Gaji.

Pernikahan tanpa adanya dekor mewah, pernikahan tanpa adanya baju pengantin, pernikahan yang hanya di lakukan di teras rumah nya, dan pernikahan tanpa adanya photographer untuk mengabadikan moment nya. Ahh... Lebih tepatnya ini adalah pernikahan yang penting sah.

Tidak masalah bagi keduanya, yang terpenting keduanya sudah sah menjadi seorang suami istri.

“Bu, ayah, kak, aku pergi dulu ya” pamit Naya menyalami kedua orang tuanya dan kakak nya.

Para tetangganya sudah pulang, membuat Naya sedikit bisa bernapas lega. Karena tidak ada bisik bisik maut dari mulut 'bersih' tetangganya.

Mereka tak menjawab, hanya melirik sekilas.

Naya tersenyum getir, dia mengusap air matanya agar tidak terlalu mendramatisir keadaan.

“Pergi saja sana, kami sudah tidak mau menampung beban seperti mu” ucap Yayuk yang langsung menuhus tepat di ulu hatinya.

Tapi tidak masalah, dia setiap hari selain memakan nasi, dirinya juga memakan cacian, hinaan dari mulut keluarga nya langsung.

Rian yang tengah mengangkat barang barang Naya ke dalam mobil melihat perlakuan keluarga istrinya ke istrinya pun sedikit geram.

Mana ada orang tua menjauhi anak kandung nya sendiri gara gara memiliki tubuh yang besar?.

Rian melangkah mendekati Naya, dia merangkul pundak lebar Naya dengan senyum yang merekah.

Raya yang melihat itupun semakin panas.

“Ah, terimakasih tuan, nyonya, saya akan membawa istri saya ke kota, terimakasih sudah mau menampung istri saya sampai saya bisa menafkahi nya sendiri, saya permisi” ucap Rian santai yang membuat keluarga Naya terhina.

“Ayo sayang, kita pulang ke tempat di mana kamu yang sebenarnya” ucap Rian langsung berbalik badan serta membalik badan Naya dan membawanya berjalan beriringan.

Rian menghentikan langkahnya, yang otomatis Naya pun ikut memberhentikan langkahnya. “Kamu harus berpamitan kepada mertua mu sayang” ucap Rian namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Naya.

Rian tidak mempersalahkan itu, dia tahu bahwa Naya sekarang sedang berada di dalam mod yang buruk karena keluarga edan nya.

Naya mengangguk, dia mengangkat pandangannya dan melihat sulton yang berdiri sendirian di samping mobil yang Rian rental tadi pagi.

“Pak, bagaimana kabar nya?” tanya Naya yang langsung berubah menjadi ceria ketika melihat sulton.

“Baik nak, kamu bagaimana?” tanya Sulton tersenyum.

Naya berjalan maju, dia menyalami tangan Sulton “Baik, kenapa pak Sulton tidak mau menerima pinjaman ku, kenapa pak sulton mau menurunkan harga diri pak sulton hanya karena melihat aku di hina waktu itu?” pertanyaan Naya sukses membuat Rian sangat terkejut dan bertanya

tanya.

"Tidak masalah nak, aku hanya ingin kamu keluar dari rumah itu"

“Sebenarnya ada apa ini?”

•••^

Satu hari sebelum pernikahan.

“Pak Sulton, bapak pakai uang saya dulu ya, dari pada bapak di hina seperti ini” ucap Naya membantu pak Sulton berdiri.

Ketika dia mau mengembalikan piring makan setelah makan di kamar, Naya melihat seorang pria paru baya sedang bersimpuh di lantai rumahnya.

Di depan Naya dan Pak Sulton ada keluarga Naya yang terdiri dari Raya, Yayuk, dan Wifqi.

“Tidak perlu nak” sulton tersenyum. Dan berdiri.

“Para beban sedang saling menyemangati” ucap Raya dengan nada menghina.

“Yah” panggil Yayuk berbisik. Wifqi menoleh. “Apa mah?” tanya Wifqi menoleh.

“Katanya, peng hutang itu punya anak laki laki, apa benar?”

Wifqi mengangguk.

“Dari pada kita memiliki beban si babi itu, mending si babi itu di nikahkan dengan anak si peng hutang itu” Yayuk memberikan ide.

Wifqi mengangguk, ucapan dari sang istri bagaikan ide yang sangat brilian.

“Hei!, kamu masuk sana ke dalam kamar mu, malu maluin saja memiliki anak berbadan besar seperti dirimu!” ucap Wifqi mengusir Naya.

Naya hanya mengangguk, “Bapak yakin? saya memiliki uang” ucap Naya meyakinkan, tapi Sulton tidak mau.

“Kamu masuk ke kamar mu saja, nanti kamu malah yang di hina” ucap Sulton tersenyum manis. Menatap manik mata Naya.

“Maafkan keluarga saya ya pak, permisi semuanya” pamit Naya sebelum meninggalkan semuanya. Dan masuk ke dalam kamar nya.

“Hei kau!” Yayuk menunjuk Sulton dengan dagu nya.

“Iya Pak, kenapa?”

“Ku dengar, kau memiliki anak laki laki kan?”

“Benar, anak laki-laki ku berada di kota” jawab Sulton membuat Wifqi dan Yayuk tersenyum bahagia.

“Aku ingin beban di keluarga ku hilang, dan anak mu yang tinggal di kota itu harus menikahi beban di keluarga kamu” ucap Yayuk final, membuat Sulton dan Raya terkejut.

Sulton memikirkan sejenak, jika pernikahan ini di laksanakan, hutang nya akan lunas, dan anaknya akan mendapatkan seorang istri yang baik seperti Naya, firasat nya mengatakan, bahwa anak satu-satunya akan menikah dengan Naya. Bukan Raya. Karena yang selalu di sebut sebut beban bagi keluarga Wifqi adalah Naya, bukan Raya.

“Baik, tapi siapa yang Anda maksud sebagai beban itu?” tanya Sulton menyahuti.

“Kita membuat kesepakatan, anak mu harus menikahi anak pertama ku yang seperti babi itu. Naya” Kan, firasat Sulton benar yang akan menikah dengan Rian adalah Naya, bukan Raya, dia akan menyetujui nya.

“Baik, besok anak ku akan datang dan menikahi Naya” putus Sulton.

°°°°

“Oo, jadi begitu” ucap Rian mangut mangut. Naya hanya diam, dan melihat interaksi antara ayah dan anak itu.

“Kamu kenapa kok telat hampir dua jam nak?” tanya Sulton.

Rian meringis, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Aku mencari rental mobil serta sopir nya hehehe”

“Itu taxi, bukan rental nak!” geram Sulton yang mengetahui maksud dari ucapan sang anak.

“Aku hanya bercanda yah” ringis Rian.

“Baiklah, aku pergi dulu ya yah, aku hanya di beri izin cuti satu hari oleh bos ku” pamit Rian menyalami tangan Sulton.

“Baik baik, jaga istrimu, dia wanita baik baik” pesan Sulton.

“Iya yah, aku pergi dulu, ayo” ujar Rian, Naya mengngguk, dirinya akan memulai kehidupan baru, kehidupan yang entah bagaimanapun nantinya.

Naya di bukakan pintu oleh Rian, dia masuk, di ikuti oleh Rian masuk ke dalam mobil nya.

“Aku pergi dulu yah!” pamit Rian untuk yang terakhir kalinya sebelum dia menginjak pedal gasnya.

Mobil yang di rental Rian itu berjalan, meninggalkan Sulton yang tersenyum bahagia, dan meninggalkan Raya yang merasa sangat panas di ulu hati nya.

“Aku bersumpah akan mengambil apa yang menjadi milikku”

🤑💸💵💴💶💰💳

Hening.

Keadaan mobil yang di tumpangi oleh Rian untuk memboyong Naya ke kota hanya berselimut keheningan.

Naya sedang melihat pemandangan jalan, pun dengan Rian.

“Aku hanya bekerja di sebuah kantor dengan gaji yang lumayan untuk makan dan membayar cicilan” ucap Rian membuka topik pembicaraan.

Naya menoleh, “Jangan bahas sekarang jika menyangkut permasalahan uang” sahut Naya.

Rian menaikan satu alis nya. “Kenapa memang nya?”

“Ku rasa hal itu cukup sensitif, dan sebaiknya hanya kita yang mengetahui” jawab Naya melirik sopir dari matanya.

Rian mengangguk benar kata istrinya, tidak seharusnya permasalahan uang dia bicarakan di depan umum.

Tenyata istrinya itu pintar dan bijaksana.

“Ah baiklah, tapi sekarang kita akan membahas apa, aku ingin di rumah tangga kita tidak kekurangan komunikasi”

“Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang akan kita bahas, karena sebelumnya aku hanya berdiam diri di kamar, aku jarang berkomunikasi dengan orang sekitar.” jawab Naya membuat Rian penasaran dengan cerita hidup Naya.

Hening kembali, Naya masih melihat pepohonan yang berada di jalan.

Rian teringat sesuatu.

“Kita akan ke kota menggunakan pesawat atau kereta?” tanya Rian mengeluarkan handphone nya, dan membuka salah satu aplikasi pesan tiket.

“Kalau boleh tau, harga nya lebih ringan yang mana?” tanya Naya mempertimbangkan.

“Hanya selisih dua puluh ribu” ucap Rian melihat liat harga di handphone nya.

“Maksudnya?”

“Tiket pesawat memiliki harga 750.000, Ekonomi, Sementara tiket kereta memiliki harga 730.000 ekonomi juga” jelas Rian membaca jadwal yang berada di handphone nya.

“Mungkin lebih baik naik pesawat, karena yang aku tahu naik pesawat itu bisa menghemat waktu, sementara Kereta banyak menguras waktu” ucap Naya memberikan pendapat tanpa menoleh ke arah Rian, dia masih tetap melihat pepohonan tanpa mengalihkan pandangan nya sama sekali.

“Baik, aku akan memesan tiket pesawat, kita akan berangkat pukul 13. 45 nanti” Naya melihat jam tangannya, sekarang pukul 11. 36 berarti masih kurang dua jam akan take off atau lepas landas, perjalanan dari desa ke bandara pun akan memakan waktu. Jika di kira kira kan, waktu yang mereka miliki akan pas.

“Aku ingin bicara, tapi ini tidak bermaksud menyinggung ataupun apapun” ucap Naya tiba tiba.

Rian mengangguk, benar kata ayahnya, Naya wanita baik. “Bicaralah”

Naya menghela nafasnya, dia menoleh ke arah Rian dan menatap wajah nya. “Apakah kamu memiliki uang untuk membayar tiket kereta api?” tanya Naya mewanti wanti agar tidak menyinggung perasaan sang suami.

Naya melihat, tidak ada yang berubah dari raut wajah Rian. Rian masih tetap stay dengan raut santainya. Kemudian, Naya melihat Rian tersenyum manis.

“Aku hanya bilang lumayan, bukan tidak cukup, apakah kamu ingin mengetahui gaji ku perbulan sayang? Jika iya akan aku katakan sekarang, aku di gaji oleh bos ku dengan dua puluh lima juta per bulan, itu lebih dari cukup sayang”

Terpopuler

Comments

"Apakah kamu ingin mengetahui gaji perbulan ku sayang?" Seharusnya kamu menjadi seorang laki laki harus bilang "Apakah kamu mau menghabiskan gaji perbulan ku sayang?" Hahah

2023-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!