Riska melihat sekeliling ruangan baru yang akan menjadi tempatnya bekerja. Dia tidak bisa menahan senyumnya saat melihat di atas meja tertera namanya. Dia melangkah ke meja dan mengambil papan nama yang bertuliskan ' dr. Riska Shafira' .
Usahanya selama lima tahun terakhir akhirnya terbayar dengan gelar yang disematkan untuknya. Beruntung dia tidak melepaskan impiannya saat dirinya kacau waktu itu. Menjadikan pendidikan sebagai pelarian untuk sakit hati memang tidak sia-sia.
Dia meletakkan papan nama itu, lalu pandangannya tertuju ke seragam biru dan jas putih yang juga sudah di sediakan di atas meja. Seragam itu nanti yang akan dia kenakannya selama bekerja disini. Saat dia memakainya, maka dia siap mengabdikan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter. Dia mengambil seragam itu dan bersiap mengenakannya.
Setelah selesai, dia berdiri di depan sebuah cermin yang juga di sediakan. Dengan bangga dia menatap pantulan dirinya yang mengenakan seragam itu. Sangat cocok, pakaiannya sangat pas di tubuhnya. Auranya sebagai seorang dokter terlihat nampak dalam dirinya.
Saat asik melihat dirinya di cermin, ada ketokan buru-buru dan teriakan nyaring dari luar memanggilnya.
"Dokter Riska!! Apa anda di dalam? "
Riska langsung dengan cepat membukanya dan melihat ada seorang perawat bernametag 'Lina' berdiri di hadapannya.
"Huh.. Syukurlah Dokter Riska ada..Dokter ayo cepat!! ada pasien yang terluka dan membutuhkan pertolongan secepatnya" kata Lina itu panik, bahkan wajahnya terlihat ngos-ngosan karena habis berlari.
"Saat ini dokter yang lain sedang sibuk dan dokter Vero juga baru saja mendapatkan pasien, jadi yang tersisa hanya anda dok" sambung Lina itu.
"dimana pasien itu sekarang?!! cepat antar saya ke sana" seru Riska mulai serius, untung saja dia sudah berganti baju.
"Ayo dok ikut saya, dia sekarang ada di ruangan darurat" ajak Lina itu dengan terburu-buru.
Riska mengikuti Perawat bernama Lina itu dengan sedikit berlari. Suara ketokan high heels nya terdengar bergema di lantai rumah sakit.
Lina membawa Riska ke kamar darurat tempat pasien itu berada. Dia membuka pintu dengan kasar dan membuat perawat satunya bernametag 'Wilona' yang sedang melakukan penanganan langsung menoleh.
" Bagaimana keadaannya " tanya Riska cepat pada Wilona itu.
"Dia mengalami pendarahan hebat di lengannya. luka sobekannya sangat panjang, Ini di sebabkan oleh benda tajam yang menimpanya saat bekerja" jawab Wilona sambil terus menghentikan pendarahannya.
Riska melihat luka lengan pasien yang seorang bapak-bapak. Dia terlihat pucat karena menahan rasa sakit
"Cepat suntikkan obat bius!! lalu bersihkan lukanya, setelah itu saya akan menjahit nya" perintah Riska pada kedua perawat itu.
"Baik Dok! " jawab kedua dokter itu, lalu melaksanakan perintah Riska.
****
Tok Tok..
"Masuk"
"Tuan Rafa ada sesuatu buruk terjadi di proyek pembangunan hotel saat ini" lapor Ryan.
Rafa yang sibuk menarikan pulpen di atas dokumen seketika berhenti mendengar laporan sekretarisnya. Dia mendongak untuk melihat wajah Ryan.
"Ada apa? " tanya Rafa datar.
"Tuan, mandor di proyek itu mengalami luka di lengannya akibat material berupa besi tiba-tiba jatuh dan menimpa sang mandor. Dia tidak sempat menghindar dan menghalangi besi itu dengan lengannya" jelas Ryan.
" apa lukanya sangat parah? " Rafa kembali bertanya dengan nada yang sama.
"Dia dilarikan ke rumah sakit karena lukanya sangat besar dan tidak bisa berhenti berdarah" jawab Ryan.
Ekspresi Rafa terlihat tenang namun di otaknya sedang memikirkan ucapan Ryan. Biarpun dia sangat dingin dan cuek tapi jika menyangkut nyawa orang dia tidak akan tinggal diam saja.
" Bayar semua biaya pengobatannya dan pastikan dia mendapatkan perawatan terbaik." Titah Rafa sambil menatap Ryan.
"Baik Tuan" sahut Ryan dan hendak ingin pergi tapi di hentikan oleh suara bosnya.
"Aa tunggu!!..siapkan saja mobil, saya akan pergi melihatnya" Rafa berdiri dan bersiap akan pergi.
"Bagaimana dengan pekerjaan anda? " Ryan menatap pekerjaan bosnya yang menumpuk di atas meja.
"Masih bisa di tunda. Hanya pergi sebentar" sahut Rafa.
"Baik Tuan Rafa" Ryan hanya bisa patuh dengan perintah bosnya. Dalam hati dia salut dengan kebijakan bosnya.
Semenjak menggantikan posisi ayahnya dua tahun terakhir. Bosnya tidak hanya dapat membuat perusahaan Faresta Group menduduki posisi dunia, tapi bosnya juga sangat memperhatikan para pegawainya.
Siapa yang sangka, Bosnya yang baru masuk dalam dunia bisnis tidak hanya mampu bersaing dengan para pebisnis lainnya dan menjadi orang di segani nomor satu, akan memiliki sisi yang hangat di dalamnya. Namun sikap hangatnya harus ditutupi dengan sikap dingin dan datarnya.
****
"Sudah selesai.. sekarang balut lukanya" Riska merasa lega saat lukanya sudah di jahit.
Riska melepaskan sarung tangan yang penuh dengan darah, lalu melihat pekerjaan pertamanya dalam menolong pasien berjalan lancar.
"Pindahkan pasien ke ruang inap" ujar Riska dan mendapat anggukan dari kedua perawat itu.
"Terimakasih atas kerjasamanya dokter Riska.. beruntung ada anda, jika tidak kami tidak tahu harus mencari dokter kemana lagi" kata Lina dengan sopan.
"Tidak perlu berterimakasih, Saya senang bisa membantu. Lagipula ini juga sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang dokter" Riska membalas dengan senyuman di bibirnya.
"Justru saya yang harusnya berterimakasih pada kalian, karena kalian sudah membantu dengan sangat baik" Riska kembali mengucapkan perkataan tulus kepada kedua perawat itu.
"Sama-sama dok. Kemampuan anda juga sangat hebat, menangani pasien dengan cepat dan terampil. tidak heran lulusan universitas Oxford" puji Lina, dia mengagumi dengan kehebatan Riska.
Wilona juga ikut mengangguk setuju dengan ucapan Lina.
"Ah kalian ini bisa saja. Ya sudah cepat kalian pindahkan pasien. saya akan menemui keluarga pasien yang mungkin sudah menunggu di depan" Riska sedikit malu dengan pujian yang di lontarkan Lina.
"Baik Dok" ucap kedua perawat itu dengan senyum geli melihat Dokter Riska yang malu.
Kedua perawat itu kemudian mendorong ranjang pasien untuk di pindahkan ke ruangan lain.
"Dokter bagaimana keadaan suami saya" Tiba-tiba Istri dari pasien berkata saat melihat Riska keluar bersama suaminya yang di dorong.
"Ibu tenang saja. Suami ibu sudah di tangani. Namun luka di tangannya sangat parah jadi perlu istirahat beberapa hari disini" timbal Riska ramah.
"Syukurlah.. Terimakasih dok" kecemasan Ibu itu langsung meluap dari wajahnya saat mendengar ucapan Riska.
"Sama-sama bu" sahut Riska tersenyum.
Sementara Rafa dan Sekretarisnya Ryan memasuki gedung rumah sakit medical center. Mereka bedua jadi pusat perhatian karena semua orang tau siapa Rafa, Wajahnya yang sering muncul di berbagai media dan dikenal sebagai pria yang jenius dalam bisnis.
Keduanya berjalan ke meja resepsionis.
"Permisi, saya ingin bertanya ruangan pasien atas nama Sudarmanto ada dimana? " tanya Ryan.
Sementara Rafa berdiri menunggu Ryan dengan raut datar.
"O-oh itu.. dia sedang ditangani di ruang UGD " wanita yang menunggu di meja resepsionis menjawab dengan gugup. Matanya tidak berhenti melirik Rafa yang terlihat tampan dan gagah.
"Terimakasih" kata Ryan. lalu mempersilahkan bosnya jalan duluan.
Sedangkan wanita itu merasakan pipinya memanas bisa menyaksikan langsung wajah tampan dari Rafa. Jika dia tidak di rumah sakit mungkin dia akan berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
what your name?
liat cwk ganteng itu da bakalan kuat nahan mata😉
2023-06-08
1
what your name?
dulu gue jg pernah kepengen jd dokter tp biaya mahal cuk😭
2023-06-08
1