3

Valeria dan Farel sudah berada di rumah kost Valeria. Farel menunggu Valeria untuk mengepak barang, setelah ini, giliran ke rumah kost Farel sambil menyimpan motor dan pergi menggunakan kereta ke rumah orang tua Valeria, untuk melamar. Kebetulan semester depan mereka sama -sama sudah memasuki semester enam, mereka berada dalam satu kampus hanya berbeda Fakultas saja. Valeria berada di Fakultas Ekonomi, dan farel berada di Fakultas Teknik Informatika. Gedung Fakultas mereka sama hanya di batasi oleh ruang perpusatakaan saja.

"Sudah siap Rel. Ayok," ucap Vale yang sudah menenteng tas pakaian berukuran sedang. Tidak banyak pakaian yang di bawa Valeria karena memang masih banyak baju di rumah.

"Ayok. Sekarang makan dulu ya, baru ke kost atau makan di kost aku aja, ada bubur ayam enak sih, di depan kost, baru kita ke Stasiun, tadi udah pesen tiket secara online, kita dapat tiket yang berangkat jam sebelas siang. Masih ada waktu buat makan dulu, dan belanja cemilan buat di kereta," titah Farel yang nampak dewasa.

"Boleh. Ide bagus. Yuk, aku juga udah laper. Oh iya, harga tiketnya berapa, ini uangnya," ucap Valeria sambil membuka dompetnya dan di berikan kepada Farel beberapa lembar uang merah.

"Simpan saja uang kamu, vale. Mulai sekarang apapun sudah menjadi tanggung jawab aku, uang jajan kamu saja, itu juga tanggung jawab aku," tegas Farel pada Valeria. Valeria pun tersipu malu. Ia kagum dengan Farel.

"Makasih ya Rel. Aku gak pernah nyangka kita bakal begini. Ekhemmm ... Kamu gak ijin sama orang tua kamu?" tanya Valeria pada Farel.

"Aku hanya punya Ibu, Vale. Setelah menikahi kamu, nanti aku ajak kamu ke rumah dan ku perkenalkan pada Ibuku. Semoga kamu bisa mencintai Ibuku, seperti aku mencintai beliau yang sudah melahirkan dan membesarkan aku," ucap Farel pada Valeria.

"Pasti Rel. Aku akan mencintai Ibu kamu sama seperti aku mencintai Ibuku sendiri dan mencintai kamu," ucap Valeria pada Farel yang juga ikut etrsenyum lebar dan bangga denagn jawaban Valeria.

Ternyata selama ini pilihannya tepat. Mencintai Valeria bukanlah kesalahan tapi sebuah impian. Wanita yang baik, ramah, dan lembut. Semoga saja pernikahan mereka lancar dan bisa menjadi keluarga yang Sakinah, Mawadah dan warohmah.

Kedua pasanagn baru itu segera bergegas ke rumah kost Farel. Valeria duduk di ruang tamu, menunggu Farel yang sedang mempersiapkan barang yang akan di bawanya dan juga menunggu pesanan bubur ayam sampai di mejanya. Valeria melihat kost milik Farel yang nampaknya adalah kost campur, bukan kost khusus laki -laki. Ada yang hidup sekamar laki dan perempuan yang di yakini sudah menikah juga.

Farel keluar dari kamar kostnya dan masuk ke ruang tamu lalu duduk di sebelah Valeria.

"Melamun aja, ngelamunin apa. Ini teh manis untuk kamu, minumlahbiar badannya hangat," ucap Farel pelan sambil meletakkan dua gelas teh manis hangat di meja ruang tamu itu.

"Ihh ... farel, ngagetin aja. Ini bukan kost khusus cowok ya? Kok ada yang barengan lawan jenis?" tanya Valeria kemudian.

"Iya ini kost bebas. Boleh suami istri asal nunjukkin surat nikah," ucap Farel menjelaskan.

"Ohhh gitu. Nanti kita bakal tinggal disini dong?" tanya valeria pelan.

Farel mengannguk sambil melirik Valeria yang sedikit ragu. Mungkin masih canggung kalau harus bersama, karena selama ini mereka tidak pernah bersama.

"Seharusnya begitu. Tapi kalau kamu keberatan, boleh cari tempat kost atau kontrakan lain," ucap Farel memberikan keleluasaan untuk Valeria memilih tempat untuk tinggal setelah menikah.

"Aku gimana kamu aja, Rel. Aku nurut aja. Dimana aja, aku pasti betah kok," ucap Vale pelan.

"Makasih ya Val. Aku pasti berusaha membahagiakn kamu, percaya sama aku," ucap Farel kemudian.

Tak lama pesanan bubur ayam mereka datang, dan mereka sarapan pagi bersama. Selama ini tak ada sentuhan fisik dari Farel pada vale. Menatap wajah Vale secara lekat pun tak pernah di lakukan oleh Vale.

Setelah menghabiskan bubur ayamnya, mereka pun bergegas pergi ke Stasiun. Lebi bai menunggu disana dan berbelanja cemilan nanti di market yang ada di dalam Stasiun.

***

Tepat pukul sepuluh pagi, Farel dan Vale sudah berada di Stasiun. Farel berjalan lebih dulu dan kemudian Valeria berjalan di belakang Farel. Mereka menuju ruag tunggu di jalur tiga sesuai kedatangan kereta menuju kota kelahiran Valeria yang akan emmakan waktu cukup lama, hampir setengah hari perjalanan.

Farel meletakkan tas ransel dan tas pakaian milik Vale di bawah dan duduk di kursi tunggu.

"Kamu tuinggu di sini saja. Biar aku yang beli cemilan untuk di kereta," titah Farel pada Valeria.

"Iya Rel. Makasih ya," ucap Valeria lembut.

Hanya sekitar lima belas menit saja, Farel meninggalkan Valeria dan kini mereka duduk bersama menunggu kereta datang.

***

Pas saat waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Kereta yang mereka akan naiki datang di jalur tiga. Farel langsung membawa tasnya kembali dan mengajak Valeria bergegas menaiki kereta agar tidak ketinggalan.

"Ayok Val. Kita di gerbong lima," ucap Farel pelan.

Vale mengangguk kecil dan emngikuti langkah Farel. Gerbong lima, dengan kursi bernomor lima A dan lima B.

"Itu ya, Rel, kursinya, nomor lima kan?" tanay Vale kemudian.

"Iya benar." jawab Farel kemudian.

Mereka sudah duduk di tempatnya. Mereka berasal dari kota yang berbeda. Tetapi mereka mendapatkan beasiswa di Kota dan universitas yang sama, termasuk keenam temannya tadi yang sengaja ingin selalu bersam di kota yang sama.

Dulu, Farel bersekolah di kota kelahiran Valeria sambil mondok. Sejak lama Farel sudah hidup terpisah dengan sang Ibu yang kini hanay tinggal bersama adik perempuannya yang bernama Zaskia.

"Terus Ibu tinggal sama siapa?" tanya Valeria memulai pembicaraan setelah mereka duduk dengan nyaman dan kereta sudah mulai jalan kembali.

"Ibu tinggal dengan adikku, Zaskia," ucap Farel mantap.

"Ohh ... Memang apa yang akan kamu katakan pada Ayahku perihal lamaran kamu nanti," tanay Valeria pada Farel. Valeria malah cemas sendiri.

"Itu rahasia laki -laki. Seorang laki -laki yang serius akan emminta langsung pada Ayah si perempuan dan meyakinkan kalau si laki -laki sudah sanggup untuk di limpahkan banyak tanggung jawab yang harus di emban setelah pernikahan. Karena setelah menikah semua beban hidup istri ada di pundak suami," ucap Farel kemudian.

"Kamu yakin banget sih, Rel," tanya Vale pelan.

"Harus yakin. Kalau kita yakin, maka kita pasti mampu kalau mau berusaha dan niat berupaya," tegas Farel pada vale untuk meyakinkan Valeria bahwa Farel sudah benar -benar siap secara lahir dan batin untuk menikah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!