Satu minggu sudah aku di rumah ini, harapanku saat ini hanya satu aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku, dan disini nyonya Yasmin mengajariku tentang arti sebuah kehidupan, dia sekarang seperti ibu bagiku, walaupun aku di sini sebagai budak tapi nyonya Yasmin tetap baik dan dia selalu menjagaku, hanya satu tugasku disini, melayani keperluan tuan Aslan. jika semua sudah selesai aku boleh beristirahat dan ku gunakan waktuku untuk membaca Al Qur'an.
"Khadijah, apa kamu sudah menyiapkan keperluan Aslan?",tanya nyonya Yasmin menghampiriku, "sudah nyonya". jawab ku mengangguk. "Sekarang kita bantu ART untuk menyiapkan sarapan!", ajak nyonya Yasmin, kita berdua berjalan ke meja makan. Nyonya Yasmin selalu membantuku untuk menata hidangan di meja makan bersama para ART. Hidangan sudah siap, aku diajak duduk dan makan bersama oleh nyonya Yasmin, tapi aku sadar diri aku hanyalah seorang budak, dan tidak pantas untuk makan bersama mereka. "Nanti saja nyonya, aku belum lapar", elak ku lembut. "Ya sudah, kalau begitu kita tungguh Aslan saja", tidak lama kemudian Aslan turun dia berjalan menuju meja makan, jujur jika melihat Aslan aku teringat dengan dengan kejadian dimana ayahku di bunuh, ingin hati mengikhlaskan tapi aku masih belum bisa. Aku ingin menghindar tapi apalah daya mungkin ini takdirku terikat dengan para mafia.
"Selamat pagi Tante..", sapa Aslan pada nyonya Yasmin di balas dengan senyuman, asisten Aslan berdiri di samping Aslan. Dia menatapku. aku pun mengerti akan pekerjaanku yaitu melayani Aslan, aku mengambilkan roti dan mengolesi selai ku taruh di atas piring dan ku sajikan pada Aslan, tatapan kami selalu beradu, tapi tidak ada kata apapun yang terucap. aku kembali ke tempatku dan beralih mengambil buah untuk ku kupas di jadikan hidangan penutup sarapan pagi ini. mereka makan dengan diam, tak ada yang berbicara saat makan, berbeda denganku dulu, aku sama ayah jika makan selalu beradu cerita, sampai-sampai kadang tersedak, kami selalu ceria, walaupun sesulit apa pun kita tidak pernah mengeluh. tanpa terasa mataku berembun. tanpa kusadari Aslan memerhatikan ku, dia menatapku nanar. aku segera mengusap mataku.
"Maaf, aku akan mencuci buah sejenak!", pamit ku, aku pergi ke dapur mencuci buah yang sudah ku kupas, aku pun membuatkan bekal untuk Aslan. Bekal yang ku buat sudah selesai dan aku menemui mereka kembali, ku hidangkan buah yang telah ku cuci di meja makan, Aslan sudah selesai sarapan dia bergegas berangkat mengunjungi perkebunan sawit miliknya.
"Khadijah, kamu tidak usah membuatkan bekal. Karna Aslan nanti ada acara jamuan yang di lakukan warga sekitar kebun", jelas nyonya Yasmin, tapi aku sudah selesai membuatkan bekal, "Ah, biarlah nanti akan ku makan sendiri". lirihku dalam hati. Aku mengangguk, "Baik nyonya", aku hendak beranjak membereskan meja makan tapi Aslan mencegah ku. "Dimana bekal yang tadi kamu siapkan, biar ku bawah". titahnya, aku tercengang ternyata dia tahu kalau aku sudah menyiapkan bekal untuknya, aku masih terpaku, "tapi nanti warga telah menyiapkan jamuan tuan", kata asisten Aslan. Aslan menatap asistennya tajam.
"jadi kamu sudah siapin bekal untuk Aslan?", tanya nyonya Yasmin padaku, "Nanti aku akan memakannya". lirihku, Aslan menatap ku dengan tatapan yang enta aku sendiri tak tahu aku pun menunduk. "Bik, ambilkan bekal tadi yang di siapkan untukku, bawah kemari!". tita Aslan pada Bik Ina Kepala ART di rumah Aslan. "baik tuan", bik Ina hendak mengambil bekal itu tapi di ku cegah, "Tunggu bik, biar Dijah yang ambil", aku pun mengambil bekal di dapur dan ku berikan pada Aslan. Aslan mengambil bekal itu dari tanganku dia bergegas berangkat ke perkebunan sawit.
***
Di tempat berbeda seorang laki-laki berumur 50 tahun menatap nanar pada wajahnya di depan cermin, dia teringat pertemuan dengan saudara kembarnya.
"Dari mana kau tahu tempat ini?". tanya seorang kembarannya.
"itu tidak penting, sekarang tolong bantu aku". lirihnya. kembarannya menatap tajam, "kamu memilih dunia mu dan ini lah resiko semua yang harus kau tanggung", seru Hasan. "kami bersembunyi disini Karna kami tidak ingin hal seperti dulu terulang lagi", lanjutnya, Dulu Hasan dan istrinya tinggal di Ankara, mereka awalnya tidak tahu jika Husen pergi meninggalkan Hasan dia telah bekerja sama dengan mafia, Husen telah banyak menipu dengan perdagangan senjata ilegal dan sekarang dia telah di incar oleh komplotan klan-klan mafia bukan hanya klan Amer tapi klan lain juga mengincarnya. Dia sudah pergi ke penjuru dunia untuk bersembunyi. Hasan tahu jika Husen di incar para mafia disaat dia dan istrinya hendak ke bekerja mobil mereka yang dia tumpangi di kepung oleh beberapa mobil,beruntung dengan sigap Hasan melajukan mobil mereka dan menabrak satu mobil di depannya dengan cepat, istrinya saat itu hamil 5 bulan. Hasan melajukan mobil dengan cepat dia menuruni jalan berliku, dia membawa istrinya ke suatu tempat yang jauh dari jangkauan orang. dia mengajak istrinya istirahat di rumah yang bangunannya sudah tua, beberapa hari dia mencari alasan kenapa mereka di kepung, dan Hasan tahu jika yang di incar adalah Husen kembarannya. dia dan istrinya akhirnya memilih pindah ke Indonesia menghindar dari orang-orang yang mengincar Husen. beberapa tahun Hasan hidup bahagia dengan tenang, tapi Husen datang dan menemui Hasan.
"Mereka tahu keberadaanku saat ini".
"Mungkin mereka akan mencarimu kesini, jika kau dan aku tidak pergi dari sini maka mereka akan membunuhmu, mereka akan mengira kau adalah aku, maka dari itu kita harus bekerja sama", terang Husen. Hasan tercengang dia sudah berusaha menghindar dari kejaran orang-orang yang mengincar Husen tapi Husen datang memberitahu jika orang yang mengincarnya akan datang kemari.
"Khadijah, bagaimana dengan dia?". lirih Hasan. "Maka dari itu kamu harus pergi dari sini sebelum mereka datang kesini!", titah Husen. "Kamu pergilah!", seru Hasan. Husen bergeming. "Aku harap kau mau mempertimbangkannya". Husen pergi dari rumah Hasan.
Husen menghela nafas kasar, dia melepas topeng wajah yang selalu dia pakai, dia bergegas akan pergi ke tempat lain karna dia tahu kalau Hasan telah meninggal di tangan anak buah Amer.
***
Di dalam mobil Aslan menatap bingkisan yang dia bawah dengan diam. "Tuan, apa yang akan anda lakukan dengan makanan itu?". tanya asisten Aslan. Aslan membuang nafas kasar tanpa menjawab pertanyaan tersebut. asistennya terdiam dia pun melanjutkan aktifitasnya yaitu menghendel semua pekerjaan Aslan yang ada di kota. Aslan memilih pergi dari kota karna dia ingin kehidupan yang tenang sejenak, jauh dari bising dan hiruk pikuk perkotaan dan juga ingin menjauh dari kehidupan yang di geluti ayahnya. meski sejatinya Aslan lah yang harus menjadi pengganti Amer.
Satu jam mereka telah sampai di perkampungan dekat dari perkebunan sawit miliknya, para pekerja yang mayoritas warga kampung tersebut menyambut Aslan. mobil yang di tumpangi Aslan terparkir sempurna di pekarangan perkebunan sawit yang memiliki lahan sekitar 5 hektar. Aslan turun dari mobil dengan penjagaan yang sangat ketat, dia menghampiri para pekerja dan sambutan hangat telah di siapkan, jamuan makanan juga telah di sajikan, setelah selesai membahas tentang perkebunan Aslan diajak makan bersama, Aslan pun hanya mencicipi sebagian, Aslan mengajak asistennya berpamitan pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Neulis Saja
ko makanan yg dibuat oleh istrimu gak dimakan Aslan
2024-12-10
0
Maya Ratnasari
titah thor, bukan tita
2023-10-28
0
Maya Ratnasari
entah thor, bukan enta
2023-10-28
0