“Sebenarnya aku tidak bisa memasak” ucap Naya dengan kecepatan 5G nya.
Rian diam, dia masih menatap wajah Naya dengan santai. Lain hal dengan Naya, dia sudah ketar ketir sendiri melihat reaksi santai dari sang suami.
“Kau tidak bekerja kan?” tanya Rian. Naya menggeleng. Dia bekerja, tapi pekerjaan nya itu hanya duduk dan melihat layar.
“Kamu bisa mempelajari nya, aku tidak mempersalahkan itu.” sambung Rian membuat Naya lega. Namun, kembali bertanya tanya. Kenapa sang suami itu tidak marah?.
Biasanya seorang perempuan yang sudah menikah akan di caci dan di hina jika tidak bisa memasak.
“Kenapa kamu tidak marah?” pertanyaan yang berada di benak Naya akhirnya keluar.
Alis tebal Rian menekuk, “Kamu mengharapkan aku mengamuk?” tanya Rian menatap lekat wajah bulat sang istri yang membuat nya sangat gemas.
“Ti- tidak, setahu ku, seorang pria akan marah jika istrinya tidak bisa memasak” jawab Naya gugup.
Rian tersenyum dengan pemikiran kampung itu.
“Aku tidak seperti mereka yang akan marah dan mencaci maki istrinya yang tidak bisa memasak. Memasak itu bisa di pelajari, dan siapapun bisa memasak jika belajar, tidak perlu sampai marah marah hanya karena masalah kecil seperti ini.”
Sungguh sangat beruntung. Sangat beruntung bagi Naya memiliki suami yang memiliki pemikiran luas seperti Rian. Rian yang tidak pernah melihat dirinya dengan tatapan jijik.
Rian yang tidak pernah melihat dirinya dari atas hingga ke bawah dengan tatapan menghina.
Dulu, pernah, ketika dirinya membantu pekerjaan asisten di keluarga nya untuk memasak dan hasil masakan nya sudah berada di meja. Masakan itu langsung di buang oleh keluarga nya, ketika mereka mengetahui bahwa yang memasak adalah dirinya.
Lagi lagi, Naya mendapatkan penghinaan.
Dan sejak saat itu pula Naya tidak pernah yang namanya memasak, Dirinya tidak di perbolehkan untuk memasuki dapur bahkan keluar dari kamar nya kecuali untuk mengambil makanannya.
Rian yang melihat istrinya itu melamun pun menepuk pelan pahanya. “Kenapa?” tanyanya.
Naya menggeleng, dia tersenyum. “Terimakasih sudah mau menjadi suami ku, aku tidak pernah membayangkan ataupun terbayang untuk menikah”
“Kenapa kau tidak pernah membayangkan nya?”
“Karena aku sadar diri. Aku memiliki tubuh yang sangat besar, aku sangat gemuk, aku sangat jelek, jadi aku tidak pernah membayangkan untuk menikah.”
Rian terdiam mendengar jawaban dari sang istri yang saat mengucapkan nya biasa saja. Hal itu mungkin bisa terjadi karena, setiap hari istrinya menjelek-jelekkan dirinya sendiri. Dan mungkin setiap hari jika sang istri mendapatkan penghinaan fisiknya setiap hari sehingga istrinya itu sudah berdamai dengan keadaan. Dapat di lihat dari cara sang istri berbicara sangat santai. padahal Naya, sedang menjelek-jelekkan dirinya sendiri.
“Setiap perempuan memiliki potensi cantik masing masing, dan potensi itu dapat di lihat dengan mata orang yang juga memiliki potensi yang sama. Kamu itu cantik, semua wanita di dunia ini cantik. Dan kecantikan itu melalui pandangan masing masing. Definisi kecantikan menurutku sendiri adalah suatu yang indah dan menarik.” ucap Rian menjelaskan apa di maksud dengan kecantikan menurut pandangannya.
“Sama seperti kamu, kamu itu indah dan menarik di mataku, tak perduli dengan pendapat atupun tanggapan yang di berikan oleh orang lain, kamu harus percaya dan yakin, bahwa kamu cantik.”
•••
Dengan memakai pakaian yang serasi dan cukup modis untuk mengikuti trend pakaian jaman sekarang, Naya dan Rian tengah bersiap untuk pergi makan malam di salah satu restoran.
Naya memakai kemeja putih berkerah seperti pelaut dengan rok hitam selutut nya yang memiliki motif bunga bunga.
Sementara Rian memakai celana jeans hitam selutut dengan kaos putih nya.
“Kamu sudah siap?” tanya Rian mengambil kunci motor nya yang berada di nakas samping tempat tidur nya.
“Sudah ayo... tapi, apa kamu tidak malu?” tanya Naya kembali minder dengan pakaian serta tubuhnya.
Pakaian ini hanya dia beli, dia tidak pernah memakai pakaian yang di belinya. Mau di pakai kemana jika selama hidupnya hanya da di dalam kamar?.
Rian melihat penampilan Naya yang sudah sangat perfect, “Untuk apa malu?” tanya Rian menyentuh dagu Naya dan mendongak kan nya.
Naya hanya diam tidak menyahuti. “Kamu cantik, kamu sangat cantik Naya” ucap Rian mengecup sekilas bibir mungil Naya.
“Ayo pergi, ini hampir pukul sembilan” ucap Rian. Sedari tadi, mereka menghabiskan waktu mereka berdua untuk merapikan baju dan barang barang Naya yang sangat banyak.
Dan waktu dua jam, hanya dua koper yang dapat dibereskan kan. Sementara yang dua lainnya akan di bereskan oleh Naya besok.
Mereka pergi dengan menggunakan mobil taxi, sebenarnya Rian memiliki sebuah sepeda motor, namun, jika dirinya memakai sepeda motor dan menggonceng Naya di jok belakang, maka di pastikan jika Naya tidak merasa nyaman karena jok motor nya sangat sempit dan kecil.
Di dalam perjalanan hanya ada keheningan yang menyelimuti keduanya. “Ayo keluar” ucap Rian membuka pintu kanan taxi itu.
Naya keluar, sementara Rian membayar ongkos taxi itu.
“Ayo, masuk” ucap Rian menarik tangan Naya dan menautkan kedua tangan mereka.
Mereka berdua berjalan beriringan sambil bergandengan tangan, seakan menebar kemesraan di khalayak umum.
Orang orang yang berada di restoran yang itu tidak terlalu ramai, sengaja Rian memilih restoran tidak terlalu banyak pengunjung agar istri yang sangat minder dengan bentuk fisik nya itu bisa sedikit demi sedikit percaya dengan dirinya sendiri.
Tidak ada seorang pun yang melihat ke arah mereka semuanya sibuk dengan kegiatan masing masing.
“Ternyata hidup di kota tidak seburuk hidup di desa” gumam Naya melihat sekitar nya.
“Benar, disini mereka hidup masing masing” jawab Rian menimpali.
Naya mendengus sebal, selalu saja suami penebus hutang nya itu menyahuti perkataan nya. Tapi tidak masalah jika dirinya memiliki suami yang banyak bicara, itu akan membuat kekosongan yang ada di dalam dirinya sedikit terobati.
Mereka duduk berhadapan di lantai dua, yang memiliki pemandangan langsung menghadap pusat kota. Gemerlap lampu jalan di kota itu bisa di lihat dengan jelas dari sini. Naya melihat nya dengan kagum. Biasanya di jam segini dirinya akan duduk di depan laptop nya dan menulis.
Namun sekarang, dirinya hidup dengan Rian, sang suami penebus hutang ayahnya yang membawa kehidupan baru bagi dirinya.
Naya merasakan lebih bebas dalam berbicara, dan lebih bebas mengeluarkan pendapat nya.
Naya tersenyum manis, Rian yang melihat itu ikut tersenyum, ternyata tidak buruk menikah dengan seorang wanita pilihan ayah nya. Dan dirinya juga perlu support sistem untuk menyemangati hari-harinya yang monoton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments