Bab 4

Pagi harinya Alif merasakan kepalanya begitu berat hingga ia tak bisa bangun dari ranjangnya.

Khalif berjalan sempoyongan keluar dari kamarnya. Seorang pri menghampirinya dan segera menangkapnya saat ia hendak terjatuh.

"Syukurlah akhirnya lo bangun juga, btw gue bawa obat penghilang pusing tuh," Lelaki itu kemudian memberikan obat anti pegar kepada Khalif.

"Jangan lupa abis ini sarapan terus cus buat uji coba sirkuit untuk pertandingan pekan depan,"

"Anyway semalam gue ngapain aja bro, gue sampai gak inget karena mabuk berat?" tanya Khalif sembari berusaha mengingat kejadian semalam

Seketika Khalif menutupi wajahnya saat mengingat kejadian ia beradu mulut dengan Mutia wanita yang di sukainya.

"Astaga, bagaimana bisa gue bicara seperti itu dengan Mutia, aish ... sepertinya gue gak punya kesempatan lagi buat deketin dia!" terlihat rona penyesalan di wajah Khalif saat mengetahui pertengkarannya dengan Mutia semalam.

"Seperti biasa lah, lo kan emang gitu. Suka rese kalau lagi mabuk. Tapi menurut gue semalam itu yang paling buruk. Anyways soal cewek itu, sebaiknya lo jauhi dia. Meskipun ia memang sangat cantik dan seksi, but...aku memiliki firasat buruk tentangnya. Aura wajahnya penuh ambisi, beneran gak cocok banget sama lo!"

"Sok tahu lo, emangnya sejak kapan lo bisa meramal orang," ucap Khalif kemudian menghabiskan kopinya

"Sejak dulu, kali Al, Lo aja yang gak nyadar," celetuk Martin

......................

Sementara itu, Nina tak berani keluar rumah karena puluhan wartawan menunggu di depan rumahnya.

Ia tampak murung saat menuju ke meja makan.

"Kenapa, bukannya harusnya kamu senang akan di nikahi idolamu, tapi ... kenapa wajahmu malah ditekuk gitu?"

"Ayah kan tahu aku paling gak suka kalau tiba-tiba jadi terkenal. Karena dengan begitu privasi aku jadi terganggu," ucap Nina ketus

"Hmmm,"

Selesai sarapan Nina kembali ke kamarnya. Ia berpikir lebih baik izin kuliah daripada harus menjawab ratusan pertanyaan dari wartawan.

Namun Dado berpikir lain, ia justru menyuruhnya untuk tetap masuk kuliah apapun yang terjadi.

Lelaki itu bahkan bersedia mengantarnya untuk mengindari para wartawan.

"Ish aku bukan anak TK lagi, aku gak mau diantar kuliah sama ayah!"

"Ya udah kalau gitu biar ayah bantu biar kamu bisa keluar dengan aman dan nyaman tanpa ketahuan oleh para awak media," sahut Dado

" Gimana caranya keluar dari sini tanpa ketahuan oleh mereka?"

"Tenang saja, biar ayah yang atur," sahut Dado

Ia kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama Dado keluar dengan memakai kacamata hitam dan topi membuat Nina terhenyak sesaat.

"Wah ayah benar-benar terlihat berbeda,"

"Setelah aku mengecoh Mereka, cepat pergi, dan jangan kembali,"

"Astoge, tega nian ayah mengusir ku," sahut Nina terkekeh mendengar ucapan sang ayah

Setelah Dado keluar, wartawan yang mengira jika itu adalah Nina segera mengejarnya. Dado sengaja berlari dan menjauh agar Nina bisa keluar.

Melihat ayahnya sudah beraksi Nina segera menyalakan sepeda motornya dan melesat meninggalkan rumahnya.

Mengetahui mereka terkecoh oleh Dado, beberapa wartawan berusaha mengejar Nina.

Namun dengan kemampuan mengemudi Nina yang sudah selevel pembalap membuat para wartawan kehilangan jejaknya.

......................

*Universitas Pembangunan

Sementara itu Mutia terkejut saat melihat berita online terbaru. Ia tampak kesal dan terus menggulung layar ponselnya untuk mengetahui lebih banyak berita tentang Khalif dan Nina.

"Aish sial, jadi dia benar-benar ingin menikahinya hanya untuk merebut warisan Jan, ini gak bisa dibiarkan," Mutia kemudian menghubungi Jan untuk memberitahukan tentang berita itu kepadanya.

Janaka tak ambil pusing dengan berita itu dan meminta Mutia untuk tenang dan tidak perlu risau. Ia yakin jika ayahnya tidak akan mengingkari ucapannya.

"Tapi ayah sendiri yang bilang kalau ia akan memberikan perusahaan itu kepada Khalif jika ia mau menikahi Nina," tegas Mutia

"Ayah mengatakan itu karena ia tahu Alif tak mungkin menikahi gadis itu. Ayah tahu benar jika Nina buka tipe Al, makanya dia sengaja mengatakan hal itu," sahut Janaka berusaha menenangkan kekasihnya

"Tapi gimana kalau Khalif benar-benar menikahi Nina,"

"Gak mungkin Mut, aku kenal Al, kami dari kecil selalu bersama jadi aku sudah paham benar tabiatnya," jawab Janaka

"Tapi semalam ....," baru saja Mutia akan menceritakan tentang perang mulutnya dengan Alif namun ia tak melanjutkan ucapannya karena tahu jika Jan tak suka jika dirinya masih suka clubbing dan dugem bersama teman-temannya.

"Semalam kenapa?" tanya Jan penasaran

"Ah gak papa, aku lupa semalam kita segera pulang jadi tak bertemu dengan Nina. Yaudah nanti aku tanya dia aja detail kejadian semalam," jawab Mutia kemudian mengakhiri obrolannya

Saat ia memasuki ruangan kelasnya beberapa orang temannya terlihat sedang memperbincangkan tentang Nina.

"Wah benar-benar gak nyangka ya, kalau Nina si upik abu akan jadi Cinderella,"

"Hmm, beruntung banget dia bisa jadi istri putra seorang konglomerat yang juga seorang pembalap nasional. Udah tampan tajir lagi, duh nikmat mana yang kau dustakan!"

Seketika mereka terdiam saat Mutia memasuki ruangan.

Mereka kembali melanjutkan obrolannya saat Mutia sudah duduk di kursinya.

"Kasian sekali Mutia, harusnya dia yang mendapatkan warisan itu, tapi karena Nina ia harus kehilangan semuanya,"

" Namanya juga anak gundik, tetap saja anak sah lebih unggul," sahut yang lainnya

Mutia tampak mengepalkan tangannya saat mendengar percakapan mereka yang menyudutkan Jan.

...----------------...

*HAWI CORPORATION

Hari itu Janaka terlihat begitu sibuk, menggantikan Handoko memimpin rapat pemegang saham menggantikan Handoko.

Janaka mewarisi sifat-sifat ulet Handoko dalam menjalankan perusahaan. Hingga tak heran jika Handoko lebih mempercayakan ia untuk menjadi CEO HAWI Corporation daripada Khalif.

Meskipun ia hanya kuliah di perguruan tinggi nasional namun prestasi akademiknya tak kalah bagus dari Khalif yang merupakan lulusan dari luar negeri.

Selain pekerjaan keras Janaka dikenal dangat santun dan hangat hingga banyak di sukai oleh karyawannya. Berbeda dengan Khalif yang terkenal angkuh dan dingin.

Meskipun keduanya bagai air dan Api namun sebagai putra sulung yang lahir lebih dulu dari Alif sangat menyayangi adiknya tersebut.

Ia bahkan selalu memberikan kado ulang tahun untuknya meskipun Khalif tak pernah menerimanya.

"Hari ini Mas ada janji dengan Mbak Mutia untuk melakukan fitting baju pengantin," ucap seorang sekretaris Jan mengingatkannya

"Ok, tolong kabari dia kalau aku akan menjemputnya setelah rapat selesai,"

"Baik,"

Saat rapat selesai, Janaka bergegas menuju ke kampus Mutia.

......................

Nina tampak aneh saat memasuki lobby kampus. Bagaimana tidak sepanjang perjalanan semua mata tak berkesan menatapnya. Bukan hanya itu, mereka bahkan berbisik-bisik membicarakannya.

Tentu saja hal itu membuatnya risih.

"Inilah yang paling aku benci saat menjadi terkenal, kehidupan ku jadi tal menyenangkan lagi dan tak bebas seperti dulu lagi," gumam Nina

Ia semakin terkejut saat Mutia tiba-tiba mengagetkannya saat ia hendak masuk ke kelas.

"Door!!"

"Astaghfirullah kamu ngagetin aja Mut," jawab Nina mengusap dadanya

"Cie yang sekarang jadi artis," goda Mutia

"Apaan sih!"

"Btw selamat ya, seorang Nina Aryakunto akan di per istri oleh pembalap nasional yang juga putra seorang konglomerat terkaya di Indonesia,"

"Aish, itu hanya gosip. Semuanya gak benar," sahut Nina

"Masa sih," ucap Mutia tampak senang mendengar berita itu

"Asal kau tahu yang ingin aku menjadi istri Khalif itu bukan dia tapi ayahnya. Jadi mustahil dia akan menikahi wanita yang tak dicintainya," jawab Nina

"Bagaimana kau tahu Khalif tak mau menikahi mu?" telisik Mutia

"Dari cara dia berbicara padaku, ia bahkan tak pernah menatap ku saat berbicara. Semuanya terlihat jelas dan aku tak mau terlalu berharap,"

Syukurlah kalau begitu, sepertinya ucapan Jan memang benar, Khalif tidak akan pernah menikahi Nina. Lagipula mana mungkin pria sepertinya akan menikahi upik abu seperti dia

Mutia merasa lega saat mendengar ucapan Nina.

"Sebaiknya kamu nikmati saja situasi ini, jarang-jarang kan kamu bisa berdekatan dengan idola mu jika bukan karena kejadian ini. Dan satu lagi, kamu harus ekstra sabar menghadapi beruang kutub seperti Khalif,"

Mutia kemudian mengambil tasnya dan bersiap pergi.

"Kamu mau kemana Mut?" tanya Nina

"Hari ini Pak Anwar gak masuk kelas. Gue juga harus balik duluan untuk fitting baju pengantin bersama ayank gue,"

"Ok Mut, met senang-senang ya," jawab Nina melambaikan tangannya kearah gadis itu.

Nina kemudian memilih untuk pulang. Namun saat ia hendak keluar dari lobby kampus ia melihat beberapa orang wartawan menunggunya di parkiran motor.

Nina terpaksa meninggalkan sepeda motornya dan memilih keluar lewat pintu belakang.

Saat Nina keluar ia melihat seorang lelaki berjalan mendekatinya. Dari arah berlawanan sebuah motor melaju kencang membuat gadis itu berteriak untuk memberitahukan pemuda itu, akan tetapi karena pemuda itu sedang bertelepon maka ia tak mendengar peringatan dari Nina.

Saat melihat motor itu semakin mendekat, Nina buru-buru menyambar tubuh pemuda itu hingga ia membentur sebuah tiang.

*Dug!!

Seketika Nina terjatuh dan tak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

siapa yang sedang di teriaki oleh Nina ya ???
apakah pemuda tersebut adalah Janaka ??

2023-06-12

0

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

astaghfirullah Mutia ternyata hatinya juga gak tulus bersahabat dengan Nina 👉👈

2023-06-12

0

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Rᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣ🔵W⃠🦈

kehidupanku jadi tal menyenangkan -----> kehidupanku jadi tak menyenangkan

2023-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!