Seorang pria berjas hitam berjalan buru-buru keluar dari parkiran. Ponselnya yang terus berdering membuatnya berhenti sejenak untuk mengangkatnya. Namun saat melihat ia terlambat menjemput kekasihnya ia kembali melangkahkan kakinya sambil memegangi ponselnya.
Sementara dari kejauhan sebuah motor sport yang seolah mengincarnya melaju secara kencang kearahnya.
"Minggir!!" seru seorang wanita melambaikan tangannya memberi peringatan
Namun karena terlalu fokus dengan ponselnya ia tak mendengar gadis itu.
*Grepp!!
Janaka terkejut saat seorang gadis menarik lengannya menjauh dari jalan raya
*Dugg!!
*Wussh!!
Seorang gadis jatuh pingsan setelah berusaha menyelamatkan Janaka.
Jan berusaha menyadarkan gadis itu dengan menepuk-nepuk pipinya. Namun ia tak kunjung siuman, hingga tanpa pikir panjang Janaka membawanya ke klinik terdekat.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya Janaka
"Tak ada luka serius, hanya memar di keningnya. Namun jika anda ingin mengetahui apa ada cedera di kepalanya bisa melakukan Rontgen,"
"Baik dok terimakasih,"
Janaka yang terus ditelpon oleh Mutia tak bisa berlama-lama di rumah sakit. Setelah memastikan Nina siuman Ia kemudian meminta asistennya untuk menjaganya.
Seorang pria tersenyum saat dokter selesai memeriksanya.
"Selamat sore nona, perkenalkan saya assisten pribadi Mas Janaka Wiratmaja. Terimakasih nona sudah menolong Mas Janaka, maaf saat ini Mas Jan sedang ada urusan penting sehingga tidak bisa berterima kasih secara langsung kepada anda. Jika ada sesuatu yang anda butuhkan silakan beritahu saya,"
"Oh begitu, iya gak papa, lagipula saya juga baik-baik saja kok, jadi gak masalah," jawab Nina gadis itu segera beranjak dari duduknya.
Lelaki itu mengikuti Nina saat gadis itu keluar dari ruang perawatan. Merasa risih Nina pun meminta pria itu untuk tidak mengikutinya.
"Dokter bilang kondisi saya baik-baik saja, dan saya sudah boleh pulang, jadi anda juga silakan pulang. Jangan lupa sampaikan terimakasih saya kepada Mas Janaka yang sudah membawa saya ke sini," ucap Nina
"Kalau begitu biar aku yang akan mengantar nona pulang,"
"Aish, tidak perlu. Aku bisa pulang naik angkot, santai saja," jawab Nina
"Tidak bisa, saya harus mengantar anda sampai ke rumah dan memastikan anda selamat sampai tujuan," jawab pria itu
"Terserah deh,"
Nina akhirnya tak bisa menolak keinginan pria itu dan segera naik ke dalam mobilnya.
Sementara itu, Mutia dan Janaka tampak serasi menggunakan pakaian pengantin mereka.
Setelah selesai melakukan fitting baju pengantin Janaka mengajak Mutia untuk mengecek gedung yang akan digunakan untuk resepsi pernikahan mereka.
Disana keduanya mengecek menu makanan dan juga mengecek kembali para undangan yang akan diundang.
Sementara itu Dama terlihat cemas saat mendengar kabar jika Handoko akan menandatangani surat warisannya saat pernikahan putra sulungnya Janaka.
Ia buru-buru pergi menemui Khalif di apartemennya.
Kembali wanita itu memohon kepadanya untuk menikahi Nina, namun Khalif lagi-lagi menolak permintaannya hingga membuatnya frustasi.
"Kenapa kau selalu saja membuat ku kecewa, tidak bisakah sekali saja kau membuat Ibu bangga. Bahkan Jan lebih bisa diandalkan daripada dirimu, sebagai anak tiri bahkan ia lebih peduli denganku daripada anak kandung ku sendiri!" seru Dama meluapkan kekecewaannya
"Kalau begitu kenapa masih datang padaku, pergi dan temui anak kesayangan mu itu!" seru Khalif kemudian mendorong Dama keluar dan mengunci pintu rumahnya.
"Aarrgghhh!!!"
Khalif melemparkan satu persatu perabotan rumahnya untuk meluapkan amarahnya. Ia benar-benar tak bisa menahan dirinya saat mengetahui ibunya membandingkan dirinya dengan Janaka.
Baginya selama ini hanya Dama yang selalu mengerti dan mendukung dirinya. Hanya dia satu-satunya orang yang memahaminya hingga ia berusaha selalu menuruti semua keinginannya. Begitu sakit rasanya saat Khalif mengetahui jika ibunya juga ternyata membandingkannya dengan seorang yang sangat ia benci.
"Janaka, kenapa dia selalu saja mengambil semua yang aku sayangi, pertama ayahku, perusahaan ku, Nadya, bahkan kini ibuku diam-diam juga lebih membanggakan dirimu daripada aku putra kesayangannya. Aku berjanji tidak akan membiarkan mu merebut mendapatkan perusahaan itu," ucap
Hari pernikahan Janaka pun tiba.
"Sekarang saatnya menunjukkan kepada dunia, bahwa selamanya anak haram tidak akan bisa merebut apapun yang dimiliki oleh anak syah. Kau tak ubahnya seperti pungguk merindukan Bulan Jan,"
Bila biasanya Khalif selalu pergi menggunakan motor sportnya, kali ini ia memilih memakai mobil untuk datang ke pesta pernikahan saudara tirinya tersebut. Bukannya langsung datang ke hotel Khalif justru menuju ke kediaman Wilantika.
Ia sengaja memarkir mobilnya di ujung jalan dan menunggu mobil pengantin keluar.
Saat melihat mobil Janaka keluar ia pun segera melesatkan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Janaka yang tak bisa menghindari tabrakan saat mengetahui sebuah mobil melaju kencang dari samping dan menghantam mobilnya hingga terbalik dan menghantam pembatas jalan.
Sebagai seorang pembalap Khalif sudah memprediksikan jika dirinya bisa saja ikut tewas dalam insiden tersebut. Itulah sebabnya ia sengaja memakai baju pembalap yang sering ia pakai saat balapan lengkap dengan helmnya.
Saat menyadari mobilnya hendak meledak, Khalif segera keluar dan menyelamatkan diri.
Bukan hanya itu saja, Khalif yang memang sudah merencanakan kejadian itu segera melepaskan baju balapnya dan membakarnya.
Selesai melenyapkan barang bukti Alif segera pergi ke sirkuit untuk melakukan latihan.
Martin seketika melotot saat melihat kedatangan Khalif di sirkuit.
"Astaga Al, beneran gue gak maksa lo datang hari ini karena gue tahu hari ini adalah hari bersejarah bagi keluarga Wiratmaja. Jadi mending lo balik bersenang-senanglah di pesta pernikahan kakak tirimu itu," ucap Martin
"Kau pikir kenapa aku memilih datang ke sini daripada menghadiri pesta pernikahan saudara tiriku?" jawab Khalif mengernyitkan keningnya
"Kau pasti patah hati karena gebetanmu ternyata akan menikah dengan musuhmu, ups salah...kau pasti patah hati karena gagal mendapatkan HAWI Corporation makanya kau sengaja memilih latihan untuk melampiaskan kegalauan mu, betulkan?" celetuk Martin mengolok-oloknya.
......................
Sementara itu Mutia segera bergegas menuju ke rumah sakit saat mendengar Janaka dan ibunya mengalami kecelakaan.
Wilantika meninggal saat tiba di rumah sakit, sedangkan Janaka yang mengalami luka parah masih kritis dan belum sadarkan diri.
Mutia terus menangis tersedu-sedu di samping Janaka yang terbaring di sampingnya dan berusaha membangunkannya. Ia benar-benar tak mengira jika dirinya akan mendapatkan kesialan di hari pernikahannya.
Bukan hanya Mutia yang sedih karena insiden kecelakaan maut itu namun juga Handoko merasa terguncang saat mendengar kabar kematian wanita yang sangat dicintainya hingga ia harus kembali di larikan ke ruang IGD.
Mendengar kabar suaminya kembali masuk rumah sakit Dama segera mengunjunginya.
"Bagaimana kondisi suamiku dok?" tanya Dama saat melihat seorang dokter keluar dari ruang perawatan suaminya
"Alhamdulillah dia hanya terkejut saja, sekarang kondisinya sudah membaik, dan saran saya hindari pembicaraan yang bisa memancing amarahnya saat bersama beliau,"
"Baik, dok." Dama segera masuk dan menghampiri suaminya
Han terlihat pucat namun Lelaki itu berusaha terlihat kuat. Tak lama Broto memasuki ruangan itu dan mengabarkan kepadanya jika kondisi Janaka sudah mulai membaik dan melewati masa kritisnya.
Seolah sebuah angin segar kabar tentang Janaka yang berhasil melewati masa kritisnya membuat Han tak henti-hentinya bersyukur.
"Alhamdulillah anakku selamat, kalau begitu antar aku menemuinya,"
Dama berusaha menahan suaminya saat hendak keluar menemui Janaka dengan alasan kondisi kesehatannya. Namun Handoko tak menggubris omongannya dan berlalu pergi bersama Broto.
Kristal bening seketika mengumpul di sudut mata Han saat melihat kondisi Janaka.
Ia mengusap lembut wajah tampan Janaka yang dipenuhi luka.
"Aku tidak mengerti bagaimana bisa, anak sebaik dirimu mendapatkan kemalangan di hari bahagia mu, bukan hanya kehilangan ibumu, kau bahkan nyaris kehilangan nyawamu..." seketika Handoko tak bisa melanjutkan kata-katanya karena tak kuat menahan kepedihan hatinya melihat kondisi Janaka.
"Maafkan ayah yang tak bisa menjadi ayah yang baik untukmu selama ini," imbuhnya sambil terisak
"Aku harap kau bisa segera bangun agar bisa menyampaikan salam perpisahan kepada ibumu,"
Mendengar ibunya sudah meninggal membuat jari-jari tangan Janaka mulai bergerak.
Broto segera memanggil dokter saat melihat Janaka mulai berusaha membuka matanya.
Tidak lama dokter pun datang untuk memeriksa kondisinya.
"Alhamdulillah kondisinya sudah membaik, dan Mas Janaka sudah bisa dipindahkan di ruang perawatan," ucap sang dokter
Saat di ruang perawatan Janaka sengaja meminta berbicara berdua dengan ayahnya.
Janaka memberitahukan Handoko jika musibah yang menimpanya bukanlah sebuah kecelakaan, namun sebuah upaya pembunuhan.
"Aku memang tidak melihat wajah pembunuhnya, tapi aku masih ingat ia memakai helm pembalap,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀👙𝐄𝐥𝐥𝖘𝖍𝖆𝖓 E𝆯⃟🚀
ini aku masih bingung pemeran tokoh utama cowonya Khalif ato janaka sih?
duh Khalif knapa aku ga sportif dlm bersaing,sih malah jadi pembunuh
2023-06-10
1
ѕαηѕαη
ada kalanya khalif merasa sepi jg
2023-06-02
0
ᨰׁׅꫀׁׅܻ݊ꪱׁׁׁׅׅׅɑׁׅ݊ꪀ𖤂
Biarpun nina calon istri khalif tapi dia tetep rendah diri
2023-06-02
0