Panggilan pesawat sudah terdengar. Widi kembali memeluk ayah dan ibunya dengan erat dengan tangis yang semakin terisak. Giliran salam dengan Ibu Farid Widi bertanya apakah boleh memeluknya. Ibu Farid tidak menjawab beliau langsung menarik Widi ke dalam pelukannya. Ketika menyalami Pak Farid beliau hanya mengusap kepala Widi. Widi pun berjalan masuk ke bandara. Sesudah di pesawat dia menoleh ke arah kedua orang tua. Padahal sudah tidak kelihatan lagi. Perasaannya campur aduk.
Setelah menempuh perjalanan 14 jam. Tibalah Widi di bandara udara Korea Incheon. Bandara yang sangat besar dan megah. Bandara ini merupakan bandara terbesar di Asia. Widi menatap keliling Incheon dengan mengucap bismillah Widi mengikuti orang orang mengambil koper. Di ambilnya koper melihat lihat taxi. Ada seorang pria paruh baya yang menatap Widi seolah berharap agar Widi mau menaiki taxinya. Widi mendekat. Sengan bahasa korea yang acak kadul Widi menyebut nama sebuah Hotel. Besok Widi akan melapor ke pihak kampus dan tempat belajar bahasa korea.
Serahun sudah berlalu. Widi sudah selesai dengan program belajar bahasa dan budaya korea. Berkas dan biaya administrasi sudah di selesaikan. Widi bersyukur untuk biaya awal ada sedikit bantuan pihak kampus dari sekolah SMA dulu. Ada dari pasangan pak Farid. Tabungan yang tidak pernah Widi gunakan. Semua uang rupiah sudah di tukar dengan mata uang korea. Sisa dari uang uang tersebut Widi simpan di bank. Di kepalanya ada rencana gedung klinik kecantikan.
Selama kuliah di korea Widi tidak pernah pulang ke Indonesia alasannya untuk menghemat. Di saat kampus libur. Mahasiswa kembali ke rumah orang tuanya. Widi bekerja paruh waktu di toko cemilan. Tentu Widi menjadi sedikit mengundang perhatian karena hijab, kulit dan wajah yang berbeda dari orang korea pada umumnya. Selesai libur Widi pun berhenti tidak bekerja paruh waktu. Uangnya di simpan di tabungan. Ada beberapa prioritas dalam kepalanya.
Di tahun ke empat di semester pertama adalah magang. Magang di tentukan oleh pihak kampus. Widi mendapat magang di sebuah klinik kecantikan elit kota Seoul. Klinik tersebut memiliki pelanggan kelas atas. Dari istri pejabat, artis dan sosialita. Pelanggannya banyak. Di klinik tersebut Widi belajar strategi pasar, keuangan dan manajemen. Di semester tersebut Widi benar benar fokus dengan klinik kecantikan tersebut. Dari magang di tempat tersebut Widi semakin berambisi memiliki klinik kecantikan sendiri.Apalagi di kampusnya Widi belajar meracik bahan untuk membuat kosmetik. Dari klinik tersebut Widi mulai belajar merawat dirinya kulitnya yang putih Widi mulai merawat dan meminum vitamin kulit agar kulitnya sama dengan wanita korea wajahnya juga Widi rawat. Kini Widi lebih cantik dari sebelumnya.
Sebelum Widi memiliki klinik kecantikan tentu dia harus cantik lebih dahulu pikirnya. Di Korea Widi juga belajar atitude makan secara international. Stylenya juga Widi ubah kadang gamis atau rok tetapi lebih elegan.
" Sedikit keluar uang agar menjadi lebih cantik tak apa apa karena aku akan menggantinya di saat aku memiliki klinik kecantikan sendiri.." pikirnya.
Dialah Widi yang sekarang dengan kulit kuning langsat khas korea wajah yang glowing seperti wajah artis kpop korea. Widi tersenyum melihat penampilannya di kaca kamarnya.
Widi memghitung uang tabungannya. Untungnya mata uang korea lebih tinggi dari rupiah jadi uangnya bisa Widi olah untuk membangun gedung. Tahap pertama Widi akan menyewa ruko di design agar kelihatan mewah. Ruko itu akan Widi sewa hingga 5 tahun atau tujuh tahun. Setelah dananya terkumpul Widi akan membangun rumah di sebelah klinik kecantikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mama_Ema
kulit kuning langsat itu khas indonesia bukan korea...
2020-08-28
0