Bab 2 Sekolah

Rey: "Tenang aja guys, jangan terlalu emosi. Kita harus menyelesaikan ini dengan cara yang baik-baik."

Teman Rey: "Gimana bisa tenang, mereka kan yang mulai duluan ngeganggu kita."

Rey: "Ya, tapi kalau kita balas nanti jadi makin parah. Coba kita pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini tanpa harus bertindak kasar."

Teman Rey: "Tapi gimana caranya?"

Rey: "Kita bisa minta bantuan pihak sekolah dan polisi untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau kita bertindak sendiri bisa berbahaya."

Teman Rey: "Baiklah, kita coba ajukan ke sekolah dulu."

Lizza: "Ternyata Rey punya ide yang baik. Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan caranya yang benar."

Cessa: "Iya, kita harus menghindari tindakan yang kasar dan berbahaya."

Seyla: "Aku setuju, kita harus minta bantuan pihak yang berwajib untuk menyelesaikan masalah ini."

Rey: "Terima kasih teman-teman, aku jadi lebih tenang karena kalian mendukungku."

Rey merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut, terutama karena ia merasa bahwa dirinya dan teman-temannya lah yang memicu masalah tersebut. Meskipun teman-temannya terbawa emosi dan dipengaruhi oleh pihak sekolah lain, Rey tetap berusaha untuk menenangkan mereka dan mencari solusi yang tepat.

Rey memutuskan untuk berbicara dengan pihak sekolah lain dan mencari jalan keluar yang baik bagi kedua belah pihak. Ia juga berusaha untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada teman-temannya agar mereka tidak terus terbawa emosi dan membuat situasi semakin buruk.

Dalam proses menyelesaikan masalah ini, Rey belajar untuk menjadi lebih sabar dan bijaksana. Ia juga belajar untuk memahami perspektif orang lain dan mencari solusi yang baik bagi semua pihak yang terlibat.

Pada akhirnya, dengan usaha keras Rey, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan konflik yang lebih besar. Rey dan teman-temannya juga belajar dari pengalaman ini untuk lebih bijaksana dalam bertindak di masa depan.

Lizza melihat situasi semakin memanas, dia merasa khawatir dan mencoba membantu Rey dan teman-temannya.

"Lizza, kamu kenapa ikut campur? Ini urusan kita sendiri," kata salah satu teman Rey.

"Lagipula, kamu kan cewek, jangan ikut-ikutan berantem. Biarin kami yang urusin," kata teman Rey yang lain.

Lizza tidak gentar dengan kata-kata mereka. "Saya tidak ingin melihat ada kekerasan atau pertumpahan darah di sekolah ini. Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik dan damai."

Rey tersenyum pada Lizza, "Terima kasih sudah membantu, Lizza. Kamu sangat berbeda dari yang lain."

"Kamu berbeda dari mereka, Rey. Kamu punya hati yang baik dan peduli pada orang lain," jawab Lizza.

Akhirnya, Rey dan teman-temannya bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut dengan berbicara secara baik-baik dengan pihak sekolah lain. Tidak ada kekerasan atau pertumpahan darah yang terjadi.

Setelah semua selesai, Rey mengucapkan terima kasih kepada Lizza, "Terima kasih, Lizza. Tanpa bantuanmu, mungkin masalah ini tidak akan selesai dengan damai."

Lizza hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu berterima kasih, Rey. Ini bukan hanya tentang kamu atau teman-temanmu, tapi juga tentang keselamatan semua orang di sekolah ini."

Rey mengangguk setuju, "Kamu benar, Lizza. Kamu selalu berpikir tentang orang lain. Saya senang bisa berteman denganmu."

Lizza hanya tersenyum dan berkata, "Sama-sama, Rey."

Ketika Lizza sedang dirumah ibunya mengajak Lizza untuk membuat kue, Lizza dengan senang hati membantu ibunya membuat kue. Mereka memulai dengan mencampurkan bahan-bahan dan adonan kue.

Ibu Lizza: "Lizza, bisa tolong aduk adonan ini? Aku mau siapkan loyang."

Lizza: "Baik ibu."

Lizza dengan hati-hati mengaduk adonan kue tersebut. Ia berusaha agar adonan kue tercampur merata dan tidak ada gumpalan yang terbentuk.

Ibu Lizza: "Kamu pintar sekali memasak, Lizza. Di mana kamu belajar memasak seperti ini?"

Lizza: "Aku belajar dari ibu dan nenekku, ibu."

Ibu Lizza: "Ah, nenekmu memang pandai masak. Aku masih ingat rasanya masakan yang dibuat nenekmu dulu."

Lizza: "Iya, ibu. Aku juga selalu merindukan masakan nenek."

Mereka berdua tersenyum. Beberapa menit kemudian, adonan kue siap untuk dipanggang. Mereka memasukkan loyang ke dalam oven dan menunggu kue matang.

Setelah beberapa menit, aroma wangi kue mulai tercium di seluruh rumah. Lizza dan ibunya pun mengeluarkan kue dari oven dan membiarkannya dingin.

Ibu Lizza: "Lizza, tolong dekorasi kue ini ya. Kamu bisa menggunakan hiasan kue yang ada di sini."

Lizza: "Baik ibu."

Lizza mulai menghias kue dengan berbagai macam hiasan seperti buah-buahan dan krim kocok. Setelah selesai, mereka berdua mencicipi kue yang mereka buat bersama.

Ibu Lizza: "Enak sekali kue ini, Lizza. Terima kasih sudah membantu ibu membuatnya."

Lizza: "Sama-sama, ibu. Aku senang bisa membantu."

Mereka berdua tersenyum. Akhirnya, hari itu berakhir dengan penuh kebahagiaan dan kebersamaan.

Lizza duduk di meja belajarnya dan membuka buku pelajaran. Namun, matanya mulai terasa berat karena kurang tidur semalam. Dia memutuskan untuk istirahat sejenak sambil membuka aplikasi pesan singkat di ponselnya.

Tak lama kemudian, ia melihat pesan dari Rey. Isi pesan itu meminta maaf atas perilaku teman-temannya pada hari sebelumnya dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Lizza dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Lizza merasa lega dan tersenyum membaca pesan itu. Dia pun membalas pesan Rey, memberikan dukungan dan mengatakan bahwa dia selalu siap membantu teman-temannya jika ada masalah.

Setelah selesai membalas pesan, Lizza kembali ke buku pelajarannya. Walaupun masih merasa sedikit mengantuk, dia memutuskan untuk fokus belajar agar bisa mendapatkan nilai yang baik di sekolah.

Lizza merasa sangat panik ketika melihat jam di kamarnya menunjukkan pukul 7:30 pagi. Dia segera bangun dari tempat tidurnya, mencuci muka dan menggosok gigi dengan cepat, lalu mengenakan seragam sekolahnya.

Lizza lalu berlari ke dapur untuk sarapan, tetapi sayangnya ibunya sudah pergi kerja dan tidak ada makanan yang tersedia di dapur. Lizza merasa sedih dan khawatir akan terlambat ke sekolah.

Tiba-tiba, Lizza teringat bahwa Rey selalu membawa bekal ke sekolah. Dia pun memutuskan untuk menghubungi Rey dan meminta tolong.

Setelah beberapa kali mencoba menghubungi Rey, akhirnya Rey menjawab panggilan telepon Lizza. Lizza dengan cepat meminta bantuan Rey untuk memberinya makanan atau meminjamkan bekalnya.

Rey yang awalnya terkejut dengan panggilan Lizza, segera memenuhi permintaannya dan mengatakan bahwa dia akan membawa bekalnya ke sekolah Lizza dan menemuinya di gerbang sekolah.

Lizza sangat bersyukur karena Rey membantunya dan membawa bekal ke sekolah. Ketika mereka bertemu di gerbang sekolah, Lizza sangat senang dan mengucapkan terima kasih kepada Rey.

Dari kejadian tersebut, Lizza merasa bahwa Rey adalah teman yang sangat baik dan peduli terhadapnya. Dia merasa beruntung memiliki teman seperti Rey di sekolah.

Ketika jam istirahat tiba, Lizza sedang duduk sendirian di sudut kantin sambil memakan bekalnya. Tiba-tiba, Rey datang menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

Rey: Hai, Lizza. Apa kabar?

Lizza: Hai, Rey. Baik-baik saja. Terima kasih untuk makanannya tadi.

Rey: Sama-sama. Kamu suka?

Lizza: Iya, enak sekali.

Rey: Baguslah. Kamu sendirian di sini?

Lizza: Iya, sekarang aku sudah selesai makan. Teman-temanku sudah pergi.

Rey: Aku bisa bergabung denganmu?

Lizza: Tentu saja.

Mereka berdua melanjutkan makan siang mereka sambil bercakap-cakap. Rey bertanya tentang pelajaran di sekolah dan hobi Lizza. Lizza pun menceritakan tentang kegemarannya dalam membaca buku dan menulis cerita.

Rey: Kamu pasti pandai menulis, ya?

Lizza: Ah, tidak juga. Aku hanya menulis cerita untuk hobi saja.

Rey: Bagus, bagus. Aku suka orang yang kreatif. Aku sendiri tidak terlalu pandai dalam menulis.

Lizza: Apa hobimu, Rey?

Rey: Aku suka main bola dan mendengarkan musik.

Lizza: Oh, itu menarik. Aku tidak terlalu pandai bermain bola, tapi aku suka mendengarkan musik juga.

Rey: Kita punya kesamaan, ya. Mungkin suatu saat kita bisa mendengarkan musik bersama-sama.

Lizza: Siapa tahu.

Mereka berdua terus bercakap-cakap sampai waktu istirahat habis. Lizza merasa senang bisa berbicara dengan Rey tanpa merasa canggung. Tapi di dalam hatinya, ia masih merasa was-was dengan sikap Rey yang pernah nakal dan bertengkar dengan orang lain.

*****

Di hari Senin, saat jam pelajaran sedang berlangsung, terdengar pengumuman dari pengeras suara bahwa ada murid baru yang akan bergabung di kelas mereka. Rey dan Lizza merasa penasaran dan tak sabar menunggu murid baru tersebut datang.

Beberapa saat kemudian, pintu kelas terbuka dan masuklah seorang murid baru laki-laki. Dia terlihat tampan dan menarik perhatian banyak orang di kelas, termasuk Lizza. Rey merasa cemburu dan takut bila Lizza tertarik pada murid baru tersebut.

Selama pelajaran, Lizza terus memperhatikan si anak baru yang duduk di depannya . Walaupun dia mencoba untuk fokus pada pelajaran, pikirannya sering kali melayang dan teralihkan ke arah si anak baru yang sedang duduk didepannya

Rey yang duduk di belakang Lizza, juga memperhatikan perilaku Lizza yang sedikit berbeda dari biasanya. Dia merasa cemburu dan khawatir bahwa Lizza tertarik pada si anak baru.

Setelah pelajaran selesai, si anak baru memperkenalkan diri sebagai Adam kepada teman-teman sekelasnya. Dia terlihat santai dan mudah bergaul, sehingga cepat diterima oleh teman-temannya.

Lizza juga mencoba untuk mengobrol dengan Adam dan bertanya tentang dirinya. Rey melihat dari jauh dan merasa sedikit cemburu, tetapi dia mencoba untuk tidak menunjukkannya.

Setelah pelajaran berakhir, Rey dan Lizza berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Rey akhirnya memutuskan untuk mengajak bicara Lizza mengenai perasaannya.

"Maaf kalau aku terlihat cemburu tadi," ujar Rey. "Aku tahu kita hanya teman, tapi aku tidak ingin kehilanganmu."

Lizza tersenyum lembut dan menepuk pundak Rey. "Kamu tidak perlu khawatir, Rey. Kita hanya teman, dan aku senang menjadi temanmu"

Rey merasa lega mendengar jawaban Lizza. Dia merasa lebih percaya diri dan bahagia karena Lizza masih mempertahankan persahabatan mereka.

Saat pulang sekolah Rey kembali mengajak Lizza untuk pulang bareng namun Lizza menolak ajakan itu Rey merasa kecewa saat Lizza menolak ajakannya untuk pulang bersama. Namun, dia memutuskan untuk tidak memaksakan kehendaknya dan sendiri pulang ke rumah.

Rey: "Lizza, kenapa kamu tidak mau pulang bareng aku?"

Lizza: "Maaf, Rey. Ibu sudah datang menjemputku"

Rey: "Oh, begitu ya. Baiklah, hati-hati di jalan ya, Lizza."

Lizza: "Iya, terima kasih. Sampai jumpa besok di sekolah."

Rey: "Sampai jumpa besok."

Sesampainya di rumah, Rey merenungkan tentang perasaannya pada Lizza. Dia menyadari bahwa dia sudah lama menyukai Lizza dan ingin mengungkapkan perasaannya padanya. Namun, dia takut jika Lizza tidak merespons perasaannya.

Di lain sisi, Lizza masih terus memikirkan anak baru tersebut. Dia merasa tertarik pada pria tampan itu dan ingin mengenalnya lebih jauh. Namun, dia juga merasa bingung karena sebelumnya dia sudah merasa nyaman dengan Rey.

Keesokan harinya, Rey dan Lizza bertemu di sekolah. Rey mencoba mengobrol dengan Lizza, tapi Lizza terlihat agak cuek.

Rey merasa sedih dan kecewa mendengarnya, tapi dia mencoba tetap berteman dengan Lizza. Dia berharap Lizza akan melihat bahwa dia adalah orang yang selalu ada untuknya, dan tidak hanya karena tampilan fisik.

Sementara itu, Lizza merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia merasa terdorong untuk mengenal anak baru tersebut, tapi dia juga merasa nyaman dengan Rey. Dia bertanya-tanya apakah dia harus memilih satu dari keduanya, atau apakah dia bisa mempertahankan kedua hubungan tersebut.

Ketika jam pelajaran pertama dimulai kelas lizza diperintahkan untuk mengerjakan tugas nya secara berkelompok, ketika kelompok sudah dibuat oleh Bu guru

Lizza merasa senang karena bisa berada di satu kelompok dengan Adam, dan Rey merasa cemburu melihat itu. Ketika mereka sedang mengerjakan tugas, Rey mencoba untuk mendekati Lizza.

Rey: "Lizza, boleh aku ikut membantu mengerjakan tugas kalian?"

Lizza: "Maaf Rey, kelompokku sudah terisi penuh. Tapi tenang saja, kamu pasti bisa menyelesaikan tugasmu sendiri dengan baik."

Rey: "Tapi Lizza, aku bisa membantu kalian. Aku punya banyak ide yang mungkin bisa membantu kelompokmu."

Lizza: "Terima kasih Rey, tapi aku sudah yakin dengan kemampuan kelompokku. Jangan khawatir, kamu pasti juga bisa menyelesaikan tugas kelompokmu dengan baik."

Rey merasa sedikit kecewa, tetapi ia juga mengerti bahwa Lizza harus memprioritaskan kelompoknya terlebih dahulu. Ia pun kembali ke tempat duduknya dan mencoba untuk fokus mengerjakan tugas sendiri.

Lizza agak gugup bekerja dengan Adam karena ia masih belum mengenalnya dengan baik. Namun, Adam terlihat sangat antusias dan pandai dalam mengerjakan tugas kelompok.

Beberapa hari kemudian, saat sedang istirahat di kantin, Lizza sedang makan siang bersama teman-temannya ketika Adam tiba-tiba duduk di meja mereka.

"Bolehkah saya bergabung dengan kalian?" tanya Adam sambil tersenyum ramah.

Lizza merasa sedikit gugup dengan kehadiran Adam, tetapi ia merasa senang karena akhirnya dapat mengenalnya lebih baik. Mereka semua setuju, dan Adam bergabung dengan mereka.

Saat berbincang-bincang, Lizza semakin terkesan dengan kepribadian Adam. Ia pandai bercerita dan memiliki banyak pengalaman menarik yang ia bagikan dengan mereka.

Ketika tiba waktunya untuk pulang, Adam bertanya apakah ia bisa pulang bersama Lizza.

"Bolehkah aku ikut pulang bersamamu?" tanya Adam dengan sopan.

Lizza merasa sedikit gugup, tapi ia tidak ingin terlihat kasar. Jadi, ia setuju. Lizza naik dimotornya Adam mereka bersama pulang ke rumah Lizza.

Di perjalanan pulang, mereka terus berbincang-bincang dan tertawa bersama. Lizza merasa nyaman dan senang berada di dekat Adam.

Setibanya di rumah, Lizza mengucapkan terima kasih kepada Adam karena telah menemaninya pulang.

"Terima kasih sudah menemaniku pulang, Adam," ucap Lizza sambil tersenyum.

"Sama-sama, Lizza. Aku senang bisa berbicara denganmu. Kita bisa berbicara lagi nanti," balas Adam.

Setelah itu, mereka berpisah dan masing-masing pergi ke rumah mereka. Lizza merasa senang dan gugup karena pertemuan itu, dan ia tidak sabar untuk bertemu dengan Adam lagi.

Keesokan harinya, Rey bertemu dengan Lizza di sekolah dan menyadari bahwa Lizza pulang bersama dengan Adam. Rey merasa cemburu dan khawatir bahwa Lizza mungkin tertarik pada Adam.

Rey: Hai Lizza, kamu kemarin pulang bareng siapa?

Lizza: Oh, aku pulang bareng Adam. Kami satu kelompok untuk tugas pelajaran.

Rey: Oh, begitu ya. Bagaimana rasanya bekerja sama dengannya?

Lizza: Sebenarnya dia cukup baik dan pandai dalam pelajaran, jadi kami bisa menyelesaikan tugas dengan cepat.

Rey: oh begitu.

Lizza: Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Rey. Dia hanya teman sekelompok saja.

Rey: Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin pastikan bahwa semuanya baik-baik saja antara kita.

Lizza: Tentu saja, semuanya baik-baik saja. Kamu bisa percaya padaku.

Rey merasa lega mendengar itu dan ia memutuskan untuk tidak khawatir lagi tentang Adam. Meskipun sebenarnya ia tidak rela bila Lizza semakin hari menjadi semakin dekat dengan Adam si anak baru itu.

Ketika jam istirahat tiba, Rey mengajak Lizza ke kantin untuk makan bersama, namun Lizza ternyata sudah diundang oleh Adam untuk makan bersama. Rey merasa kecewa dan kesal karena merasa Lizza lebih memilih bergaul dengan anak baru tersebut daripada bersama teman-temannya yang sudah lama.

Rey: "Lizza, kenapa kamu makan bareng sama Adam? Bukannya tadi aku udah ajak kamu ke kantin?"

Lizza: "Maaf Rey, Adam udah duluan ngajak aku. Dia kan masih baru, jadi aku nggak mau nolak ajakannya."

Rey: "Tapi aku kan udah duluan ngajak kamu. Kamu pikir aku seneng-seneng aja ngajak kamu?"

Lizza: "Maaf ya, Rey. Nggak ada maksud buat bikin kamu kesel. Besok aku makan bareng sama kamu aja ya."

Rey: "Iya, udah deh. Tapi jangan kebiasaan makan sama Adam terus. Kita kan udah temenan lama."

Lizza: "Oke, nggak akan kebiasaan kok. Tenang aja."

Rey melihat Lizza dan Adam sedang duduk bersama dan tertawa-tawa. Rey merasa kesal karena dia merasa Lizza terlalu asyik dengan Adam dan tidak lagi memperdulikan dirinya. Namun, dia memutuskan untuk menenangkan diri dan tidak menunjukkan kemarahannya kepada Lizza.

Setelah Lizza dan Adam pergi, Rey menghabiskan sisa istirahatnya dengan duduk sendirian di kantin. Dia berusaha untuk tidak memikirkan hal tersebut dan fokus pada tugas-tugas sekolahnya. Namun, tetap saja perasaan cemburu terus mengganggunya.

Setelah istirahat berakhir, Rey kembali ke kelas dan berusaha untuk memfokuskan pikirannya pada pelajaran yang sedang diajarkan. Namun, ketika pelajaran selesai, Rey tidak sabar untuk segera menemui Lizza dan membicarakan apa yang dia lihat di kantin tadi.

Ketika berjalan menuju kelas lizza melihat Rey sendirian Rey merasa kesal dan tidak nyaman dengan ulah siswi perempuan yang mencoba mengambil hatinya. Ia memutuskan untuk berjalan cepat ke kelas, tetapi siswi itu terus mengikuti dan menggodanya. Lizza yang melihat kejadian tersebut, langsung berdiri di depan Rey dan memberikan peringatan pada siswi perempuan tersebut.

Lizza: "Hei, kenapa kamu mengganggu Rey? Tolong jangan mengganggu lagi ya!"

Siswi: "Eh, ngapain sih Lo ikut campur? Aku kan cuma ingin dekat dengan Rey."

Rey: "Tidak perlu terlalu nge-push diri kamu seperti itu. Aku tidak tertarik."

Siswi: "Tapi aku bisa membuat kamu tertarik, tunggu saja."

Rey: "Tidak perlu, aku sudah punya pacar."

Setelah mendengar jawaban Rey, siswi itu akhirnya pergi dengan rasa kecewa. Lizza dan Rey kemudian pergi ke kelas dan melanjutkan kegiatan mereka seperti biasa. Rey merasa senang bahwa Lizza selalu memperhatikan dan melindunginya.

Ketika dikelas Rey selalu saja melihat pemandangan yang membuat hatinya kesal dengan kesabarannya yang sudah memudar akhirnya Rey mulai menghantam pipi Adam Ketika Rey dan Adam berantem di kelas, guru mereka segera memisahkan mereka dan memanggil orangtua mereka untuk menyelesaikan masalah ini. Lizza merasa sangat terganggu dengan situasi ini dan mencoba untuk menenangkan keadaan dengan cara meminta maaf pada keduanya dan menegur mereka untuk tidak berkelahi lagi.

Rey mulai merasa tidak nyaman dengan kehadiran Adam dan keberadaannya dekat dengan Lizza. Setiap kali melihat Lizza berbicara atau tertawa dengan Adam, perasaan cemburu Rey semakin memuncak. Dia mulai merasa insecure dan khawatir Lizza akan meninggalkannya untuk Adam.

Rey mencoba untuk mengabaikan perasaannya, namun semakin lama semakin sulit untuk menahan perasaannya. Suatu hari, Rey memutuskan untuk berbicara dengan Lizza tentang perasaannya terhadap Adam.

"Sudah beberapa hari ini aku merasa cemburu dengan Adam," ucap Rey pelan saat mereka sedang berada di kantin sekolah.

Lizza terkejut mendengarnya. "Cemburu? Kenapa?" tanya Lizza.

"Aku khawatir kamu akan lebih suka berteman dengan Adam daripada aku," jelas Rey dengan jujur.

Lizza tersenyum lembut. "Kamu tidak perlu khawatir tentang itu, Rey. Kamu adalah teman terbaikku, dan aku tidak akan meninggalkanmu untuk orang lain."

Rey merasa lega mendengar itu. Dia tahu sekarang bahwa dia tidak perlu merasa insecure lagi, karena Lizza sudah memberikan jaminan tentang perasaannya.

"Makasih, Lizza. Kamu selalu bisa membuatku merasa lebih baik," ucap Rey sambil tersenyum.

Lizza tersenyum balik. "Kita ini sahabat, Rey. Selalu bisa mengandalkan satu sama lain."

Lizza merasa tidak enak hati setelah adanya pertengkaran antara Rey dan Adam di kelas. Namun, Rey tetap memaksa untuk pulang bersama-sama. Ketika berjalan pulang, suasana terasa canggung dan hening di antara keduanya.

Rey akhirnya memutuskan untuk meminta maaf atas tindakannya di kelas tadi. "Lizza, maaf ya tadi aku sempat berantem sama Adam. Aku nggak tahan liat dia terus deketin kamu," ucap Rey sambil menggenggam tangan Lizza.

Lizza merasa tersentuh dengan permintaan maaf Rey. "Enggak apa-apa Rey, aku juga minta maaf kalau tadi ada salahku. Aku nggak maksud bikin kamu kesal," balas Lizza dengan senyum.

Setelah itu, suasana menjadi lebih tenang dan mereka berdua mulai berbincang-bincang tentang pelajaran dan kegiatan di sekolah. Rey juga bercerita tentang hobi barunya yaitu bermain alat musik dan mengajak Lizza untuk datang ke rumahnya untuk mendengarkan dia bermain musik.

Lizza merasa senang dengan ajakan Rey dan akhirnya mereka pun berpisah dengan senyum dan rasa lega setelah menyudahi hari yang canggung tersebut.

Ketika baru saja sampai dihalaman rumahnya Lizza terkejut mendapatkan pesan dari Seyla dan merasa tidak menyangka bahwa Adam mempunyai perasaan lebih terhadapnya. Lizza kemudian mulai merenung dan merasa bingung

Lizza turun dari motor yang mengantarnya pulang, ia merasakan kebingungan yang tak terbendung. Ia masih belum bisa memahami perasaannya terhadap Adam, dan bagaimana Rey akan merespons hal ini. Lizza berjalan menuju pintu gerbang rumahnya sambil merenungkan masalah yang ia hadapi.

Setelah membuka pintu gerbang, Lizza langsung menuju pintu utama rumahnya. Ia membuka pintunya dan terlihat ibunya sedang sibuk di dapur memasak makanan. Lizza langsung bergegas menuju dapur dan memeluk ibunya dari belakang.

"Ibu, Lizza pulang," ucapnya dengan lembut.

"Oh, Lizza sayang. Ibu senang kamu sudah pulang," kata ibunya sambil tersenyum.

Lizza merasakan kehangatan dalam pelukan ibunya. Ia merasa lega dan nyaman berada di pelukan sang ibu. Tapi, tiba-tiba saja Lizza teringat tentang Adam dan Rey.

Ibunya melihat wajah Lizza yang tampak sedih, "Ada apa, sayang?"

Lizza menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa, ibu. Aku hanya sedikit lelah saja."

"Mungkin kamu butuh istirahat. Sudah makan siang?" tanya ibunya.

Lizza mengangguk dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Setelah itu, Lizza duduk di ruang makan dan mulai makan siang. Tapi, pikirannya terus saja melayang pada masalah yang belum terselesaikan.

Setelah makan siang, Lizza kembali ke kamarnya. Ia berbaring di atas tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamar. Ia merenungkan lagi tentang Adam dan Rey, lalu teringat pesan dari Seyla tentang perasaan Adam padanya. Lizza semakin bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka. Ibunya masuk dan duduk di samping Lizza.

"Apa yang sedang dipikirkan, sayang?" tanya ibunya.

Lizza terdiam sejenak, lalu ia mulai menceritakan tentang masalahnya dengan Adam dan Rey. Ibunya mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa nasihat yang baik.

"Ingat, sayang. Kita harus memilih orang yang membuat kita bahagia dan nyaman. Jangan sampai terjebak dalam situasi yang merugikan dirimu sendiri," kata ibunya sambil memeluk Lizza.

Lizza tersenyum, "Terima kasih, ibu. Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang."

Dengan berani, Lizza memutuskan untuk mengambil langkah yang tepat. Ia memutuskan untuk meminta maaf pada Rey karena telah menyakiti perasaannya dan menyatakan bahwa dirinya hanya memandang Adam sebagai teman. Akhirnya, Lizza merasa lega dan tenang setelah mengambil keputusan tersebut.

Setelah Lizza sampai di rumahnya, ia masuk ke dapur dan mulai mencari bahan untuk membuat camilan. Dia menemukan beberapa bahan untuk membuat kue coklat, termasuk coklat batangan, tepung, gula, dan mentega.

Lizza mulai mencairkan coklat batangan dengan cara melelehkan di atas panci yang diletakkan di atas kompor. Setelah coklat batangan mencair, Lizza menambahkan mentega dan gula ke dalam panci dan mencampurnya dengan coklat yang sudah mencair.

Kemudian, Lizza menambahkan tepung ke dalam campuran coklat dan aduk sampai tercampur rata. Setelah adonan siap, Lizza menyiapkan loyang dan menyiraminya dengan sedikit minyak agar adonan tidak lengket.

Lizza menaruh adonan coklat ke dalam loyang dan memasukkannya ke dalam oven. Dia menunggu sekitar 20 menit sampai kue coklat matang dan mengeluarkan aroma yang harum.

Setelah kue coklat matang, Lizza mengeluarkannya dari oven dan membiarkannya dingin sebentar. Setelah kue coklat cukup dingin, Lizza memotongnya menjadi potongan kecil dan menempatkannya di atas piring.

Lizza merasa puas dengan hasil kue coklat yang ia buat dan memutuskan untuk mengirimkan foto kue tersebut ke Rey. Dia kemudian mengirim pesan kepada Rey, "Lihat, aku membuat kue coklat! Kamu harus mencobanya nanti!"

Rey merespons dengan senyum dan membalas, "Tentu saja, aku pasti akan mencobanya. Kamu memang pandai membuat camilan, Lizza."

Lizza tersenyum, merasa senang bahwa Rey menghargai kue coklat yang ia buat. Ia kemudian memutuskan untuk menikmati kue coklat bersama keluarganya, merasa senang dan bangga atas kreasi yang ia buat.

Lizza dan keluarganya sedang duduk di ruang keluarga, menikmati tayangan televisi. Televisi menampilkan film komedi yang cukup menghibur, sehingga seluruh anggota keluarga tertawa bahagia. Lizza merasa senang bisa bersama-sama dengan keluarganya seperti ini.

Tiba-tiba, Lizza teringat akan camilan kue coklat yang baru saja ia buat. "Mama, Papa, gimana kalau kita makan camilan kue coklat yang tadi aku bikin?" tanya Lizza sambil tersenyum.

Kedua orangtuanya sepakat dan dengan cepat, Lizza berlari ke dapur untuk mengambil kue coklatnya. Ketika Lizza kembali ke ruang keluarga, ia membawa sebuah nampan dengan kue coklat segar yang masih hangat.

Keluarga Lizza mulai memakan camilan kue coklat tersebut sambil tetap menikmati tayangan televisi. "Enak sekali Lizza, kamu memang pandai membuat kue ya," puji ibunya sambil tersenyum.

Lizza merasa bangga dan senang bisa membuat camilan kue coklat yang disukai oleh keluarganya. Ia terus berusaha untuk menjadi lebih baik dalam membuat kue, dan ingin suatu hari nanti dapat membuka sebuah toko kue sendiri.

Sambil menikmati kue coklat tersebut, keluarga Lizza bersenang-senang dan menikmati waktu bersama-sama di rumah. Itu menjadi malam yang menyenangkan bagi mereka.

Waktu sudah malam ibu menyuruh lizza untuk beristirahat karena besok kembali bersekolah, Lizza mengangguk mengiyakan permintaan ibunya dan bergegas menuju kamar. Sesampainya di kamar, Lizza segera mempersiapkan diri untuk tidur.

(Lizza masuk ke dalam kamar dan menyalakan lampu. Dia melihat ponselnya dan melihat pesan dari Seyla dan Adam pesan yang pertama ia buka adalah dari Seyla.)

Namun, sebelum ia benar-benar tertidur, ia memutuskan untuk membuka aplikasi chatting di ponselnya untuk melihat pesan dari teman-temannya.

Lizza melihat beberapa pesan dari Seyla, yang menanyakan bagaimana keadaannya hari ini dan cerita tentang anak baru di sekolah. Lizza membalas pesan Seyla dan menceritakan tentang Adam, anak baru yang duduk di sebelahnya dan ditempatkannya dalam kelompok untuk tugas sekolah.

Lizza juga menceritakan tentang Rey, temannya yang sudah lama dikenalnya dan menjadi sahabatnya. Namun, ia merasa bahwa Rey semakin cemburu terhadap Adam, yang mendekatinya belakangan ini.

Seyla pun memberikan beberapa saran kepada Lizza dan mengatakan bahwa ia harus memikirkan perasaannya terhadap Rey dan Adam dengan matang, serta memperhatikan perasaan mereka juga agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Kemudian setelah membalas pesan dari Seyla, Lizza membuka obrolan pesan dari Adam.

Adam: Lizza, maafkan aku kalau aku mengganggu hari-harimu. Saya tahu Rey dan saya saling berkompetisi, tapi aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman.

Lizza: Tidak apa-apa kok, Adam. Saya mengerti. Tapi, apakah kamu memang menyukai saya?

Adam: Iya, Lizza. Aku menyukaimu sejak pertama kali bertemu. Tapi, aku tidak ingin membuat situasi tidak nyaman untukmu.

Lizza: Aku mengerti, Adam. Terima kasih sudah jujur.

(Lizza tersenyum dan mematikan lampu. Dia terus

memikirkan percakapan itu sebelum akhirnya tertidur.)

Mendapatkan saran dari Seyla, Lizza merasa lega dan tenang untuk bisa tidur. Ia mematikan lampu dan memejamkan mata, berharap bisa tidur dengan nyenyak dan merasa segar ketika bangun di pagi hari.

Waktu sudah pagi Lizza bangun lebih awal Lizza memutuskan untuk membuat pancake untuk sarapan paginya. Dia menyalakan kompor dan mulai mengocok adonan pancake. Setelah adonan selesai, dia mulai menggoreng pancake di atas wajan. Sementara pancake sedang digoreng, Lizza membuat segelas jus jeruk segar untuk menemani sarapan paginya.

Setelah pancake selesai digoreng, Lizza menata pancake di atas piring dan menuangkan sirup maple di atasnya. Dia kemudian membawa pancake dan jus jeruk ke meja makan dan mulai menikmati sarapannya.

Tiba-tiba, ibu Lizza masuk ke ruang makan dan melihat Lizza sedang sarapan sendiri. "Kamu sudah bangun lebih awal dari biasanya ya, sayang?" tanya ibu Lizza.

"Iya, Bu. Aku ingin membuat sarapan sendiri hari ini," jawab Lizza sambil tersenyum.

"Iya, aku lihat kamu membuat pancake. Kamu pasti belajar dari Seyla, kan?" tanya ibu Lizza.

"Iya, Bu. Seyla sering membuat pancake untuk sarapannya, dan aku ingin mencoba membuatnya sendiri," jawab Lizza.

"Iya, kamu pintar belajar memasak. Kamu bisa memasak makanan yang enak untuk keluarga kita suatu saat nanti," kata ibu Lizza dengan bangga.

Lizza tersenyum bahagia mendengar pujian dari ibunya. Dia merasa senang bisa membuat sarapan sendiri dan membuat ibunya bangga. Setelah sarapan, Lizza bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

Lizza terkejut melihat Rey sudah ada di depan rumahnya dengan motor sport yang terlihat keren. "Rey, kok kamu tahu aku mau berangkat?" tanya Lizza heran.

"Aku bisa nebak, kamu pasti mau berangkat ke sekolah kan?" jawab Rey sambil tersenyum.

Lizza hanya bisa mengangguk, dan tanpa membuang waktu ia pun segera naik ke motor sport Rey. Sesampainya di sekolah, Lizza dan Rey langsung menuju ke kelas mereka. Tiba-tiba, Lizza teringat sesuatu dan bertanya kepada Rey, "Rey, kamu beneran nggak tahu kalo aku mau berangkat tadi pagi?"

Rey menggelengkan kepalanya, "Nggak. Aku hanya ingin mengajakmu berangkat bareng. Apa ada masalah dengan itu?"

Lizza tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak ada masalah. Terima kasih sudah mengajakku, Rey."

Rey hanya tersenyum dan membalas ucapan terima kasih Lizza. Mereka berjalan menuju ke kelas sambil bercerita tentang rencana mereka untuk liburan nanti. Hari itu berjalan dengan baik bagi Lizza, ia merasa senang bisa berangkat sekolah bareng dengan Rey menggunakan motor sportnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!