Mobil Mia berhenti di halaman parkir dekat lobi gedung apartemen Arga.
"Sudah sampai. Silahkan turun!" Ucap Mia mengusir Arga dengan sedikit kasar.
Arga segera turun dari mobil mewah milik Mia.
Namun rupanya pria itu tidak mau langsung pergi.
Arga mengetuk kaca mobil, membuat Mia terpaksa menurunkan kaca mobil tersebut.
"Apalagi?" Tanya Mia galak.
"Apa aku tidak dapat imbalan malam ini, nona Mia. Bukankah aku sudah menemani anda?" Tanya Arga dengan nada sedikit merayu.
Mia berdecak,
Menemani?
Dasar pria, dimana-mana selalu sama. Isi otaknya mesum semua.
"Kau ingin uang?" Mia merogoh tas mahal yang ada di samping tempat duduknya.
"Aku sudah punya banyak uang, nona Mia. Aku ingin imbalan yang lain" Arga sudah mengulurkan tanganya yang gatal untuk membelai pipi Mia yang mulus, namun secepat kilat Mia menahan tangan Arga.
Mia bukan wanita murahan yang suka di belai-belai oleh lelaki gatal sejenis Arga.
Baru saja Mia akan buka suara, tapi...
"Arga!!!" sebuah teriakan yang suaranya terdengar tidak asing membuat Mia dan Arga menoleh bersamaan.
Ada Fera yang kini wajahnya merah padam karena menahan marah.
"Fera, Fer... kamu di sini?" Arga terlihat salah tingkah karena tak menyangka jika sang pacar ada di sekitar gedung apartemennya.
Bukankah tadi sore Arga sudah mengatakan pada Fera kalau Arga ada meeting dengan bos besarnya? Lalu kenapa Fera malah ke sini?
Fera berjalan mendekat ke arah Arga dan wanita gatal yang entah siapa yang masih duduk di dalam mobil mewahnya tersebut.
Tunggu, Fera seperti kenal dengan mobil ini.
"Apa yang kamu lakukan dengan wanita mu..." Fera tak jadi menyelesaikan kalimatnya saat melihat wanita yang duduk di dalam mobil mewah itu ternyata adalah...
"Nona Mia?" Fera membelalak tak percaya.
Apa ini?
Pacarnya berkencan dengan bosnya?
Mia tersenyum mengejek ke arah Fera.
Wanita itu juga mengulurkan tangannya dan mulai membelai wajah Arga yang masih berdiri mematung dengan jari-jari lentiknya.
"Terima kasih, Arga untuk malam ini. Kamu luar biasa" ucap Mia dengan nada sedikit mendesah yang otomatis membuat Fera semakin terbakar api cemburu.
"Apa yang... Apa yang sudah kamu lakukan bersama nona Mia?" Fera bertanya pada Arga, atau lebih tepatnya membentak ke arah pria yang masih mematung dan seakan terhipnotis dengan pesona nona Mia tersebut.
"Selamat malam, Arga. Lain kali kita akan berkencan lagi" bukan Arga namun malah Mia yang buka suara, seakan menjelaskan pada Fera apa yang baru saja Arga dan Mia lakukan.
Terang saja hal itu langsung membuat emosi Fera meluap-luap. Mungkin sebentar lagi wanita muda itu akan segera meledak.
Mia segera menaikkan kembali kaca mobilnya dan lanjut memacu mobilnya meninggalkan pasangan yang mungkin sebentar lagi akan bertengkar hebat tersebut.
Senyuman licik tersungging di bibir Mia.
*****
Fera masuk ke ruangan Mia tanpa mengetuk,
Mia yang sedang memeriksa beberapa berkas langsung menatap tajam ke arah sekretarisnya tersebut.
"Saya mengundurkan diri, nona Mia" Fera menyodorkan sebuah amplop putih panjang kepada Mia.
Namun sepertinya, bos sombongnya itu enggan menerima amplop tersebut. Jadi Fera memilih untuk meletakkan amplop itu di atas meja kerja Mia saja.
Mia berdecak,
"Jadi kau lebih memilih bersama pria bodoh dan mata keranjang itu, ketimbang bekerja padaku?" Tanya Mia yang kini menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya.
Mia memainkan pulpen yang ada di tangannya.
Mendadak Fera kembali ingat saat jari-jari lentik bosnya tersebut membelai-belai wajah Arga dengan nakal.
Hati Fera kembali terasa panas sekarang.
Dasar wanita kaya kegatelan.
"Saya sudah putus dari Arga, nona Mia. Dan saya juga tidak mau lagi bekerja pada CEO yang suka merusak hubungan asmara para karyawannya" Fera menekankan setiap kata dalam kalimat yang dia ucapkan demi melampiaskan rasa geram di hatinya.
Mia tertawa kecil,
"Seharusnya kau berterima kasih kepadaku karena aku sudah menyelamatkanmu dari pria hidung belang semacam Arga" tukas Mia dengan nada pongah.
Fera berdecak, mungkin bos nya ini memang gila hormat.
"Ya, saya berterimakasih sekali, nona Mia..." Fera tersenyum tipis sebelum melanjutkan kalimatnya.
"...hanya saja, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Apa anda memang sudah tidak laku di antar pria-pria Eksekutif muda, sampai anda suka sekali mengganggu hubungan asmara karyawan anda" tukas Fera panjang lebar dengan nada mengejek tentu saja.
Sontak raut kesombongan di wajah Mia langsung menguap berganti dengan raut wajah kesal.
"Keluar dari ruanganku!" Desis Mia pada gadis muda di hadapanya tersebut.
Namun bukannya segera keluar, Fera malah tertawa mengejek.
"Apa anda percaya karma, nona Mia? Apa anda tidak takut jika suatu hari nanti anda akan menuai karma atas segala tindakan jahat yang anda lakukan saat ini?" Fera masih belum keluar dari ruangan Mia dan malah semakin bersemangat mengejek bosnya tersebut. Atau lebih tepatnya mantan bos, bukankah Fera baru saja mengundurkan diri tadi?
"Aku bukan orang jahat. Aku menyelamatkan kalian para wanita bodoh dari jeratan pria-pria hidung belang dan mata duitan. Apa itu perbuatan jahat?" Mia sudah beranjak dari kursi kebesarannya dan kini menatap tajam ke arah Fera.
"Menyelamatkan? Mungkin lebih tepatnya menghancurkan. Kita lihat saja, bagaimana anda akan menerima pembalasan dari semua perbuatan anda ini" Fera masih belum berhenti meluapkan semua kekesalan di dalam hatinya.
Wajah putih Mia sudah berubah menjadi merah padam sekarang. Sepertinya wanita cantik itu benar-benar marah.
"Keluar dari ruanganku dan enyah kamu dari gedung kantorku! Jangan sekalipun menampakkan lagi wajahmu di kantorku atau aku akan mengusirmu dan mempermalukanmu di hadapan banyak orang" Mia mengusir sekaligus mengancam Fera.
Fera tersenyum simpul, sepertinya gadis itu tidak takut sedikitpun dengan ancaman Mia barusan.
"Selamat pagi, nona Mia" pungkas Mia sebelum keluar dari ruangan mewah mantan bosnya tersebut.
Fera senang karena akhirnya ia bisa lepas dari bos menyebalkan macam Mia.
Tak apa jika setelah ini Fera hanya akan bekerja di sebuab perusahaan kecil yang mungkin gajinya hanya separuh dari gajinya di tempat ini.
Asal tidak lagi bertemu bos menyebalkan macam Mia, Fera sudah bahagia.
*****
Mia menyambar telepon kabel di mejanya dengan kasar dan segera menekan nomor prioritas.
"Halo, aku butuh sekretaris baru" ujar Mia masih dengan emosi yang meluap-luap.
Mantan sekretarisnya tadi sungguh menjengkelkan.
"Aku maunya sekarang!" Baiklah sekarang Mia mulai menaikkan nada bicaranya, dan mungkin kepala HRD yang sedang berbicara dengan Mia di seberang telepon sedang ketakutan sekarang.
"Kirimkan salah satu staffmu kalau begitu. Aku butuh seseorang untuk mengatur jadwalku hari ini. Dan segera carikan aku sekretaris baru!" Perintah Mia sebelum menutup teleponnya.
Mia berjalan menuju lemari pendingin yang ada di sudut kantornya dan mengambil sebotol air mineral dingin dari dalam sana.
Mendadak atmosfer di ruangannya ini terasa panas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Mia
sebenarnya Mia itu baik😁😁
2021-11-06
0
sas mahya
beneran gak ada yang betah sekertaris nya 🤣 awas mia kena kutukan nya Fera
2021-07-23
0
maura shi
di sisi lain emg mia mau nunjukin ke fera kalo pacarnya itu g layak bt fera tp mia salah menyampaiknnya bt malah manas2i fera,uda tau arga mata keranjang
tp bener fera,mia bakal kena karmanya
hihihihi d tunggu karmanya ya fera
2021-01-26
0