Pagi menjelang, Riska bangun dengan penuh semangat untuk bekerja di tempat barunya. Setelah siap, dia berangkat dan pamit kepada orang tuanya.
Mobil taksi yang ditumpangi Riska melaju dengan kecepatan rata-rata, lalu berhenti saat sebuah gedung rumah sakit terbesar di kota itu menjadi tujuan Riska.
Riska turun dari mobil, kemudian menengadahkan kepalanya melihat gedung rumah sakit yang bertuliskan Rumah Sakit Medical Center. Dia melangkahkan kakinya dengan anggun dan senyum menawan terbit di bibir meronanya.
Perhatian orang-orang di sana perlahan-lahan mulai teralihkan dengan kedatangan Riska. Untuk sesaat mereka terpukau dengan kecantikan Riska. Perawakan tinggi putih langsing membuatnya seperti seorang artis. Belum lagi langkah yang anggun dan senyum menawan membuat penampilannya sempurna.
Riska berjalan ke meja resepsionis lalu bertanya kepada dua wanita yang juga sedang menatapnya.
"Permisi, ruang direktur ada dimana ya? "
Dua wanita itu tersadar saat Riska ada didepannya dan bertanya kepada mereka.
"Oh itu..sebelumnya anda siapa ya? ada keperluan anda mencari ruangan direktur? " tanya salah satu wanita itu.
"Saya adalah Riska Shafira, Dokter baru di rumah sakit ini" jawab Riska tidak melunturkan senyuman di wajahnya.
Sontak keduanya terkejut mengetahui siapa nama wanita cantik di depannya.
"Ternyata anda adalah Dokter Riska!! Mari saya antar, Anda sudah di tunggu oleh pak direktur di ruangannya" seru wanita satunya, lalu bergegas menuntun Riska ke ruangan direktur.
Riska berjalan mengikuti wanita yang akan membawanya ke ruangan direktur.
"Dokter Riska ini ruangannya. silahkan anda masuk saja" kata wanita tadi dengan sopan.
"Terimakasih ya. Maaf merepotkan mu" balas Riska tak kalah sopan.
"Ah sama-sama Dok. Anda tidak perlu sungkan, Ini sudah menjadi tugas saya" kata Wanita itu dengan cepat.
"Kalau begitu saya permisi dulu Dok" pamit wanita lalu pergi darisana.
Riska mengetuk pintu ruangan di depannya dan mendengar balasan dari dalam untuk menyuruhnya masuk. Dia masuk ke dalam dan melihat sudah ada Vero dan ada wanita cantik di sampingnya. Lalu mengalihkan pandangannya kearah pria yang sudah berumur yang kemungkinan adalah direktur rumah sakit ini.
"Selamat Pagi Pak, Perkenalkan saya adalah Riska Shafira" kata Riska memperkenalkan diri dengan sopan.
"Selamat pagi juga Riska, Ayo duduk dulu" kata Pria paruh baya itu, mempersilahkan Riska duduk.
Riska kemudian duduk di depak direktur dan di samping kanan Vero.
"Perkenalkan saya adalah Haris Alastar, Dokter sekaligus Direktur di rumah sakit ini" Pria paruh baya itu balik memperkenalkan diri pada Riska.
"Alastar? " tanya Riska melirik Vero yang di sampingnya dengan curiga.
"Dia adalah ayahku" sahut Vero terlihat biasa saja.
"Kau tidak cerita jika ayahmu direktur di rumah sakit ini" seru Riska tidak terima. Dia sudah berteman dengan Vero selama lima tahun terakhir, tapi dia baru tau jika ayahnya Vero adalah seorang direktur.
"Kau tidak bertanya, jadi aku tidak perlu cerita kan? " timbal Vero dengan nada menyebalkan menurut Riska.
"Tidak harus bertanya. Kau kan bisa memberitahuku supaya tidak terlihat memalukan seperti ini" Riska memutar mata jengkel merasa kesal dengan tingkah menyebalkan temannya.
Vero hanya terkekeh geli merasa senang menjahili Riska. Sedangkan wanita di samping kirinya hanya diam melihat kedekatan mereka.
"Vero kau harusnya memberitahu Riska tentang ini. Kasian dia, terlihat kaget saat mendengarnya" tegur Ayahnya Vero, mencoba menjadi penengah.
"Iya iya ini salah ku. maaf ya Dokter Riska" kata Vero menyatukan kedua telapak tangannya jadi satu lalu memohon pada Riska seperti anak kecil.
Riska hanya mendengus pelan, Vero memang meminta maaf padanya tapi dia pasti sudah merasa puas mempermainkannya, lalu dia menjawab dengan singkat.
"Hm.."
Vero hanya menyengir saat mendapat maaf dari Riska walaupun tidak terdengar tulus.
"Saya sudah mendengar performa kalian selama kuliah dan magang di rumah sakit luar negeri. Saya sangat bangga kalian berdua mau bergabung di rumah sakit ini untuk membantu para dokter lain. Saya harap kalian bisa nyaman berada di rumah sakit ini dan bertanggung jawab dalam membantu pasien" kata Ayah Vero terdengar serius layaknya seorang atasan.
"Baik Pak" sahut Riska dan Vero bersamaan.
"Ruangan dan pakaian kalian sudah di sediakan, jadi kalian bisa mulai kerja hari ini. Oh ya.. saya lupa memperkenalkan padamu Riska. Dia adalah Adisty, teman masa kecil Vero" Ayah Vero menunjuk wanita yang duduk disamping kiri Vero yang dari tadi hanya diam.
"Hai perkenalkan saya Riska Shafira" kata Riska ramah dan mengulurkan tangannya di depan tubuh Vero.
"Halo..saya Adisty Stevania" Adisty menjabat uluran tangan Riska sebentar dan langsung melepasnya.
"Adisty kau yang akan mengantar mereka ke ruangannya. jadi paman minta tolong padamu" kata Ayah Vero sambil menatap Adisty.
"Baik paman" sahut Adisty.
"Mari saya tunjukkan kepada kalian ruangannya" Sambung Adisty.
"Kami pergi dulu pak" kata Riska sebelum pergi dan mendapat anggukan dari Ayah Vero.
Riska dan Vero mengikuti Adisty.
"Vero bagaimana dengan Inggris? " tanya Adisty menerobos masuk di antara Riska dan Vero. Riska yang tadinya berada di sebelah kanan Vero langsung berada di sebelah Adisty.
"Bagus" jawab Vero seadanya. Dia agak risih dengan Adisty yang tiba-tiba menempel padanya.
"Wah..pasti menyenangkan disana!!" kata Adisty dengan antusias.
"Coba saja ayah mengizinkan aku pergi denganmu waktu itu. kita bisa kuliah ditempat yang sama" Sambung Adisty merubah mimiknya jadi sedih.
"Tidak apa-apa. Paman hanya tidak ingin berpisah denganmu makanya tidak memberi izin untukmu. Lagipula dimanapun kita kuliah sama saja" Kata Vero mencoba menjaga jarak karena Adisty terlalu dekat dengannya.
"Kau benar" timbal Adisty kembali senang dan semakin menempel pada Vero.
Sepertinya Adisty sengaja memperlihatkan kedekatannya dengan Vero di hadapan Riska. Sedangkan Riska hanya diam menyimak tanpa merasa ingin ikut nimbrung.
"Adisty dimana ruangannya? apa masih jauh? " tanya Vero tidak sabaran karena merasa jengkel dengan Adisty yang tidak mau jauh darinya.
"Ah sudah sampai kok. Nah itu dia" tunjuk Adisty pada ruangan di depannya.
"Nah ini ruangan mu Vero lalu disebelahnya milik dokter Riska" kata Adisty, Dia bahkan tidak menoleh pada Riska saat menyebut namanya.
"Mm terimakasih Dokter Adisty" kata Riska sopan tapi tidak mendapat respon dari orangnya. Malahan dia sibuk menempeli Vero.
"Oh ya Vero gimana kita pergi merayakan kepulanganmu nanti malam" Ujar Adisty bersemangat.
Vero menatap Adisty di sampingnya.
"Maaf ya Adisty. Malam ini aku akan pergi dengan Riska. Mungkin lain kali ya" kata Vero menolak secara halus.
Riska memelototi Vero yang membawa-bawa namanya, padahal kapan dia ada janji dengannya. Saat dia ingin menampiknya, Vero mengkode dirinya agar mau berkerjasama dengannya. Jadi dia mengurungkan niatnya dan hanya diam saja.
"Yah apa tidak bisa sekarang aja" kata Adisty dengan muka cemberut.
"Lain kali saja ya. Lebih baik kau kembali ke ruangan mu, ini masih jam kerja. bagaimana jika ada pasien mencarimu" sahut Vero.
"Huhh.. Ya udah. Tapi kau janji ya" Adisty menatap Vero dengan pandangan berharap.
"Iya janji" balas Vero sambil tersenyum paksa.
"Ya udah aku pergi dulu ya. Semangat kerja" seru Adisty lalu pergi darisana tanpa menganggap keberadaan Riska.
Vero menghela nafas, akhirnya bisa terlepas juga.
"Kau!! ngapain bawa-bawa namaku!! Kita mana ada janji" kata Riska garang.
"Hehe.. tidak usah marah. nanti aku traktir karena sudah membantuku" Vero tersenyum cengengesan pada Riska.
"Awas saja kalo bohong" ucap Riska tiba-tiba berubah. Jika mendengar kata traktiran dia memang paling cepat.
"Kau tenang saja Dokter Riska nanti setelah pulang kerja kita pergi" janji Vero.
"Hm.. Ya sudah aku masuk dulu. Aku mau lihat ruanganku" Riska berbalik dan berjalan ke ruangannya yang cuma beberapa langkah di samping ruangan Vero.
Vero pun ikut masuk dan mengecek ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments