalah benih yang dia tanam di dalam rahim wanita itu.
Dengan cepat dia pun menghubungi detektif profesional, yang saat ini menjadi kaki tangan kanannya. Dia adalah Rider Vanderson .
"Hallo?"
".........."
"Tolong kamu cari informasi tentang seorang gadis kecil dan Ibunya. Fotonya sudah Saya kirimkan. Saya ingin informasi itu secepatnya! Jika bisa, hari ini juga Saya akan menunggunya." titah Aaron dengan tegas.
"..........."
Tut...
Tut...
Tut...
Setelah mendengar jawaban dari asisten pribadinya, Aaron pun langsung memutuskan panggilan tersebut.
Ya, Aaron diam-diam telah mengambil foto gadis kecil dan Ibunya tadi. Bahkan bukan hanya satu, tapi beberapa. Meskipun foto itu tidak terlalu jelas, tetapi dia bisa mengingat dengan jelas wajah mereka.
"Aku yakin. Kamulah orang yang selama ini aku cari. Kita tunggu saja, Sayang. Jika semua informasi sudah aku dapatkan, dan ternyata kamulah orang itu. Maka aku tidak akan pernah melepaskanmu dan putri kita." gumam Aaron sambil menyeringai.
"Aku akan berusaha untuk mendapatkan mu dan memiliki mu kembali, Sayang." gumam Aaron lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Bu ning Bengkel
rasanya ingin menangis kalau bertemu orang yg di cari bersama lagi...... lanjut......
2024-02-20
0