hari minggu

Hari Minggu yang tenang, Rey memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar sambil memainkan gitar dan bernyanyi. Dia merasa senang bisa menghabiskan waktu dengan musik kesukaannya dan mengekspresikan perasaannya lewat lagu.

Rey duduk di tepi tempat tidur, memegang gitar kesayangannya, dan mulai memetik senar dengan lembut. Dia memainkan lagu favoritnya dan bernyanyi dengan penuh semangat. Di tengah-tengah lagu, dia teringat pada Lizza dan merasa sedih karena tidak bisa menghabiskan waktu bersamanya saat ini.

Rey memutuskan untuk menulis lagu baru tentang perasaannya terhadap Lizza. Dia mengambil secarik kertas dan mulai menulis lirik sambil memainkan gitar. Walaupun masih belum selesai, Rey merasa senang dan bersemangat dengan ide barunya.

Tiba-tiba, ibu Rey datang memanggilnya untuk makan siang. Rey menghentikan permainan gitarnya dan segera merapikan kamarnya. Dia kemudian pergi ke dapur untuk makan siang bersama keluarganya.

Setelah makan siang, Rey kembali ke kamarnya dan melanjutkan permainan gitarnya. Dia merasa senang dan rileks saat memainkan musik dan bernyanyi. Hari Minggu yang tenang dan damai membuatnya merasa bahagia dan santai.

Rey sedang duduk di kamarnya, memainkan gitarnya dengan fokus dan suara merdu yang mengalun dari jari-jarinya. Namun tiba-tiba, ponselnya berdering, dan Rey melihat panggilan masuk dari salah satu temannya.

"Siapa itu ya?" gumam Rey sambil menatap layar ponselnya. "Oh, itu Rio."

Rey menekan tombol untuk menjawab panggilan tersebut. "Halo, Rio. Ada apa?" tanya Rey.

"Bro, kita mau nongkrong di kafe dekat sini. Lu ikut gak?" ajak Rio.

Rey menggaruk kepalanya, sedikit ragu. "Hmm, sebentar ya. Gue lagi asik main gitar nih."

"Oke, oke. Gak masalah. Kita tunggu lu di sana aja," kata Rio.

Rey menyetujui ajakan tersebut dan mematikan gitar serta meletakkannya di tempatnya yang semula. Ia bangkit dari kursi dan berjalan menuju lemari untuk mengambil jaketnya. Setelah itu, ia bergegas keluar dari kamar dan meninggalkan rumahnya.

Beberapa saat kemudian, Rey tiba di kafe yang dijanjikan. Ia melihat teman-temannya sedang duduk-duduk di sudut kafe sambil menyeruput minuman.

"Bro, akhirnya datang juga," sapa Rio ketika melihat Rey.

Rey tersenyum dan bergabung dengan teman-temannya. Mereka mulai bercerita dan tertawa-tawa, mengobrol tentang berbagai hal seperti sekolah, musik, dan perempuan.

Namun, meskipun Rey bersenang-senang bersama teman-temannya, tetap saja suara gitarnya dan lagu yang sedang ia mainkan masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ia tahu bahwa ia akan kembali ke kamarnya untuk melanjutkan permainannya setelah nongkrong ini selesai.

Rey dan teman-temannya sedang asyik mengobrol di sebuah kafe ketika tiba-tiba Rey merasa ada yang menatapnya dari kejauhan. Saat melihat ke arah sumber tatapan, Rey terkejut ketika melihat mantan pacarnya sedang duduk sendirian di meja seberang.

Rey merasa canggung dan sedikit trauma karena hubungan yang buruk di masa lalu dengan mantan pacarnya. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang dan tidak memperlihatkan perasaannya pada teman-temannya.

Saat mantan pacarnya melihat ke arah Rey, ia tersenyum dan melambai-lambaikan tangannya. Rey hanya menganggukkan kepala dan tersenyum kecil sebagai balasan. Ia tidak ingin mengobrol atau bertemu dengannya lagi setelah hubungan yang buruk di masa lalu.

Rey kemudian memutuskan untuk mengakhiri obrolan dengan teman-temannya dan keluar dari kafe. Namun, saat ia berdiri, mantan pacarnya tiba-tiba bangkit dan berjalan ke arahnya.

"Rey, bolehkah aku bicara denganmu sebentar?" tanyanya dengan lembut.

Rey menggelengkan kepalanya, tetapi mantan pacarnya terus meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia buat di masa lalu. Rey langsung keluar dari kafe setelah melihat mantan pacarnya bahkan untuk mendengar suaranya pun hatinya sudah terasa sakit. Kemudian Rey berjalan dengan langkah cepat dan merasakan detak jantungnya semakin cepat. Setelah beberapa saat, dia berhenti dan duduk di sebuah taman kecil di pinggir jalan. Dia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan dirinya.

Rey merasa jengah dan agak lelah, sehingga tanpa sadar dia mengeluarkan satu batang rokok dari kantong celananya.

Dalam hati Rey tahu bahwa rokok bukanlah solusi atas masalahnya, namun dia merasa sedikit tenang setelah menyalakan rokok tersebut. Dia menghirup nikotin yang membuatnya merasa sedikit rileks, sambil memikirkan kejadian di kafe tadi.

Rey tahu bahwa bertemu dengan mantan pacar bisa memicu perasaan lama yang terpendam, terutama setelah mengalami hubungan yang berakhir buruk. Tapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa terus-terusan menghindar dari masa lalunya.

Sambil menikmati rokoknya, Rey memutuskan untuk merenung dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan terus maju dan tidak terjebak di masa lalunya. Ia membuang sisa rokok dan melanjutkan perjalanannya, bersiap untuk menghadapi hari esok.

Ketika akan meninggalkan taman kecil yang berada dipinggir jalan, Rey berjalan menuju motor miliknya dan mencari kunci yang tergeletak di saku jaketnya. Ia mencoba untuk mengalihkan perasaannya yang tidak enak dengan memainkan kunci-kunci di tangannya.

Namun, semakin ia berjalan menuju motornya, semakin perasaannya tidak enak. Ia merasa terbebani dengan kejadian tadi di kafe, bertemu dengan mantan pacarnya yang membuatnya agak trauma dengan cinta.

Rey merasa sedih dan kesal pada dirinya sendiri karena telah membiarkan masa lalu menghantuinya. Ia merenung sejenak, menghirup udara malam dan berpikir tentang bagaimana caranya untuk melupakan kenangan buruk tersebut.

Tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang keras menekan dadanya. Ia melihat rokok yang ada di kantong jaketnya dan tanpa berpikir panjang, Rey mengambil satu batang rokok dan menyalakannya.

Saat merokok, Rey merasa ada kelegaan yang datang, meski hanya sesaat. Ia terus mengendarai motornya untuk pulang ke rumahnya, sambil merokok dan memikirkan tentang masa lalunya yang terus menghantuinya.

Sampai di rumah, Rey langsung masuk ke kamarnya dan rebahan di tempat tidur. Ia merenung dan berpikir tentang hidupnya yang belum sepenuhnya bahagia.

Ia tahu bahwa ia harus mengatasi rasa trauma yang masih mengganggunya dan melupakan kenangan buruk bersama mantan pacarnya itu. Rey memutuskan untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidupnya, seperti teman-temannya yang selalu ada untuknya dan cita-citanya untuk menjadi seorang musisi yang sukses.

Rey terbaring di atas kasur dengan perasaan yang tidak enak setelah bertemu mantan pacarnya di kafe tadi. Ia merasa lega setelah mengeluarkan satu batang rokok dan merokok sejenak untuk menghilangkan rasa gelisahnya. Setelah selesai merokok, Rey membuka ponselnya dan melihat ada pesan dari Lizza.

"Hey, Rey. Apa kabar?" tulis Lizza di dalam pesan singkatnya.

Rey tersenyum melihat pesan dari Lizza. Ia langsung membalas pesan itu, "Hai Lizza, aku baik-baik saja. Kamu sendiri gimana?"

Lizza segera membalas pesan Rey, "Aku juga baik-baik saja, Rey. Kamu tadi ke mana?"

Rey ragu untuk menjawab pertanyaan Lizza, tapi akhirnya ia memutuskan untuk jujur, "Aku tadi ke kafe dan ketemu mantan pacarku."

Lizza terdiam sejenak, tapi kemudian ia memberikan dukungan pada Rey, "Jangan khawatir, Rey. Kamu pasti bisa mengatasi rasa tidak enakmu itu."

Rey merasa terharu dengan dukungan yang diberikan oleh Lizza. Ia merasa lega dan bisa melupakan kejadian di kafe tadi. "Terima kasih, Lizza. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik," jawab Rey.

Setelah mengobrol sebentar dengan Lizza, Rey merasa lebih baik. Ia menutup ponselnya dan memejamkan matanya. Perlahan tapi pasti, perasaannya yang tidak enak mulai menghilang dan ia mulai merasa tenang. Akhirnya, Rey bisa tertidur dengan nyenyak di atas kasurnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!