Bab 3

"****!!!,, Kenapa kalian begitu bodoh!!", umpat Amer pada anak buahnya. "Maaf tuan, tapi wajah orang itu mirip Husen!!", lirih Will asisten Amer. "CK!!", kesal Amer, "Terus sekarang kau sudah tahu keberadaan Husen?". Will menggeleng. "Kita kira dia Husen maka dari itu kita hendak menghabisinya, tapi tuan mudah datang, kita di suruh pergi", cicit Will. Amer menghela nafas panjang. Begitu bodohnya dia telah membunuh orang yang tidak bersalah. semenjak menjadi mafia Amer hanya membunuh orang yang bersalah itu pun jika orang itu sudah fatal perbuatannya. "Siapa yang menyuruhmu membunuh? bukankah kau tahu aku tidak perna menyuruh membunuh?". Titah amer. "Maaf tuan, tuan Tom yang menyuruh kita membunuh Husen". Will semakin takut. Amer memang seorang mafia besar di Itali. dia terkenal dengan strategi melumpuhkan lawan dengan trik yang handal, bukan di bunuh tapi mereka di tangkap di jadikan tawanan dan untuk mengorek informasi tentang klan-klan musuhnya.

Amer geram pada Husen karna dia telah di tipu dan memanipulasi keadaan sehingga klan yang di pimpinnya mendapat serangan dadakan dari klan Brid. Amer menyuruh anak buahnya mencari Husen dan menangkapnya bukan untuk di bunuh melainkan akan dia jadikan tawanan. Tapi saat Amer ada urusan pekerjaan di Singapura, Tom sudah lebih dulu mengetahui keberadaan Husen dan dia menyuruh anak buah Amer membunuh Husen. tapi mereka telah salah bahkan yang di bunuh bukanlah Husen tapi kembarannya.

Tok.. Tok.. Tok..

"ADA APA??". Geram Amer pada ART.

"Maaf tuan ada tuan mudah di depan?". Jawab ART menunduk. Amer menghela nafas panjang. Amer meninggalkan Will dan temannya di ruang kerjanya dia menemui Aslan yang sedang menunggunya.

Aslan duduk menatap lukisan serigala yang terpajang di dinding mension papanya. Jujur memang Aslan jengah dengan dunia yang di geluti papanya. Hingga dia lebih memilih tinggal bersama tantenya yang seperti ibu baginya.

"Boy...". panggil Amer, Aslan menatap tajam papanya. Papanya bergeming dia sadar anaknya marah besar.

"Boy, papa tidak tahu tentang penyerangan ini". "Apa sekarang papa puas dengan semua ini?". Amer menunduk. "Bahkan seorang gadis yang tidak bersalah menerima akibat perbuatan anak buah mu", lanjut Aslan. Amer semakin menunduk. "Jangan pernah sedikitpun menyentuhnya, INGAT ITU!!". Aslan berhambur meninggalkan Amer.

***

Perlahan mataku terbuka, kepalaku terasa masih sangat pusing. Aku tidak tahu berada di mana, inginku bangun tapi tidak bisa karna badan ini serasa remuk. Ku pejamkan mata sejenak, dan ku dengar seseorang membuka pintu, aku masih memejamkan mataku, orang itu menghampiriku lalu menggenggam tanganku erat, orang itu pergi berlalu meninggalkan aku, aku tidak tahu siapa dia tapi genggaman tangannya begitu teduh, seperti ketika ayah memegang ku. Ku buka mataku menelisik ke penjuru arah, aku sepertinya berada di kamar yang begitu besar dan mewah.

Klek!!!

Suara pintu terbuka dan seorang wanita yang anggun dan cantik berjalan menghampiriku.

"Kamu sudah bangun?", tanya wanita itu lembut dia duduk di sebelahku, aku menatapnya ragu. wanita itu menyentuh keningku, dan seketika itu aku sadar apa aku masih memakai hijab atau tidak, aku pun memegang kepalaku dengan 1 tanganku untuk memeriksa, dan alhamdulillah aku masih memakai inner walaupun hijabku entah di lepas kemana, tapi aku bersyukur kepalaku masih tertutup dengan inner. Wanita itu tersenyum melihatku.

"Maaf, kemarin kami membuka kerudung mu Karna badanmu sangat panas, tapi tenang saja kami tidak membuka inner yang kamu pakai". Jelas wanita itu, aku hanya diam. Aku sebenarnya takut, aku berada dimana, dan bagaimana dengan ayahku, mengapa orang-orang itu datang ke rumahku dan menembak ayahku, apa salah ayahku, bahkan kita saja jarang berinteraksi dengan orang lain. Berbagai pertanyaan datang di pikiranku, air mataku mengalir mengingat keadaan ayah di mana ayahku, aku tak tahu harus berkata apa, air mataku terus mengalir, sehingga wanita itu menyeka dengan lembut air mataku seolah dia mengerti apa yang ku rasakan saat ini.

"Kamu harus tenang ya,". Wanita itu mengusap lembut kepalaku. Tidak lama setelah itu ada seseorang wanita paruh baya masuk membawa nampan berisi makanan. Wanita itu mengambil nampan itu dan menyuruh wanita paruh baya itu keluar.

"Kamu makan dulu", wanita itu mengulurkan sendok di tangannya pada ku. Aku hanya menatap sejenak dan berpaling. Wanita itu tersenyum lembut padaku. "Kalau kamu tidak makan gimana bisa sembuh?", aku masih tetap diam. "Kalau aku jadi kamu, aku akan bangkit". Ucap wanita itu. "Untuk apa aku bangkit, aku sudah tak punya seorangpun di dunia ini", lirihku, wanita itu menatapku lembut tapi menusuk. "Kau harus bangkit karna kau masih punya sesuatu yang harus kau perjuangkan!". Ungkap wanita itu. Aku hanya diam. Wanita itu masih setia menemaniku, selama satu jam dia masih duduk di dekatku, wanita itu sesekali mengecek infus ku, dia keluar aku pun merasa lega, tapi dia kembali lagi membawa makanan baru untukku. "Namamu siapa?", tanyanya lembut, "Khadijah". Lirihku. "Nama yang bagus". Aku hanya diam, tapi perutku terasa nyeri, aku pun hendak beranjak ke kamar kecil, tapi badanku tidak kuasa.

"Kamu mau ke kamar mandi?, sebentar akan aku panggil seseorang untuk membawamu", aku mencegah wanita itu yang akan memanggil seseorang. "Tidak perlu nyonya, aku bisa", "kamu yakin?". Aku mengangguk, diapun akhirnya memapah ku ke kamar mandi.

Ceklek...

Setelah selesai berhadas aku keluar dari kamar mandi, dan ku dapati wanita itu bersama dokter wanita, juga pria tampan di sampingnya berdiri menatapku. "Khadijah, ini dokter Reni, dia yang akan memeriksa mu", ungkap wanita itu, aku memegangi perutku yang terasa keram. Aku pun luruh ke lantai beruntung dengan sigap pria itu meraihku dan menggendongku dan membawa ke tempat tidur. Dokter Reni memeriksaku. "Nona, anda harus makan, karna asam lambung anda kambuh, jika anda tidak makan anda akan lemah", tutur dokter Reni memberikan obat. Pria itu menatapku, aku ingat sepertinya pernah melihatnya saat di rumah, dan benar saja dugaan ku. Dia adalah salah satu orang yang membunuh ayahku. Ketika dokter Reni selesai memeriksaku wanita itu mengantar dokter Raeni keluar dari kamar. Tinggal aku bersama pria itu. Ku coba untuk bertanya padanya.

"Dimana abah?", lirihku, pria itu menatapku, "Ayahmu sudah meninggal". Jawabnya singkat. jantungku seakan tidak berdetak mendengar penuturan pria itu. "Apa salah abah?, kenapa kalian membunuh abah?", aku terisak. Pria itu tak bergeming. Isakan ku makin dalam, ku cekal infus yang terhubung dengan tanganku, ku tarik selang itu hingga terputus dan darahku mengalir, pria itu kaget dengan ulahku.

"Apa yang kau lakukan?", geram pria itu, pandanganku seketika bunar dan tak sadarkan diri.

Mataku terbuka, ku lihat aku masih di ruang yang sama, dan selang infus ku sudah kembali sedia kala. Aku menghembuskan nafas kasar, ku lihat wanita yang tadi duduk bersandar di sofa. "Kau sudah bangun?", lirihnya. Aku hanya menatap ke atas tanpa menjawab pertanyaannya. Dia beranjak dari sofa dan duduk di sampingku, di genggamnya tanganku. "Nak, ku mohon, jangan lakukan seperti tadi lagi!". Guman wanita itu.

"Kamu tahu, aku juga perna merasakan yang kamu rasa saat ini, mungkin aku lebih para karna aku di jadikan tawanan bahkan mereka telah merenggut kesucian ku, kamu masih beruntung karena tuan muda masih menjagamu", lanjutnya.

"Kenapa aku tidak di bunuh saja, itu lebih baik untukku". Lirihku kemudian. Hening, baik aku dan wanita itu tidak ada yang berbicara, hingga 1 jam kemudian dia pamit untuk melakukan kewajibannya, Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 1 siang, aku lupa jika dari kemarin aku tidak mengerjakan sholat.

"Aku keluar dulu, nanti jika kamu berkehendak tolong makanlah", ketika wanita itu hendak menutup pintu aku memanggilnya.

"Tungguh!!".

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

kamu mau melakukan shalat juga khadijah

2024-12-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
141 Bab 141
142 Bab 142
143 Bab 143
144 Bab 144
145 Bab 145
146 Bab 146
147 Bab 147
148 Bab 148
149 Bab 149
150 Bab 150
151 Bab 151
152 Bab 152
153 Bab 153
154 Bab 154
155 Bab 155
156 Bab 156
157 Bab 157
158 Bab 158
159 Bab 159
160 Bab 160
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140
141
Bab 141
142
Bab 142
143
Bab 143
144
Bab 144
145
Bab 145
146
Bab 146
147
Bab 147
148
Bab 148
149
Bab 149
150
Bab 150
151
Bab 151
152
Bab 152
153
Bab 153
154
Bab 154
155
Bab 155
156
Bab 156
157
Bab 157
158
Bab 158
159
Bab 159
160
Bab 160

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!